MAKALAH
PSIKOANALISIS MENGGALI KETIDAKSADARAN DALAM MEMAHAMI
MANUSIA
Dosen Pengampu:
Mustamira
Sofa Salsabila,S.Psi,M.Psi
Disusun
Oleh :
Assyifa
safira
|
1931080031
|
Aulia Rahma
|
1931080275
|
Dimas nur mahmudi
|
1931080290
|
ismi fauziah
|
1931080319
|
Ridho Setiawan
|
1931080369
|
Tasya Amalia Tifa
|
1931080389
|
PSIKOLOGI
ISLAM
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019/2020
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Aliran
ini berusaha menyelidiki proses kejiwaan
yang berada dalam alam bawah sadar manusia. Pendapatnya yang terkenal antara
lain tentang faktor pokok yang mempengaruhi hidup manusia dan menentukan
tingkah lakunya yang disebut “libido
sexsual”. Tokohnya yang terkena adalah Breuer (Austria), seorang dokter ahli penyakit saraf (psikiater).
Berikut diikuti oleh muridnya yaitu
Sigmund Freud (1856-1039), juga seorang
psikiater yang tinggal Wina. Freud sangat dikenal hingga kini, karena ia
berhasil mengembangkan
dan memanfaatkan pandangan tekniknya antara lain hipnotis, analisis mimpi, dan
sebagainya. Dalam mempelajari pskoanalisis, Freud belajar juga pada Prof. Charcot di
Prancis.[1]
Menurut
Schultz dn Schultz, terdpat tiga faktor yang melatar belakangi munculnya psikoanalisis. Pertama, sebelumna memng sudah terdapat
pakar yang berspekulasi dengan adanya ketidaksadaran, seperti Gottfried Wilhem
Leibniz, Johaan Friedrich Herbart, dan Fechner. Leibniz yang terkenal dengan
monadologi nya, menyatakan bahwa kejadian mental tu terjadi karena aktivitas
mnad atau semacm persepsi, dan kejadian mental itu bertingkat-tingkst, dari
aktivitas monad yang tidak disadari (petites perception) sampai dengan
aktivitas monad yang disadari (appercepion); Herbart menyatakan bahwa kesadaran
itu ada ambangnya, dan sesuatu yang ada dibawa ambang batas kesadaran tidak akan
disadari; Fecher mengibaratkan pikiran manusia seperti gunung es di lautan dan
bagian yang ada di permukaan lautan adalah pikiran yang tidak disadari serta
berpengaruh besar
pada kesadaran
seseorang. Kedua, masalah gangguan psikologis penanganannya pun
bukanlah hal baru.
Padangan dan penanganan gangguan psikologis tersebut berkembang dari waktu ke
waktu.[2]
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud psikoanalisis?
2.
Bagaimana
pandangan pengertian psikoanalisis menurut para tokoh?
C.
Manfaat dan Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui apa itu psikoanalisis
2.
Untuk mengetahui siapa saja tokoh dalam
psikoanalisis
PEMBAHASAN
1. Sigmund Frud (1856-1939)
Freud lahir di Freiberg, Moravia
yang sekarang diseut Republik Czekoslavia pada tanggal 6 Mei 1856. Pada usia 4
tahun, karena bisnis bapanya bankrut, Freud pindah ke Leipzig, dan kemudia
menetap di Vienna. Pada tahun 1881, Freud menyelesaikan studi kedokteran.
Selepas itu walaupun tertarik pada bidang penelitian, karena kesulitan ekonomi,
atas saran Ernst Brucke, Frud kemudian membuka praktik kedokteran. Pada tahun
1884, ia pernah melakukan penelitian mengenai kokain, dan menulis artikel
mengenai keuntungan kokai. Menurutnya, kokain bisa meningkatkan energi,
kekuatan, dan mengatasi masalah depresi. Bukan hanya itu, Freud pun menggunakan
kokain, bahkan merekomendasikannya kepada teman dan koleganya. Namun demikian,
keyakinannya tersebut ternyata didapati tidak teat. Kecanduan terhadap kokain
justru bisa membuat orang meninggal, dan karna itulah dia mendapat banyak
kritik.[3]
a.
