Tuesday, October 1, 2019

TOKOH PSIKOANALISIS MENGGALI KETIDAKSADARAN DALAM MEMAHAMI MANUSIA


MAKALAH

PSIKOANALISIS MENGGALI KETIDAKSADARAN DALAM MEMAHAMI MANUSIA

Dosen Pengampu:
Mustamira Sofa Salsabila,S.Psi,M.Psi




Disusun Oleh :
Assyifa safira
1931080031
Aulia Rahma
1931080275
Dimas nur mahmudi
1931080290
ismi fauziah
1931080319
Ridho Setiawan
1931080369
Tasya Amalia Tifa
1931080389

PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang Masalah
Aliran ini berusaha  menyelidiki proses kejiwaan yang berada dalam alam bawah sadar manusia. Pendapatnya yang terkenal antara lain tentang faktor pokok yang mempengaruhi hidup manusia dan menentukan tingkah lakunya yang disebut “libido sexsual”. Tokohnya yang terkena adalah Breuer (Austria), seorang dokter ahli penyakit saraf (psikiater). Berikut diikuti oleh muridnya yaitu Sigmund Freud (1856-1039), juga seorang psikiater yang tinggal Wina. Freud sangat dikenal hingga kini, karena ia berhasil mengembangkan dan memanfaatkan pandangan tekniknya antara lain hipnotis, analisis mimpi, dan sebagainya. Dalam mempelajari pskoanalisis, Freud belajar juga pada Prof. Charcot di Prancis.[1]
Menurut Schultz dn Schultz, terdpat tiga faktor yang melatar belakangi munculnya psikoanalisis. Pertama, sebelumna memng sudah terdapat pakar yang berspekulasi dengan adanya ketidaksadaran, seperti Gottfried Wilhem Leibniz, Johaan Friedrich Herbart, dan Fechner. Leibniz yang terkenal dengan monadologi nya, menyatakan bahwa kejadian mental tu terjadi karena aktivitas mnad atau semacm persepsi, dan kejadian mental itu bertingkat-tingkst, dari aktivitas monad yang tidak disadari (petites perception) sampai dengan aktivitas monad yang disadari (appercepion); Herbart menyatakan bahwa kesadaran itu ada ambangnya, dan sesuatu yang ada dibawa ambang batas kesadaran tidak akan disadari; Fecher mengibaratkan pikiran manusia seperti gunung es di lautan dan bagian yang ada di permukaan lautan adalah pikiran yang tidak disadari serta berpengaruh besar pada kesadaran seseorang. Kedua,  masalah gangguan psikologis penanganannya pun bukanlah hal baru. Padangan dan penanganan gangguan psikologis tersebut berkembang dari waktu ke waktu.[2]



B.            Rumusan Masalah
1.             Apakah yang dimaksud psikoanalisis?
2.             Bagaimana pandangan pengertian psikoanalisis menurut para tokoh?

C.           Manfaat dan Tujuan Masalah
1.             Untuk mengetahui apa itu psikoanalisis
2.             Untuk mengetahui siapa saja tokoh dalam psikoanalisis









PEMBAHASAN


1.      Sigmund Frud (1856-1939)


                                                      Gambar: Sigmund Frud

Freud lahir di Freiberg, Moravia yang sekarang diseut Republik Czekoslavia pada tanggal 6 Mei 1856. Pada usia 4 tahun, karena bisnis bapanya bankrut, Freud pindah ke Leipzig, dan kemudia menetap di Vienna. Pada tahun 1881, Freud menyelesaikan studi kedokteran. Selepas itu walaupun tertarik pada bidang penelitian, karena kesulitan ekonomi, atas saran Ernst Brucke, Frud kemudian membuka praktik kedokteran. Pada tahun 1884, ia pernah melakukan penelitian mengenai kokain, dan menulis artikel mengenai keuntungan kokai. Menurutnya, kokain bisa meningkatkan energi, kekuatan, dan mengatasi masalah depresi. Bukan hanya itu, Freud pun menggunakan kokain, bahkan merekomendasikannya kepada teman dan koleganya. Namun demikian, keyakinannya tersebut ternyata didapati tidak teat. Kecanduan terhadap kokain justru bisa membuat orang meninggal, dan karna itulah dia mendapat banyak kritik.[3]

