Sunday, October 27, 2019

MAKALAH TEKNIK ATTENDING, RAPPORT, DAN ACCEPTANCE DALAM KONSELING


BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menanamkan teknik konseling, yaitu keterampilan konseling, strategi konseling, dan teknik-teknik konseling. Semua istilah tersebut mengandung pengertian yang sama, yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor, mengatasi teknik konseling adalah hal yang mutlak diperlukan. Sebab, dalam proses konseling, penguasaan teknik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai dengan keadaan klien saat ini.
1.2   Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dari teknik attending dalam konseling?
2.    Apa yang dimaksud dari teknik rapport dalam konseling?
3.    Apa yang dimaksud dari teknik acceptance dalam konseling?
1.3   Tujuan Penulisan
       Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari  teknik attending dalam konseling.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari  teknik rapport dalam konseling.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari  teknik acceptance dalam konseling .




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teknik Attending
       2.1.1 Definisi dari Teknik Attending
                  Attending adalah keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.[1]
Attending juga merupakan kemampuan konselor dalam menunjukkan perhatian secara penuh kepada klien sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling.
Hutahuruk dan Pibradi menjelaskan bahwa attending yang baik merupakan suatu komponen yang diperlukakan dalam komunikasi yang baik. Perilaku attending yang baik mendemonstrasikan kepada klien bahwa konselor menghargainya sebagai pribadi dan konselor tertarik terhadap apa yang dikatakan oleh konseli.[2]

       2.1.2 Tujuan Attending 
Sofyan Willis menjelaskan bahwa perilaku attending yang ditampilkan akan mempengaruhi kepribadian klien, yaitu:
a.  Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai konseli.
b. Dengan perilaku attending menciptakan suasana  aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
c.  Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.[3]

2.1.3 Manfaat/ Fungsi Attending
Fungsi dari attending yaitu untuk memusatkan perhatian pada klien. Disamping itu, fungsi utama dari teknik attending adalah untuk mendorong klien agar mau berbicara dengan bebas dan terbuka. Attending juga bermanfaat agar konseli merasa dihargai dan terbina secara kondusif.
Dari beberapa fungsi diatas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah membuka proses konseling serta konselor dapat memfokuskan perhatiannya terpusat pada klien untuk mendorong klien bersedia berbicara secara bebas dan terbuka.[4]

2.1.4 Bentuk dan Cara Melakukan Teknik Attending
                        Carkhuff (1983) menyatakan bahwa melayani klien merupakan upaya yang dilakukan konselor dalam memberikan perhatian secara total hal ini ditampilkan melalui sikap tubuh dan ekspresi wajah secara lebih rinci berikut ini dikemukakan sikap melayani (attending) yang baik, yakni:
1.      Kepala                          :  Melakukan anggukan jika setuju
2.      Ekspresi wajah              :  Tenang, ceria, senyum.
3.         Posisi tubuh                 : Agak condong ke arah klien, jarak konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4.      Tangan                          : Variasi gerakan tangan atau lengan spontan berubah-ubah,  menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
5.      Mendengarkan aktif     :  Aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan beraksi), perhatian terarah pada lawan bicara.[5]

2.2 Konsep Dasar Teknik Rapport
       2.2.1  Definisi Dari Teknik Rapport
                            Menurut wilis rapport adalah hubungan yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport diawali dari persetujuan, kesejajaran, kesukaan dan persamaan. Sementara itu Brammer, Abrego dan Shostrom mendefinisikan rapport adalah suatu iklim psikologis yang positif, yang mengandung kehangatan dan penerimaan sehingga klien tidak merasa terancam berhubungan dengan konselor.