Pokok Pikiran Freud
Pada
awal abad ke-20-an, Freud dianggap sebagai tokoh yang paling berpengaruh
trhadap psikologi abnormal dan psikiatri. Pemikiran-pemikirannya banyak diguakan
dalam mendiagnosis suatu gangguan mental. Berikut adalah beberapa pokok dari
pemikiran Freud.
1.
Freud mempunyai keyakinan bahwa smua
kejadian, temasuk kejadian mental, tidak terjadi secara kebetulan, tapi
bersifat deterministik.
2.
Pemikiran freud tidak lepas dari pengarh
teori Evousi darwin. Freud meyakini bahwa terdapat kesamaan karakterisktik
biologis antara manusia dan spesies lainnya. Oleh karna itu, Freud pun meyakini
bahwa mngetahui proses alamiah (natural processes) penting dalam memahami proses
mental manusia.
3.
Freud meyakini bahwa ketidaksadaran
memiliki peranan pening dan berpengaru besar terhadap dinamika kepribadian
seseorang.
4.
Freud meyakini adanya tahap-tahapan
perkembangan mental, dan menganggap adanya ahapan yang paling berpengaruh
terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
5.
Freud meyakini bahwa kategori norml an
normalitas bersifat kontinum, dan yang membedakannya hanyalh tingkatannya saja.
6.
Motivasi merupakan faktor pntig flm
teorinya freud. Motivasi kesenangan merupakan salah satu motivasi yang
dianggapnya sangat penting.
7.
Teori Freud dibangun untuk kepentingan
terpeutik. Dalam membangun teorinya, freud lebih menekankan pada sejauh mana
teorinya tersebut dapat diterapkan dalam membanu pasienpasiennya.
8.
Dalam membanun teorinya, Freud lebih banyak
menggunakan data-data klinis yang diperoleh dari pasiennya, dapripada data
ekperimental.[4]
b.
Struktur Kepribadian
Awalnya,
Freud menyebutkan adanya tindak tingkatan kesadaran: ada kesadaran (conscious),
prakesadaran (preconscious), dan ketidaksadaran (uncounsious). Dalam
perjalanannya Freud kemudian merevisi pandangannya tersebut. Menurut Freud
struktur kepribadian manusia itu terdiri dari tiga elemen: Id, Ego, Superego.Id beasal dari bahasa Latin yang berarti “it” atau “das es” dalam bahasa Jerman.
1.
Id
merupakan
salah satu elemen dari sistem kepribadian Freud yang merupakan sumber dari
segala dorongan dasar yang sifatnya primitif dan tidak disadari, seperti lapar,
haus, dan seks serta selalu berupaya untuk dipenuhi. Id dikendalikan oleh prinsip kesenangan. Id tidak terlalu perduli dengan kenyataan dan norma-norma yang ada
dalam masyarakat. Id selalu mendesak ego untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya agar mendapatkan kesenangan. Proses ini kemudian dinamai
Freud dengan primary process thingking.
2.
Superego
merupakan bagian dari elemen kepribadian yang berisi norma-norma sosial yang
sudah terinternalisasikan dalam diri seseorang, yang diperoleh dari keluarga
ataupun masyarakat. Superego pun
menuntut Ego untuk merealisasikan keinginannya
dan kadang tidak realistis, tidak rasional, bahkan tidak mungkin. Jika Id menggunakan prinsip kesenangan, Superego menggunakan prinsip sebaliknya,
yaitu prinsip kesempurnaan atau morality
principle.
3.
Ego
atau das ich dalam bahasa Jeman
berarti “aku” dan merupakan “center of
organization and integration” diri seseorang. Fungsi ego adalah menjaga kesimbangan kepribadian dengan memperhatikan
dorongan Id dan Superego. Dengan memperhatikan tuntutan realistis (reality principle), ego kemudian
berusaha mencari solusi dalam mengatasi tuntutan Id dan superego, melalui
kompromi, penundaan, ataupun subtitusi. Proses ini kemudian disebut dengan Secondary Process Thingking.[5]
c.
Mekanisme Pertahanan Diri
Ada
beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan oleh ego.
1.
Represi.
Represi
merupakan strategi pertahanan diri dengan menekan memori, pikiran, dan persepsi
yang membahayakan diri ke dalam ketidaksadaran. Mimpi menjadi salah satu jalan
yang cukup mudah untuk keluarnya materi-materi yang direpres, karena dalam
kondisi tidur, represi yang dilakukan lebih lemah dibanding ketika terjaga.