a.              Pokok Pikiran Freud
Pada awal abad ke-20-an, Freud dianggap sebagai tokoh yang paling berpengaruh trhadap psikologi abnormal dan psikiatri. Pemikiran-pemikirannya banyak diguakan dalam mendiagnosis suatu gangguan mental. Berikut adalah beberapa pokok dari pemikiran Freud.
1.             Freud mempunyai keyakinan bahwa smua kejadian, temasuk kejadian mental, tidak terjadi secara kebetulan, tapi bersifat deterministik.
2.             Pemikiran freud tidak lepas dari pengarh teori Evousi darwin. Freud meyakini bahwa terdapat kesamaan karakterisktik biologis antara manusia dan spesies lainnya. Oleh karna itu, Freud pun meyakini bahwa mngetahui proses alamiah (natural processes) penting dalam memahami proses mental manusia.
3.             Freud meyakini bahwa ketidaksadaran memiliki peranan pening dan berpengaru besar terhadap dinamika kepribadian seseorang.
4.             Freud meyakini adanya tahap-tahapan perkembangan mental, dan menganggap adanya ahapan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
5.             Freud meyakini bahwa kategori norml an normalitas bersifat kontinum, dan yang membedakannya hanyalh tingkatannya saja.
6.             Motivasi merupakan faktor pntig flm teorinya freud. Motivasi kesenangan merupakan salah satu motivasi yang dianggapnya sangat penting.
7.             Teori Freud dibangun untuk kepentingan terpeutik. Dalam membangun teorinya, freud lebih menekankan pada sejauh mana teorinya tersebut dapat diterapkan dalam membanu pasienpasiennya.
8.             Dalam membanun teorinya, Freud lebih banyak menggunakan data-data klinis yang diperoleh dari pasiennya, dapripada data ekperimental.[4]

b.             Struktur Kepribadian
Awalnya, Freud menyebutkan adanya tindak tingkatan kesadaran: ada kesadaran (conscious), prakesadaran (preconscious), dan ketidaksadaran (uncounsious). Dalam perjalanannya Freud kemudian merevisi pandangannya tersebut. Menurut Freud struktur kepribadian manusia itu terdiri dari tiga elemen: Id, Ego, Superego.Id beasal dari bahasa Latin yang berarti “it” atau “das es” dalam bahasa Jerman.

1.             Id merupakan salah satu elemen dari sistem kepribadian Freud yang merupakan sumber dari segala dorongan dasar yang sifatnya primitif dan tidak disadari, seperti lapar, haus, dan seks serta selalu berupaya untuk dipenuhi. Id dikendalikan oleh prinsip kesenangan. Id tidak terlalu perduli dengan kenyataan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Id selalu mendesak ego untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya agar mendapatkan kesenangan. Proses ini kemudian dinamai Freud dengan primary process thingking.
2.             Superego merupakan bagian dari elemen kepribadian yang berisi norma-norma sosial yang sudah terinternalisasikan dalam diri seseorang, yang diperoleh dari keluarga ataupun masyarakat. Superego pun menuntut Ego untuk merealisasikan keinginannya dan kadang tidak realistis, tidak rasional, bahkan tidak mungkin. Jika Id menggunakan prinsip kesenangan, Superego menggunakan prinsip sebaliknya, yaitu prinsip kesempurnaan atau morality principle.
3.             Ego atau das ich dalam bahasa Jeman berarti “aku” dan merupakan “center of organization and integration” diri seseorang. Fungsi ego adalah menjaga kesimbangan kepribadian dengan memperhatikan dorongan Id dan Superego. Dengan memperhatikan tuntutan realistis (reality principle), ego kemudian berusaha mencari solusi dalam mengatasi tuntutan Id dan superego, melalui kompromi, penundaan, ataupun subtitusi. Proses ini kemudian disebut dengan Secondary Process Thingking.[5]

c.              Mekanisme Pertahanan Diri
Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan oleh ego.
1.             Represi. Represi merupakan strategi pertahanan diri dengan menekan memori, pikiran, dan persepsi yang membahayakan diri ke dalam ketidaksadaran. Mimpi menjadi salah satu jalan yang cukup mudah untuk keluarnya materi-materi yang direpres, karena dalam kondisi tidur, represi yang dilakukan lebih lemah dibanding ketika terjaga.
2.             Displacement. Displacement merupakan strategi pertahanan diri dengan “mengganti objek atau tujuan yang menimbulkan kecemasan dengan tujuan yang tidak menimnulkan kecemasan”.
3.             Proyeksi. Proyeksi merupakan strategi pertahanan diri dengan mengalamatkan kekurangan atau kesalahan pribadinya kepada benda, kejadian, ataupun orang lain. Misal, orang yang suka berbohong mengatakan bahwa orang lanlah yang suka membohongi dirinya.
4.             Regresi. Regresimerupakan strategi pertahanan diri dengan kembali ke tahap perkembangan sebelumnya. Orang yang melakukan pertahanan diri ini akan menunjukkan sikap dan perilaku yang mirip dengan tahap perkembangan sebelumnya.
5.             Reaksi formasi. Reaksi Formasi merupakan strategi pertahanan diri dengan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sebenarnya. Hal itu dilakukan jika melakukan apa yang sesuai dengan yang diinginkan akan mengancam ego.[6]