       2.2.2   Cara Mengembangkan Teknik Rapport
Dalam hal ini willis mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut:
1.    Konselor memiliki sikap empati pada klien. selain itu konselor harus bersikap terbuka, menerima tanpa syarat dan menghormati kliennya.
2.    Konselor harus dapat membaca perilaku non-verbal (seperti bahasa tubuh, nada suara, ekspresi wajah, dan gerakan) klien, terutama yang berhubungan dengan bahasa lisannya.
3.    Adanya rasa kebersamaan, akrab dan minat yang membantu tanpa pamrih.[6]

2.2.3        Bentuk-Bentuk Teknik Rapport Dalam Konseling
Implementasi teknik ini di dalam konseling, yaitu :
·   Pemberian salam yang menyenangkan.
·  Menetapkan topik pembicaraan yang sesuai.
·  Suasana ruang konseling yang nyaman.
·  Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan konseli, saling percaya, dan saling menghargai.
Hubungan konseling akan berjalan efektif apabila rapport telah terbangun. Klien pun akan bersikap terbuka pada konselor karena keakraban yang terjalin menghapus ketakutan dan keraguan klien untuk berbagi (sharing) dengan konselor bukan hanya sebagai pihak yang membangun hanya memecahkan masalah, akan tetapi telah menjadikan konselor sebagai orang yang paling dekat dengan kehidupannya.[7]

2.3 Konsep Dasar Teknik Acceptance
2.3.1  Definisi Teknik Acceptance (Penerimaan)
Acceptance (penerimaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal -  hal yang dikemukakan klien. Acceptance juga merupakan teknik yang digunakan konselor unluk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli. Acceptance atau penerimaan artinya menerima apa adanya, menerima pribadi klien sebagai suatu keseluruhan. Sebaliknya  membenarkan (menyetujui) atau tidak menyetujui segi-segi kepribadian atau  kelakuan seorang klien, bukan merupakan bentuk penerimaan.

2.3.2  Tujuan Teknik Acceptance
Tujuan dari teknik acceptence ini adalah:
a. Menunjukkan kedekatan daripada sikap dan menunjukkan tingkat keterbukaan dan ketulusan hati konselor
b. Klien merasa dihargai dan diterima keberadaannya.

2.3.3  Manfaat Teknik Acceptance
Manfaat teknik acceptence adalah untuk membangun hubungan lebih dekat dengan  konseli sehingga tercipta suasana hubungan yang akrab ditandai dengan saling mempercayai.

2.3.4  Bentuk Teknik Acceptance
Menurut Supriyo dan Mulawarman ada dua bentuk acceptence, yaitu:
1. Verbal
a. Bentuk pendek
·      Oh.....ya,
·      Lalu/kemudian,
·      Ya....ya....
·      Hemm.....hemm....
b. Bentuk Panjang
·      Saya memahami.....
·      Saya menghayati....
·      Saya dapat merasakan.....
·      Saya dapat mengerti...
2. Non Verbal
a. Anggukan kepala,
b. Posisi duduk condong kedepan
c. Perubahan mimik,
d. Memelihara kontak mata[8]



                        GAMBAR: UIN RADEN INTAN LAMPUNG


BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
1.      Attending adalah keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.
2.      Rapport adalah hubungan yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport diawali dari persetujuan, kesejajaran, kesukaan dan persamaan dari konselor dan klien.
3.      Acceptance (penerimaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal -  hal yang dikemukakan klien. Acceptance juga merupakan teknik yang digunakan konselor unluk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli. 
3.2    Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. 


 SAHABAT FOTO COPY



DAFTAR PUSTAKA
Hutauruk, Toga dan Pribadi, S. 1984. Konseling Mikro. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta. Prenadamedia Group.
Supriyo dan Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang: Jurusan Bimbingan Konseling FIP UNNES.
Willis, Sofyan S.  2004.  Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.


[1]Supriyo dan Mulawarman, Keterampilan Dasar Konseling, hal. 19
[2]Toga Hutahuruk dan Pibradi, Konseling Mikro, hal. 3
[3]S. Sofyan Wilis, Konseling Individual Teori Dan Praktik, hal. 176
[4]Supriyo dan Mulawarman, Op.Cit., hal. 27
[5]Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, hal. 92
[6]Ibid., hal. 77
[7]Ibid., hal. 78
[8]Supriyo dan Mulawarman, Op.Cit., hal. 24

No comments:

Post a Comment

  Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi KATA PENGANTAR          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini ma...