2.
Displacement.
Displacement merupakan strategi pertahanan diri
dengan “mengganti objek atau tujuan yang menimbulkan kecemasan dengan tujuan
yang tidak menimnulkan kecemasan”.
3.
Proyeksi.
Proyeksi merupakan strategi pertahanan diri dengan
mengalamatkan kekurangan atau kesalahan pribadinya kepada benda, kejadian,
ataupun orang lain. Misal, orang yang suka berbohong mengatakan bahwa orang
lanlah yang suka membohongi dirinya.
4.
Regresi.
Regresimerupakan strategi pertahanan diri dengan kembali ke
tahap perkembangan sebelumnya. Orang yang melakukan pertahanan diri ini akan
menunjukkan sikap dan perilaku yang mirip dengan tahap perkembangan sebelumnya.
5.
Reaksi
formasi. Reaksi Formasi merupakan strategi pertahanan diri
dengan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang diinginkan
sebenarnya. Hal itu dilakukan jika melakukan apa yang sesuai dengan yang
diinginkan akan mengancam ego.[6]
d.
Tahapan Perkembangan Psikoseksual
Motivasi
seksual merupakan hal penting dalam psikoanalisis. Freud menyatakan bahwa seks
itu tidak hanya berhubungan dengan organ-organ tertentu saja, tapi seluruh
bagian tubuh bisa menjadi sumber kepuasan seksual.[7]
1.
Oral
stage adalah tahap perkembangan Freud yang pertama,
terjadi pada usia 18 bulan pertama, di mana kesenangan bayi berpusat di sekitar
mulut. Mengunyah, mengisap, dan menggigit adalah sumber kesenangan utama.
2.
Anal
stage terjadi antara usia 1,5 tahun sampai 3 tahun, di mana kesenagan
terbesar anak meliputi anus atau fungsi pembuangan yang berhubungan dengan
anus. Menurut Freud, gerakan otot anus mengurangi ketegangan.
3.
Phallic
stage terjadi pada usia 3 sampai 6 tahun; istilah
tersebut berasal dari kata Latin phallus,
yang berarti “penis” . selama tahap
ini, kesenagan berpusat pada alat kelamin karen anak menemukan bahwa
memanipulasi diri sendiri memberikan kenikmatan. Dalam pandangan Freud, tahap
ini penting dalam perkembangan kepribadian karena selama masa inilah komplek
Oedipus timbul.
4.
Latency
stage terjadi pada usa 6 tahun sampai 12 tahun; pada
tahap ini anak memiliki rasa ingin tahu yang besar.
5.
Genital
stage terjadi mulai dari masa pubertas atau 12 tahun
keatas. Tahap ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual; sumber kesenangan seksual sekarang
adlah orang di luar keluarga.[8]
2.
Carl gustav jung ( 1875-1961 )
Gambar: Carl gustav jung
Carl gustav jung atau jung
dilahirkan pada tanggal 26 juli 1875 disebuah desa kecil kesswil, swiss. Menurut
kisah dari schultz & schulltz (2011) bahwa masa kecil jung tidak cukup
bahagia, ia termasuk anak yang mengisolasi diri dan menyendiri. Dia sibuk
dengan imjinasi dan fantasinya sendiri. Jung dibesarkan oleh ayah yang mudah
marah dan seorang ibu yang menderita gangguan emosinal. Pada usia yang ke-32 dia pernah merasa seperti gila, dan
kehilangan arah sampai tiga tahun. Schultz menjelaskan bahwa upaya jung untuk
mengatasi kekalutannya tersebut akhirnya
mencapai pada titik, yaitu jung tidak lagi menggunakan pertimbangan
intelektual, tapi menyerahkannya dirinya terhadap apa yang diinginkan ketidak sadaraannya. Proses ini
kemudian merupakan titik baik sekaligus
menginspirasi jung untuk mengembangkan teori teorinya.[9]
Jung sebenaranya memiliki ketertarikan
pada ilmu filsafat, namun ia kemudian mengambil kuliah kedokteran dalam bidang
psikiatri. Ia sempat bekerja sebagai asisten profesor Eugen Bleuler, psikiater
yang menemukan schizophrenia, dirumah sakit jiwa Burghozlzli Zurich
sampai tahun 1909. Pada kesempatan inilah, atas rekomendasi Bleuler, jung