d.             Tahapan Perkembangan Psikoseksual
Motivasi seksual merupakan hal penting dalam psikoanalisis. Freud menyatakan bahwa seks itu tidak hanya berhubungan dengan organ-organ tertentu saja, tapi seluruh bagian tubuh bisa menjadi sumber kepuasan seksual.[7]
1.             Oral stage adalah tahap perkembangan Freud yang pertama, terjadi pada usia 18 bulan pertama, di mana kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut. Mengunyah, mengisap, dan menggigit adalah sumber kesenangan utama.
2.             Anal stage terjadi antara usia 1,5  tahun sampai 3 tahun, di mana kesenagan terbesar anak meliputi anus atau fungsi pembuangan yang berhubungan dengan anus. Menurut Freud, gerakan otot anus mengurangi ketegangan.
3.             Phallic stage terjadi pada usia 3 sampai 6 tahun; istilah tersebut berasal dari kata Latin phallus, yang berarti “penis” . selama tahap ini, kesenagan berpusat pada alat kelamin karen anak menemukan bahwa memanipulasi diri sendiri memberikan kenikmatan. Dalam pandangan Freud, tahap ini penting dalam perkembangan kepribadian karena selama masa inilah komplek Oedipus timbul.
4.             Latency stage terjadi pada usa 6 tahun sampai 12 tahun; pada tahap ini anak memiliki rasa ingin tahu yang besar.
5.             Genital stage terjadi mulai dari masa pubertas atau 12 tahun keatas. Tahap ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan  seksual; sumber kesenangan seksual sekarang adlah orang di luar keluarga.[8]

2.      Carl  gustav jung ( 1875-1961 )




                                                Gambar: Carl  gustav jung

Carl gustav jung atau jung dilahirkan pada tanggal 26 juli 1875 disebuah desa kecil kesswil, swiss. Menurut kisah dari schultz & schulltz (2011) bahwa masa kecil jung tidak cukup bahagia, ia termasuk anak yang mengisolasi diri dan menyendiri. Dia sibuk dengan imjinasi dan fantasinya sendiri. Jung dibesarkan oleh ayah yang mudah marah dan seorang ibu yang menderita gangguan emosinal. Pada usia yang  ke-32 dia pernah merasa seperti gila, dan kehilangan arah sampai tiga tahun. Schultz menjelaskan bahwa upaya jung untuk mengatasi kekalutannya tersebut akhirnya mencapai pada titik, yaitu jung tidak lagi menggunakan pertimbangan intelektual, tapi menyerahkannya dirinya terhadap apa yang diinginkan ketidak sadaraannya. Proses ini kemudian merupakan titik baik sekaligus menginspirasi jung untuk mengembangkan teori teorinya.[9]

