Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar
Pribadi
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang materi “Nilai, Norma dan Etika dalam
Komunikasi Antar Pribadi.”
Shalawat dan salam tidak
lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariat agama Islam yang
sempurna dimana merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Kami juga berharap dengan
sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait dengan materi ini.
Selain itu kami juga sadar
bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran
untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab
sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap
makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca.
Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat
perkataan yang tidak berkenan di hati.
Negara Ratu, 12 Desember 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sopan Santun dalam Komunikasi.................................................................. 3
B. Etika dalam Komunikasi................................................................................ 3
C. Empati dalam Komunikasi Berfikir Positif.................................................... 8
D. Kesetaraan...................................................................................................... 9
E. Tanggung Jawab............................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara etimologi (bahasa) “Etika” berasal dari kata bahasa yunani etbos.
Dalam bentuk tunggal, “ethos” berati tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berfikir. Dalam bentuk jamak,
ta etha berati adat kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, etika adalah
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhklak. Etika dibedakan dalam tiga pengertian
pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Nilai etika berkembang karena pengaruh
dari keyakinan agama, norma-norma budaya teradisi keluarga, maupun hukum
setempat, namun demikian ada standar etis universal yang dapat diterima oleh
masyarakat secara umum. Nilai-nilai yang terinternalisasi dalam diri seseorang
sebagai hasil belajar akan tampak dalam perilakunya berkomunikasi. Nilai-nilai
atau norma-norma inilah yang kita kenal sebagai etika.
Pada hubungan komunikasi antar pribadi, para komunikator membuat prediksi
terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba
mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada
hubungan kulural dan sosiologis. Rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan
menjadi sangat berbeda dibandingkan dengan rentangan perilakukomunikasi yang
diperbolehkan pada situasi non antar pribadi. Selanjutnya komunikasi yaitu
berasal dari bahasa inggris yaitu “communication”
yang berarti : perhubungan, kabar, perkabaran. Dengan kata lain mengerti
bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu.
Artinya komunikasi efektif itu minimal harus mengandung kesamaan makna antar
dua pihak yang terlibat, dan yang terpenting lagi adalah orang lain bersedia
menerima paham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan lain
dari hasil komunikasi tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
Sopan Santun dalam Komunikasi?
2.
Jelaskan
Etika dalam Komunikasi Antar pribadi?
3.
Jelaskan
Empati dalam Komunikasi berfikir positif?
4.
Jelaskan
Kesetaraan dan Tanggung Jawab dalam Komunikasi Antar Pribadi?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui Sopan santun dalam komunikasi
2.
Untuk
mengetahui Etika dalam komunikasi antar pribadi
3.
Untuk
mengetahui dan memahami Empati dalam komunikasi berfikir positif
4. Untuk mengetahui dan Kesetaraan dan Tanggung Jawab dalam
komunikasi antar pribadi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sopan Santun dalam Komunikasi
Menurut Hartono sopan santun adalah kebiasaan yang baik dan disepakati
dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Sopan santun terdiri atas
“sopan” dan “santun” yang berarti adat, aturan, norma, peraturan. Santun berati
norma, bahasa yang taklim (amat hormat), kelakuan, tindakan, perbuatan[1].
Sedangkan sopan santun menurut Alam adalah tata karma di dalam pergaulan antar
manusia dan manusia, sehingga manusia itu dalam pergaulan setiap harinya
memiliki kesopansantunan, saling hormat menghormati dan saling sayang
menyayangi. Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau
pesan antaradua individu atau lebih dengan efektif sehingga bisa dipahami
dengan mudah.
Sopan santun merupakan unsur penting
dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari, karena dengan menunjukan sikap
santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaan nya sebagai
makhluk sosial dimanapun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar
sesama manusia, sudah tentu memiliki norma-norma atau etika-etika dalam melakukan
hubungan dengan orang lain. Makna utama dari kesantunan berbahasa adalah
memperlancar komunikasi. Oleh karena itu, dengan adanya pemakaian bahasa yang
sengaja dibelit-belitkan, yang tidak tepat sasaran, atau yang tidak menyatakan
yang sebenarnya karena enggan kepada orang yang lebih tua juga merupakan
ketidaksantunan bahasa. Kenyataan ini sering dijumpai di masyarakat karena
terbawa oleh budaya “tidak terus terang” dan menonjolkan perasaan[2]
B.
Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi
Etika komunikasi merupakan suatu rangkumam istilah yang mempunyai
pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi antar
pribadi dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat
terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media seperti
telepon, SMS, Facebook, e-mail, dan sebagainya, baik komunikasi langsung maupun
tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan[3]. Adapun
menurut Tata Taufik dalam bukunya Etika Komunikasi Islam mengungkapkan bahwa
dakwah merupakan komunikasi islam dimana dakwah dan komunikasi sebagai sesuatu
teknik, serta dakwah islamiah sebagai tindakan ammar ma’ruf nahi munkar serta penyampaian pesan risalah Islamiah[4].
Ada 2 jenis etika jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yakni :
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai
dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan
realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai,
tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi
hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
secara etis.
2. Etika Normatif
Etika normatif
berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta
memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana
seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang
baik dan menghindari yang jelek.
Dalam pergaulan dan kehidupan masyarakat, antara etika dan komunikasi
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di manapun orang berkomunikasi
selalu memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan
baik. Berkomunikasi tidak selamanya mudah. Apalagi kalau kita tidak mengetahui
jati diri (latar belakang sosial budaya) mereka yang kita hadapi. Etika yang
tergambarkan dalam tata krama berkomunikasi adalah kebiasaan dan mungkin
merupakan kesepakatan dalam hubungan antara warga dimasyarakat. Ukuran etika
itu berlaku secara selingkung, dan kadang-kadang sulit dimengerti akal sehat[5].
Untuk mengukur kualitas etika komunikasi yang baik, maka dapat dilihat dari
sejauh mana kualitas teknis komunikasi itu sesuai dengan nilai-nilai kebaikan
yang berlaku[6].
Etika berbicara mengenai nilai dan norma, moral manusia, ukuran tingkah laku
yang dipandang baik dalam masyarakat. Etika memiliki tujuan yaitu untuk
membantu manusia mengambil sikap dan tindakan yang tepat untuk dilakukan, bebas
namun bertanggung jawab, sehingga menciptakan kebahagian. Secara khusus
terdapat 10 etika komunikasi antar pribadi yang harus diperhatikan dengan baik
yaitu,
1. Etika Komunikasi Tatap Muka
Dalam komunikasi tatap muka, orang – orang yang terlibat dalam proses
komunikasi saling bertemu. Dengan begitu setiap orang dapat melihat langsung
lawan bicaranya, termasuk melihat ekspresi wajah, pancaran mata, serta body language-nya. Pembicaraan dengan komunikasi tatap
muka merupakan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan sesuatu.
2.
Etika Komunikasi melalui panggilan
telepon
Ketika kita menelepon, pada dasarnya kita tengah
bertamu ke rumah orang lain; begitu juga sebaliknya. Sehingga dalam menelepon
atau menerima telepon, kita harus memperhatikan beberapa etika berikut.
a.
Pertimbangkan
waktu menelepon, pilih waktu yang tepat misalnya hindari menelepon tengah
malam.
b.
Saat
berbicara di telepon, usahakan berbicara dengan tenang dan langsung ke inti
masalah.
c.
Beri
perhatian penuh pada lawan bicara di telepon, jangan berbicara dengan orang
lain di dekat anda. Cukup beri isyarat jika ada orang yang mengajak bicara,
agar menunggu hingga anda selesai menelepon.
3.
Etika
Komunikasi Melalui SMS
Layanan pesan pendek cukup populer, sebab selain
praktis dan harganya lebih murah, juga menghindari pembicaraan panjang yang
tidak perlu. Berikut beberapa etika menulis sms. Baca kembali sms yang telah
ditulis, untuk menghindari kesalahan.
a.
Hindari
penggunaan kata-kata kotor.
b.
Hindari
penggunaan singkatan yang tidak populer, untuk menghindari kesalahan
penafsiran.
c.
Hindari
menggunakan huruf kapital pada seluruh teks, sebab huruf kapital dianggap
menandakan kemarahan.
4. Etika Komunikasi Melalui Sosial Media
Pekembangan dunia internet membawa dampak yang
signifikan terhadap cara berkomunikasi. Melalui sosial media seperti facebook
kita dapat berkomunikasi tanpa terkendala waktu dan jarak. Jangkauan komunikasi
menggunakan internet sangat luas, sekali memposting suatu pesan, maka seluruh
dunia dapat mengetahuinya.