melakukan penelitian word association test pada penderita psikotik[10]
Awal ketertarikan jung pada
psikoanalisis freud adalah ketika membaca buku freud yang berjudul the
ispiration of dream pada tahun 1900-an. Dan pada tahun 1906, ia terlibat
dalam korespondensi dengan freud, dan akhirnya bertemu langsung pada tahun
1907. Perhataian freud
terhadap ketidaksadaran dianggapnya cukup penting dalam memahami word
assosiation yang sedang digeluti jung. Pada saat ini jung yang dibarengi
ludwig binswanger terlibat perbincangan dan freud selama tiga belas jam. Beberapa
tahun kemudian, jung benrr
benar menjadi penerus freud. Namun karena ada perbedaan pendapat antara jung
dan freud, terutama dalam hal libido seksual, komunikasi jung dan freud semakin
renggang. Puncaknya ketika jung mengundurkan diri dari posisi editor sebuah
jurnal psikoanalisis pada tahun1914. Perpisahan ini membebani jung, hingga ia
sempat depresi hampir tiga tahun, sampai tahun tahun itu diberi nama tahun
kegelapan atau dark year[11]
Selepas dara psikoanalis, jung
mengembangkan analytical psychologi. Ada beberapa konsep yang
dikembangkan
oleh jung, seperti struktur kepribadian, collective unconscious, archetypes,
intervision – extervesion, deindividuasi, dan lain lain. Dipenghujung karirnya,
jung mengembangkan teori motif beragama.[12]
a.
Struktur kesadaran
Menurut
Jung
, kepribadian atau psyche terdiri darai berbagai sistem ynag berbeda
namun saling berinteraksi satu dengan yang lain. Sistem sistem terpenting tersebut
adalah ego, ketidaksadaraan pribadi beserta kompleksnya dan ketidaksadaran
kolektif beserta archetypus, persona, bayang bayang, anima, dan animus.
Didalam psyche, disamping adanya sistem yang saling berinteraksi
terdapat juga introvert , ekstrovert, fungsi pikiran, perasaan ,
pengindraan, dan intuisi. Struktur pcyche atau kepribadia manusia
terdiri dari dua alam, yaitu: alam sadar ( kesadaran atau conscious )
yang berfungsi untuk penyesuaian terhadap dunia luar. Alam sadar ini tidak lain
adalah ego. Dan alam tidak sadar ( ketidak sadaraan atau unconscious ), yang
berfungsi untuk penyesuain dunia dalam.[13]
Collective
unconscious. Dalam pandangan jung terdapat dua level
ketidaksadaran, yaitu personal atau individual unconscious dan collective
unconscious. Individual unconscious merupakan ketidaksadaran yang
tidak telalu dalam, dan mengandung ingatan, impuls, keinginan dan pengalaman
pengalaman hidup yang sudah dilupakan. Sedangkan collective unconscious
adalah level ketidaksadaran yang lebih dalam lagi. Yaitu akumulasi dari
pengalaman pengalaman nenek moyang atau generasi sebelumnya yang merupakan
basis dari kepribadian seseorang. Teori collective unconscious adalah teori
jung yang sangat mistis dan kontorversial. Karena bagi jung saat manusia
terlahir kedunia tidaklah dengan pikiran kosong.[14]
Archetypes
(
arketip atau pola dasar). Dalam collective unconscious terdapat
pengalaman pengalaman umum yang biasa dilalui manusia, yang dicatat dan
diturunkan dalam bentuk kecenderungan untuk merespon secara emosional terhadap
suatu pengalaman tertentu yang kemudian disebut dengan archetypes[15].
Salah satu fenomena masyarakat
indonesia saat ini bisa dibedah dan
dijelaskan dengan teori tentang archetypes ini misalnya tentang archetypes
pengkhianatan dalam bidang politik; dulu ada ken arok yang mengkhianati
tunggul ametung, lalu ada sentot alibasyah yang mengkhianati diponegoro,
sekarang ada partai partai politik dan tokoh tokoh nya yang mengkhianati
konstituennya. Dalam konsepsi jung ada banyak banyak jenis archetypes.