Jung sebenaranya memiliki ketertarikan pada ilmu filsafat, namun ia kemudian mengambil kuliah kedokteran dalam bidang psikiatri. Ia sempat bekerja sebagai asisten profesor Eugen Bleuler, psikiater yang menemukan schizophrenia, dirumah sakit jiwa Burghozlzli Zurich sampai tahun 1909. Pada kesempatan inilah, atas rekomendasi Bleuler, jung melakukan penelitian word association test pada penderita psikotik[10]
Awal ketertarikan jung pada psikoanalisis freud adalah ketika membaca buku freud yang berjudul the ispiration of dream pada tahun 1900-an. Dan pada tahun 1906, ia terlibat dalam korespondensi dengan freud, dan akhirnya bertemu langsung pada tahun 1907. Perhataian freud terhadap ketidaksadaran dianggapnya cukup penting dalam memahami word assosiation yang sedang digeluti jung. Pada saat ini jung yang dibarengi ludwig binswanger terlibat perbincangan dan freud selama tiga belas jam. Beberapa tahun kemudian, jung benrr benar menjadi penerus freud. Namun karena ada perbedaan pendapat antara jung dan freud, terutama dalam hal libido seksual, komunikasi jung dan freud semakin renggang. Puncaknya ketika jung mengundurkan diri dari posisi editor sebuah jurnal psikoanalisis pada tahun1914. Perpisahan ini membebani jung, hingga ia sempat depresi hampir tiga tahun, sampai tahun tahun itu diberi nama tahun kegelapan atau dark  year[11]
Selepas dara psikoanalis, jung mengembangkan analytical psychologi. Ada beberapa konsep yang dikembangkan oleh jung, seperti struktur kepribadian, collective unconscious, archetypes, intervision – extervesion, deindividuasi, dan lain lain. Dipenghujung karirnya, jung mengembangkan teori motif beragama.[12]
a.              Struktur kesadaran
Menurut Jung , kepribadian atau psyche terdiri darai berbagai sistem ynag berbeda namun saling berinteraksi satu dengan yang lain. Sistem sistem terpenting tersebut adalah ego, ketidaksadaraan pribadi beserta kompleksnya dan ketidaksadaran kolektif beserta archetypus, persona, bayang bayang, anima, dan animus. Didalam psyche, disamping adanya sistem yang saling berinteraksi terdapat juga introvert , ekstrovert, fungsi pikiran, perasaan , pengindraan, dan intuisi. Struktur pcyche atau kepribadia manusia terdiri dari dua alam, yaitu: alam sadar ( kesadaran atau conscious ) yang berfungsi untuk penyesuaian terhadap dunia luar. Alam sadar ini tidak lain adalah ego. Dan alam tidak sadar ( ketidak sadaraan atau unconscious ), yang berfungsi untuk penyesuain dunia dalam.[13]
Collective unconscious. Dalam pandangan jung terdapat dua level ketidaksadaran, yaitu personal atau individual unconscious dan collective unconscious. Individual unconscious merupakan ketidaksadaran yang tidak telalu dalam, dan mengandung ingatan, impuls, keinginan dan pengalaman pengalaman hidup yang sudah dilupakan. Sedangkan collective unconscious adalah level ketidaksadaran yang lebih dalam lagi. Yaitu akumulasi dari pengalaman pengalaman nenek moyang atau generasi sebelumnya yang merupakan basis dari kepribadian seseorang. Teori collective unconscious adalah teori jung yang sangat mistis dan kontorversial. Karena bagi jung saat manusia terlahir kedunia tidaklah dengan pikiran kosong.[14]
Archetypes ( arketip atau pola dasar). Dalam collective unconscious terdapat pengalaman pengalaman umum yang biasa dilalui manusia, yang dicatat dan diturunkan dalam bentuk kecenderungan untuk merespon secara emosional terhadap suatu pengalaman tertentu yang kemudian disebut dengan archetypes[15].  Salah satu fenomena masyarakat indonesia  saat ini bisa dibedah dan dijelaskan dengan teori tentang archetypes ini misalnya tentang archetypes pengkhianatan dalam bidang politik; dulu ada ken arok yang mengkhianati tunggul ametung, lalu ada sentot alibasyah yang mengkhianati diponegoro, sekarang ada partai partai politik dan tokoh tokoh nya yang mengkhianati konstituennya. Dalam konsepsi jung ada banyak banyak jenis archetypes. Namun yang paling terkenal adalah
1.      Persona: menunjuk pada topeng yang dipakai sesorang ketika berinteraksi dengan dunia luar
2.      Animus: seorang perempuan yang selain memiliki jiwa feminim ia juga memiliki jiwa maskulin, atau sifat pria yang hadir dalam alam bawah sadar kolektif wanita. Yang dapat dipersonifikasikan sebagai orang tua yang bijak atau jahat, cenderung bersikap logis dan juga argumentatif
3.      Anima: seorang pria yang selain memiliki jiwa maskulin juga memiliki jiwa feminim, atau sifat wanita yang hadir dalam alam bawah sadar kolektif pria. Yang dapat di personifikasikan sebagai gadis muda, spontan ,intuitif, penuh perasaan, penuh kasih sayang, atau sebaliknya ( sastra jendra, wordpress,2013 )
4.      Shadow: sisi gelap manusia yang merupakan warisan dari zaman sebelum manusia. Yaitu keinginan yang tidak beradab tidak sesuai norma , contohnya adalah sifat serakah, angan angan yang tidak realistis, pengecut, dan ketidak pedulian. ( sastra jendra, wordpress.com, 2013 )
5.      Self: yang mengintegrasi dan menjaga keseimbangan semua aspek ketidaksadaraan , serta menjaga kestabilan dan kesatuan pribadi seseorang[16]