5. Etika Komunikasi Ketika Menyambut Tamu
Menyambut tamu yang datang dengan baik, merupakan
sebuah tindakan menghormati tamu. Kemampuan dalam menyambut dan menerima tamu
tersebutakan berhubungan dengan penilaian tamu terhadap diri dan keluarga
penerima tamu. Berikut etika menyambut tamu dengan baik:
a.
Menjemput
tamu yang datang, misalanya dari bandara atau statsiun kedatangan.
b.
Berjabat
tangan, atau memeluk jika cukup dekat.
c.
Mengalungkan
bunga.
d.
Mengadakan
jamuan penghormatan.
e.
Mengkomunikasikan
jadwal acara.
6. Etika Komunikasi Ketika Berkenalan
Memiliki banyak teman akan selalu menyenangkan,
semakin banyak teman yang kita miliki akan semakin memudahkan kita dalam banyak
hal. Salah satu cara mendapatkan teman adalah dengan berkenalan.
a.
Agar
proses perkenalan dapat berjalan dengan baik, ada etika berkenalan yang harus
dilakukan misalnya:
b.
Menyebut
nama dengan jelas.
c.
Percaya
diri.
d.
Berikan
personal contact.
e.
Orang
yang lebih muda yang memperkenalkan diri kepada yang lebih tua, dan pria
terhadap wanita.
f.
Hindari
perkenalan di tempat ramai seperti di pinggir jalan.
7. Etika Komunikasi dalam Percakapan
Dalam melakukan percakapan kita harus memeperhatikan
etika agar percakapan berlangsung dengan nyaman dan menarik bagi kedua belah
pihak. Berikut beberapa etika yang dapat diterapkan:
a. Mengangkat topic pembicaraan tentang hal atau isu yang
menarik, misalnya kebudayaan, hobi, dkk. Hindari mengangkat topic yang bersifat
pribadi atau sensitif.
b. Memiliki rasa humor dan wawasan luas.
c. Mampu menyesuaikan diri.
d. Menjelaskan dengan singkat, padat, dan jelas.
e. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara.
f. Menggunakan bahsa yang dimengerti lawan bicara.
g. Bersikap ramah, dan menunjukkan tingkah laku yang
baik.
h. Tenang, dan tidak mudah terpancing emosi.
8. Etika Ketika berada di Ruang Tunggu Umum
Kita harus menjaga kenyamanan dan ketertiban orang di
sekitar kita, saat berada diruang tunggu umum, dengan memperhatikan tata tertib
dan etika yang berlaku. Berikut beberapa contoh etika tersebut:
a. Mengantri dengan sabar sampai mendapat giliran.
Hindari menyerobot antrian.
b. Hindari menerima telepon didepan umum dengan suara
keras.
c. Hindari duduk berselonjor kaki sehingga menghalangi
jalan. Hindari pula nenaikkan kaki ke atas bangku.
d. Jangan membuang sampah sembarangan.
e. Tidak bersikap mengganggu dan berusaha menjaga
kenyamanan.
9. Etika ketika Merokok
Seperti kita ketahui rokok memberikan dampak buruk
bagi kesehatan, adalah tidak etis jika seorang perokok merokok didepan lawan
bicara yang tidak merokok, sebab orang tersebut juga akan menerima dampak dari
asap rokok yang ditimbulkan. Dalam merokok, perokok harus memperhatikan
beberapa etika seperti berikut:
a. Tidak merokok di tempat yang memiliki aturan dilarang
merokok.
b. Meminta ijin pada orang didekat anda sebelum merokok.
c. Hindari merokok saat acara makan sedang berlangsung.
d. Sebaikya merokok lah di ruang terbuka.
10. Etika Ketika Bertukar Kartu Nama
Kartu nama merupakan sbuah kartu berisi identitas dan
kontak kita. Sampai saat ini kartu nama masih sering digunakan. Berikut
beberapa etika terkait pemberian kartunama:
a. Lakukan pada awal pertemuan.
b. Serahkan kartu nama dengan tangan kanan, atau
menggunakan kedua tangan.
c. Jika kartunama dicetak dalam dua bahasa, berikan kartu
dengan posisi sisi bahasa yang dapat di mengerti penerima menghadap ke penerima[7].
C. Empati
dalam Komunikasi Berfikir Positif
Menurut siti aisyah boediarja empati
sebagaimana dikemukakan pertama kali pada tahun 1909 yang berasal dari bahasa
latin em dan pathos yang artinya feeling
into. Kata empati (empathy)
sendiri berasal dari Einfuhlung yang semula digunakan seorang psikolog jerman.