Namun yang paling terkenal adalah
1. Persona:
menunjuk pada topeng yang dipakai sesorang ketika berinteraksi dengan dunia
luar
2. Animus:
seorang perempuan yang selain memiliki jiwa feminim ia juga memiliki jiwa
maskulin, atau sifat pria yang hadir dalam alam bawah sadar kolektif wanita.
Yang dapat dipersonifikasikan sebagai orang tua yang bijak atau jahat,
cenderung bersikap logis dan juga argumentatif
3. Anima:
seorang
pria yang selain memiliki jiwa maskulin juga memiliki jiwa feminim, atau sifat
wanita yang hadir dalam alam bawah sadar kolektif pria. Yang dapat di
personifikasikan sebagai gadis muda, spontan ,intuitif, penuh perasaan, penuh
kasih sayang, atau sebaliknya ( sastra jendra, wordpress,2013 )
4. Shadow:
sisi gelap manusia yang merupakan warisan dari zaman sebelum manusia. Yaitu
keinginan yang tidak beradab tidak sesuai norma , contohnya adalah sifat
serakah, angan angan yang tidak realistis, pengecut, dan ketidak pedulian. (
sastra jendra, wordpress.com, 2013 )
5. Self:
yang mengintegrasi dan menjaga keseimbangan semua aspek ketidaksadaraan , serta
menjaga kestabilan dan kesatuan pribadi seseorang[16]
b.
Tipologi psikologis
Jung
menyebutkan bahwa kesadaran memiliki sikap dan fungsi berbeda. Ketika
berinteraksi dengan lingkungan, seseorang bisa diorientasikan kedalam dirinya
atau keluar dirinya. Orang yang energinya ( libido ) diarahkan dan terfokuskan
pada sesuatu diluar dirinya, baik orang atuapun kejadian, disebut orang yang
memiliki psikologi ekstrovert (E). Sedangkan yang mengarahkannnya dan
terfokuskan pada dalam dirinya disebut dengan introvert (I). Orang dengan
kepribadian E memiliki karakteristik yang mudah bergaul, ekpresif, banyak
bicara, menyukai tugas tugas kelompok dan lebih bagus belajar dengan
mendengarkan. Sedangkan orang dengan tipe I lebih suka menahan diri, pendiam
dan tidak banyak bicara, lebih baik belajar dengan membaca, dan lebih suka
bekerja mandiri.[17]
Menurut
jung, seseorang terhadap lingkungannya tersebut bisa dipengaruhi fungsi
kesadaran, yaitu bagaimana suatu informasi diterima dan bagaiamana suatu
keputusan diambil. Orang yang menerima informasi dengan menggunakan indranya
disebut dengan tipe sensing (S) dan orang yang menerima informasi dengan
menggunakn intuisi disebut dengan tipe intuition (N) . dan bagaimana keputusan
diambilpun terdiri dari dua tipe yang saling bertentangan. Ada yng menggunakn
pertmbangan kognitif (thinking) dan ada yang menggunakan pertimbangan perasaan
(feeling)[18]
SSS
3. Alfred
Adler ( 1870-1937 )
Adler dilahirkan di Vienna pada tahun 1870. Hergenhahn
menuturkan bahwa masa kecil Adler tidak begitu bahagia selain termasuk anak
yang sakit-sakitan, memiliki perawakan yang dirasa tidak menyenangkan, ia pun
terlibat persaingan (sibling rivalry)
dengan kakak kandungnya. Ia cemburu pada kakaknya, dan merasa kehadirannya
tidak dikehendaki ibunya.[19]
Pada tahun 1912, Adler kemudian mendirikan individual psychology, manusia selalu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari orang lain, dan satu sama lain
saling mempengaruhi. Berbeda dengan Sigmud Freud yang lebih menekannkan pada
libido seksual sebagai energy, Adler
justru lebih menekankan pada faktor sosial, kususnya pada apa yang ia sebut
dengan istilah social interest atau
“potensi baaan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam rangka mencapai
tujuan personal dan sosial” orang yang sosial interest-nya kurang akan lebih
negatife dalam memandang kehidupan, dan cenderung akan terlibat dalam
perilaku-perilaku anti-sosial.[20]
Yang membedakan antara psikoanalisis dan individual psychology, adalah
penekanannya pada masa depan. Jika psikoanalisis menggaris bawahi pentingnya
pengamalan masa lalu dalam menjelaskan perilaku hari ini, bagi individual psychology justru masa
depanlah yang lebih penting. Bagi Adler perilaku manusia selalu terarah pada
satu tujuan tertentu yang dianggapnya menarik, dan tujuan tersebut berpengaruh
pada perilaku sekarang.[21]
Cara manusia mengatasi kelemahan bisa menggunakan
konsep konvensasi atau over-konvensas.
Konvensasi adalah mengatasi kekurangan pada atu aspek dengan berupaya lebih
baik pada aspek yang lain, sedangkan over-konvensasi
adalah mengatasi kekurangan pada satu aspek dengan memperbaiki aspek tersebut
menjadi lebih baik.
4.
Karen Danielson
Horney (1885-1952)
Horney dilahirkan pada tanggal 15 September 1885 di Hamburg Jerman. Ayahnya seorang
kapten kapal yang memiliki pandangan bahwa laki-laki lebih superior daripada
perempuan. Dan ibunya yang usianya lebih muda daripada ayahnya, justru
merupakan perempuan yang berpikiran liberal. Hornet sendiri tidak menyukai
ayahnya yang suka merendahkan tampilan dan kecerdasannya. Harganhahn menyebutkan
bahwa jika sedang marah, ayah hornet kerap kali melempar ibunya dengan Bible
dan pengalaman inilah yang membuat Horney tidak suka dengan agama. Pengalaman
masa kecilnya tersebut membuat Herney merasa rendah diri. Dan menyimpan rasa
itu serta permusuhan dan berpengaruh pada teori-teori yang dibangunnya. Herney
mengambil kuliah kedokteran di Universitas of Berlin dan lulus pada tahun 1913.
Ia kemudian mendapatkan pelatihan mengenai psikoanalisis di Berlin
Psychoanalytic Institute, dan kemudian membuka praktik, serta mengajar di
Berlin Psychoanalytic Institute tersebut. Pada tahun 1932, Herney menjadi
Associate Director dari Chicago Institute Of Psychoanalytic Istitute. Pada masa
inilah, perbedaan antara pemikiran Herney dan Freud mulai tampak.[22]
Kecemasan Dasar (Basic Anxiety)
Menurut Herney ,
manusia memiliki dua kebutuhan dasar. Pertama manusia mempunyai kebutuhan untuk
mendapatkan perasaan aman atau kebutuhan untuk terbebas dari perasaan takut,
bahaya, dan sakit. Hubungan orangtua dan anak merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika hubungan anak dan orangtua
tersebut tidak memberikan rasa aman, misalnya, hubungan tersebut dipenuhi
dengan penolakan, permusuhan, pengabaian orangtua terhadap anaknya[23].
Herney menyebutkan tiga mekanisme yang mungkin
dilakukan oleh seseorang anak dalam mengadaptasi kecemasannya tersebut.
Pertama, ada anak yang menyampaikan kebenarannya secara langsung kepada
orangtuanya (moving toward). Kedua, ada anak yang mengambil cara dengan menunjukan
permusuhan terhadap orangtuanya (moving againt). Ketiga, ada mengambil cara ini
disebut detached style, yang didasari kebutuhan untuk mandiri dan mengambil
jarak[24]
5.
Jacques Marie
Emilie Lacan (1901-1981)
Gambar: Jacques Marie Emilie Lacan
Lacan adalah seorang psikoanalisis kelahiran Francis. Lacan lahir
pada tanggal 13 April 1901 di Paris, Prancis dan meninggal pada tanggal 9
September 1981. Latar belakang pendidikan Lacan adalah kedokteran dengan
spesialisasi psikiatrik. Pendidikan dokternya diperoleh dari Universitas of
Paris pada tahun 1932-an dengan disertasi mengenai paranoid Psychoanalytic on
its Relation with the personal itu. Lacan di sebut-sebut sebagai orang yang
memperkenalkan psikoanalisis di Prancis pada tahun 1953. Iya menyatakan bahwa
dirinya adalah Freudian. Walau demikian, pemikiran psikoanalisis Lacan memiliki
beberapa perbedaan dengan psikoanalisis dan lkngguistik[25]
Pemikiran Lacan
lainya antara lain mengenai mirror stage. Mirror stage ini merupakan tahapan
ketika identitas seorang sudah mulai terbentuk. Jika Freud membagi perkembangan
psikososial itu menjadi lima tahap ( oral, anal, phallic, latency, dan
genital), Lacan membaginya menjadi tiga tahap (real, mirror, simbolik). Berkaitan
dengan pembentukan ego pada mirror stage, Lacan membedakan antara istilah
"subjek" dan istilah "ego". Subjek adalah siapapyn yang
mengunakan bahasa. Walaupun subjek itu sebagai pengguna bahasa, namun bahasa
tersebut pada gilirannya akan menentukan subjek.[26]
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Psikoanalisis merupakan aliran
psikologi yang lebih focus pada ketidaksadaran dalam menjelaskan perilaku
manusia, menganggap penting masa lalu, dan menjadikan motivasi seksual sebagai
motivasi dasar. Ada tiga faktor yang melatar belakangi munculnya psikoanalisis.