Kata ini secara harfiah berarti “merasa terlibat” (feeling into). Penting nya empati atau “merasa terlibat” dalam
komunikasi ini biasanya sering kali dihubungkan dengan pembahasan mengenai
persepsi dan kemampuan dalam mendengarkan. Empati didefenisikan sebagai
kemampuan atau kecakapan untuk mengidentifikasi atau memahami dengan cara
seolah mengalami sendiri-perasaan, pikiran, atau sikap orang lain. Empati
secara signifikan mempengaruhi kualitas kehidupan pribadi dan potensional
manusia, terutama aktivitas-aktivitas yang terkait dengan hubungan sosial.
Empati memfasilitasi komunikasi, kerja sama, sikap menghornati, dan sifat kasih
sayang. Empati memberikan kekuatan untuk mengubah kondisi-kondisi negatif
ketika seseorang berusaha meningkatkan interaksi-interaksi dengan orang lain[8].
Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menyatakan bahwa
pada dasarnya empati adalah kemampuan untuk mengerti emosi-emosi yang dirasakan
oleh orang lain. Goloeman juga mencatat bahwa ada tingkatan yang lebih dalam
mengenai pengertian, pendefenisian dan reaksi terhadap kepadulian serta
kebutuhan yang mendasari reaksi serta respon emosional lainnya. Apa saja
manfaat positif empati?
1.
Membangun revlasi dengan orang lain
Manfaat empati yang paling utama adalah
membangun relasi sosial dengan orang lain. Orang lain akan merasa dimengerti
oleh kamu dan dengan sendirinya akan menjadi nyaman dan dekat denganmu.
2.
Meningkatkan perilaku tolong-menolong
Melatih diri meningkatkan sikap empati
berarti meningkatkan perilaku tolong-menolong di kehidupan sehari-hari.
3.
Membentuk moral yang baik
Memiliki empati berarti memiliki rasa kasih
terhadap orang lain. Empati membantu kamu untuk mengidentifikasikan sikap atau
perilaku yang baik untuk dilakukan, selalu dengan moral yang dianut.
4.
Membantu mengatur ego diri
Memiliki kemampuan berempati berarti mampu
berfikir di luar dari kepentingan diri sendiri. Dengan begitu, kamu akan
belajar untuk melihat kepentingan orang lain di samping kepentingan diri
sendiri.
D. Kesetaraan
Kesetaraan (equality).
Kesetaraan adalah pengakuan bahwa masing-masing pihak bernilai dan berharga.
Selain itu, kesetaraan juga merupakan sikap memperlakukan orang lain. Indikator
tersebut, yakni
(1) komunikasi horizontal atau demokratis dan (2) mengakui kelebihan orang
lain.[9]
Kesetaraan (equality) Komunikasi
antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan
secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk
memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri,
1991: 13) Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial
dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling
mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga
merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu
pribadi.[10]
E.
Tanggung Jawab
Williams Rawins
mengungkapkan bahwa “ semua pihak harus bertanggung jawab atas perilaku
komunikasi “. Dalam sebuah lingkungan yang menjunjung tinggi kebebasan,
kata-kata seperti “dapat di pertanggung jawabkan dan tanggung jawab” sering
tidak di mengerti atau tidak di dengarkan, kata-kata itu semakin menjadi “kata
kunci”. Sebagai komunikator, tanggung jawab etis
kita dapat tumbuh dari sebuah status atau posisi yang telah di peroleh atau
telah di sepakati, lewat komitmen (janji, sumpah, persetujuan) yang telah kita
buat atau konsekuensi (efek, dampak) komunikasi kita dengan orang lain.
Tanggung jawab mencakup unsur pemenuhan tugas dan kewajiban, dapat
dipertanggung jawabkan pada setiap individu dan kelompok lain, juga dapat
dipertanggung jawabkan ketika dinilai menurut standart yang disepakati, dan
dapat di pertanggung jawabkan menurut hati nurani kita sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan
bersosialisasi sehari-hari, karena dengan menunjukan sikap santunlah, seseorang
dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaan nya sebagai makhluk sosial
dimanapun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama
manusia, sudah tentu memiliki norma-norma atau etika-etika dalam melakukan
hubungan dengan orang lain. Makna utama dari kesantunan berbahasa adalah
memperlancar komunikasi. Etika komunikasi merupakan suatu rangkumam istilah
yang mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah
laku yang baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya
komunikasi antar pribadi dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara
lisan dapat terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan
media seperti telepon, SMS, Facebook, e-mail, dan sebagainya, baik komunikasi
langsung maupun tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan. Penting nya empati atau “merasa terlibat” dalam komunikasi
ini biasanya sering kali dihubungkan dengan pembahasan mengenai persepsi dan
kemampuan dalam mendengarkan. Empati didefenisikan sebagai kemampuan atau
kecakapan untuk mengidentifikasi atau memahami dengan cara seolah mengalami
sendiri-perasaan, pikiran, atau sikap orang lain. Kesetaraan
adalah pengakuan bahwa masing-masing pihak bernilai dan berharga. Selain itu,
kesetaraan juga merupakan sikap memperlakukan orang lain. Indikator tersebut, yakni (1)
komunikasi horizontal atau demokratis dan (2) mengakui kelebihan orang lain. Kesetaraan
(equality) Komunikasi antarpribadi akan
lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Dalam
sebuah lingkungan yang menjunjung tinggi kebebasan, kata-kata seperti “dapat di
pertanggung jawabkan dan tanggung jawab” sering tidak di mengerti atau tidak di
dengarkan, kata-kata itu semakin menjadi “kata kunci”. Sebagai komunikator, tanggung jawab etis
kita dapat tumbuh dari sebuah status atau posisi yang telah di peroleh atau
telah di sepakati, lewat komitmen (janji, sumpah, persetujuan) yang telah kita
buat atau konsekuensi (efek, dampak) komunikasi kita dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ade masturi. 2010. Membangun Relasi Sosial Melalui Komunikasi
Empatik (Perspektif Psikologi Komunikasi). Jurnal Dawah dan Komunikasi.
Vol. 1, No. 1.
Anton Prasetyo W & Yunus Winoto.2016. Komunikasi Interpersonal Di Kalangan
Karyawan Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa Barat Dan
Hubungannya Dengan Kinerja Tenaga Perpustakaan, UNP Jurnals, Vol. XV No. 1.
Hartono, Sopan
Santun dalam Pergaulan, (Bandung : CV. Armico, 2007),
https://pakarkomunikasi.com/etika-komunikasi-antar-pribadi
Kunjana Rahardi, R.
2002, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia Jakarta : Penerbit
Erlangga
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan
Islam, Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999,.
Maria Victoria Awi, Norma Mewengkang, Antonius
Golung. 2016. Peranan Komunikasi Antar
Pribadi Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga Di Desa Kimaam Kabupaten Merauke,
E-journal “Acta Diurna” Volume V. No.2.
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta,
Graha Ilmu, 2010,
Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam, Bandung :
Pustaka Setia, 2012,
MANUSIA TIDAK TERLEPAS DARI KEASALAHAN MOHON MAAF APABILA TERDAPAT KELASALAHAN DALAM PENGETIKAN ATAUPUN PENGUTIPAN.
"SEBAIK APAPUN KARYA PASTI ADA YANG TIDAK SUKA DAN SBURUK APAUN KARYA PASTI AKAN ADA YANG SUKA".
[1] Hartono, Sopan Santun dalam Pergaulan, (Bandung :
CV. Armico, 2007), hal. 11
[2] Kunjana
Rahardi, R. 2002, Pragmatik Kesantunan
Imperatif Bahasa Indonesia Jakarta : Penerbit Erlangga
[3] Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta,
Graha Ilmu, 2010, hal. 135
[4] Tata Taufik,
Etika Komunikasi Islam, Bandung :
Pustaka Setia, 2012, hal. 211-221
[5] Ibid, hal. 136
[6] Mafri Amir, Etika
Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu,
1999, hal 33-34.
[8] Ade masturi.
2010. Membangun Relasi Sosial Melalui
Komunikasi Empatik (Perspektif Psikologi Komunikasi). Jurnal Dawah dan
Komunikasi. Vol. 1, No. 1.
[9] Maria Victoria Awi, Norma
Mewengkang, Antonius Golung. 2016. Peranan
Komunikasi Antar Pribadi
Dalam Menciptakan
Harmonisasi Keluarga Di Desa Kimaam Kabupaten Merauke, E-journal “Acta Diurna” Volume
V. No.2.
[10] Anton Prasetyo W & Yunus
Winoto.2016. Komunikasi Interpersonal Di
Kalangan Karyawan Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa
Barat Dan Hubungannya Dengan Kinerja Tenaga Perpustakaan, UNP Jurnals, Vol.
XV No. 1.