Pertama, gagasan mengenai ketidaksadaran memang sudah pernah di sampaikan oleh
beberapa tokoh. Kedua, walaupun tidak terlalu dominan, sebelumnya memang sudah
berkembang penangan masalah psikologi dengan menggunakan penjelasan psikologis,
bukan medis. Ketiga, gagasan Darwin mengenai ketidaksadaran konflik mental,
pentingnya mimpi, perkembangan anak, dan dorongan seksual juga cukup
berpengaruh terhadap psikoanalisis.
Beberapa pikiran kunci
psikoanalisis antara lain mengenai struktur kepribadian, mekanisme, pertahanan
diri, perkembangan psikoseksual.
B.
Kritik
Kritik-kritik psikoanalisis Freud juga didengungkan
oleh pemikir postrukturalisme, Jacques Derrida. Menurut filsuf kelahiran
Aljazair itu, bangunan pemikiran Freud tidak dapat terlepas dari logosentrisme
modernisme Barat. Freud meneguhkan bahwa kesadaran adalah sesuatu yang hadir
dan harus dicapai untuk membentuk kedewasaan.
Padahal, menurut Derrida logosentrisme modernisme Barat mengandung
cacat-cacat internal yang tidak mungkin mampu memandang dunia secara utuh. Artinya, modernisme selalu menghadirkan
sebuah centrum yang harus dipuja, sementara yang tidak menjadi centrum menjadi
subordinat. Oleh karena itu, kehadiran kesadaran yang diusung Freud hanyalah penegasan
kembali atas logosentrisme modernisme Barat yang bersemangat mengsubordinatkan
selain centrum.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta,
2009, hlm. 38
John W.
Santrock, Adolescence Perkembangan
Remaja, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2003, hlm. 43-45.
DRS. Sunarto,
M.Kes, PSIKOLOGI UNTUK PERAWAT, penerbit buku kedokteran EGC
Dr. Agus Abdul Rahman,M.Psi.,Psikolog. Sejarah Psikologi Depok PT.RajaGrafindo
persada 2018. Hal 222
[1] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 38
[2] Agus Abdul Rahman, Op.cit., hlm.
204.
[3] Ibid, hlm. 207.
[4] Ibid, hlm. 209-210.
[5] Ibid, hlm. 211-212.
[6] Ibid, hlm. 213-214.
[7] Ibid, hlm. 214.
[8]John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, Gelora
Aksara Pratama, Jakarta, 2003, hlm. 43-45.
[9] Op.cit,Dr.Agus Abdul Rahman,
M.Psi., Psikolog, hl.216
[10] Ibid,hl.217
[11] Ibid,hl-217-218
[12] Ibid,hl.218
[13] DRS. Sunarto, M.Kes, Psikologi
Untuk Perawat, penerbit buku kedokteran EGC,
[14] Op.cit,hl.218
[15] Rahman agus abdul, op.cit hl.218
[17] Rahman agus abdul,op.cit,hl.220-221
[18] Ibid,hl.221
[19] Dr. Agus
Abdul Rahman,M.Psi.,Psikolog. Sejarah psikologiDepok ptrajagrafindo persada
2018. Hal 222
[22] Ibid,hl.225-226
[23] Ibid,hl.226
[24] Ibid,hl.226
[25] Ibid,hl.228
[26] Ibid,hl.229-230