b.             Tipologi psikologis
Jung menyebutkan bahwa kesadaran memiliki sikap dan fungsi berbeda. Ketika berinteraksi dengan lingkungan, seseorang bisa diorientasikan kedalam dirinya atau keluar dirinya. Orang yang energinya ( libido ) diarahkan dan terfokuskan pada sesuatu diluar dirinya, baik orang atuapun kejadian, disebut orang yang memiliki psikologi ekstrovert (E). Sedangkan yang mengarahkannnya dan terfokuskan pada dalam dirinya disebut dengan introvert (I). Orang dengan kepribadian E memiliki karakteristik yang mudah bergaul, ekpresif, banyak bicara, menyukai tugas tugas kelompok dan lebih bagus belajar dengan mendengarkan. Sedangkan orang dengan tipe I lebih suka menahan diri, pendiam dan tidak banyak bicara, lebih baik belajar dengan membaca, dan lebih suka bekerja mandiri.[17]
Menurut jung, seseorang terhadap lingkungannya tersebut bisa dipengaruhi fungsi kesadaran, yaitu bagaimana suatu informasi diterima dan bagaiamana suatu keputusan diambil. Orang yang menerima informasi dengan menggunakan indranya disebut dengan tipe sensing (S) dan orang yang menerima informasi dengan menggunakn intuisi disebut dengan tipe intuition (N) . dan bagaimana keputusan diambilpun terdiri dari dua tipe yang saling bertentangan. Ada yng menggunakn pertmbangan kognitif (thinking) dan ada yang menggunakan pertimbangan perasaan (feeling)[18]

SSS

3.      Alfred Adler ( 1870-1937 )



                                   Gambar: Alfred Adler
  
Adler dilahirkan di Vienna pada tahun 1870. Hergenhahn menuturkan bahwa masa kecil Adler tidak begitu bahagia selain termasuk anak yang sakit-sakitan, memiliki perawakan yang dirasa tidak menyenangkan, ia pun terlibat persaingan (sibling rivalry) dengan kakak kandungnya. Ia cemburu pada kakaknya, dan merasa kehadirannya tidak dikehendaki ibunya.[19]
Pada tahun 1912, Adler kemudian mendirikan individual psychology, manusia selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari orang lain, dan satu sama lain saling mempengaruhi. Berbeda dengan Sigmud Freud yang lebih menekannkan pada libido seksual sebagai energy, Adler justru lebih menekankan pada faktor sosial, kususnya pada apa yang ia sebut dengan istilah social interest atau “potensi baaan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan personal dan sosial” orang yang sosial interest-nya kurang akan lebih negatife dalam memandang kehidupan, dan cenderung akan terlibat dalam perilaku-perilaku anti-sosial.[20]
Yang membedakan antara psikoanalisis dan individual psychology, adalah penekanannya pada masa depan. Jika psikoanalisis menggaris bawahi pentingnya pengamalan masa lalu dalam menjelaskan perilaku hari ini, bagi individual psychology justru masa depanlah yang lebih penting. Bagi Adler perilaku manusia selalu terarah pada satu tujuan tertentu yang dianggapnya menarik, dan tujuan tersebut berpengaruh pada perilaku sekarang.[21]
Cara manusia mengatasi kelemahan bisa menggunakan konsep konvensasi atau over-konvensas. Konvensasi adalah mengatasi kekurangan pada atu aspek dengan berupaya lebih baik pada aspek yang lain, sedangkan over-konvensasi adalah mengatasi kekurangan pada satu aspek dengan memperbaiki aspek tersebut menjadi lebih baik.


4.     Karen Danielson Horney (1885-1952)



                                       Gambar: Karen Danielson Horney

Horney dilahirkan pada tanggal 15 September 1885 di Hamburg Jerman. Ayahnya seorang kapten kapal yang memiliki pandangan bahwa laki-laki lebih superior daripada perempuan. Dan ibunya yang usianya lebih muda daripada ayahnya, justru merupakan perempuan yang berpikiran liberal. Hornet sendiri tidak menyukai ayahnya yang suka merendahkan tampilan dan kecerdasannya. Harganhahn menyebutkan bahwa jika sedang marah, ayah hornet kerap kali melempar ibunya dengan Bible dan pengalaman inilah yang membuat Horney tidak suka dengan agama. Pengalaman masa kecilnya tersebut membuat Herney merasa rendah diri. Dan menyimpan rasa itu serta permusuhan dan berpengaruh pada teori-teori yang dibangunnya. Herney mengambil kuliah kedokteran di Universitas of Berlin dan lulus pada tahun 1913. Ia kemudian mendapatkan pelatihan mengenai psikoanalisis di Berlin Psychoanalytic Institute, dan kemudian membuka praktik, serta mengajar di Berlin Psychoanalytic Institute tersebut. Pada tahun 1932, Herney menjadi Associate Director dari Chicago Institute Of Psychoanalytic Istitute. Pada masa inilah, perbedaan antara pemikiran Herney dan Freud mulai tampak.[22]

Kecemasan Dasar (Basic Anxiety)
Menurut Herney , manusia memiliki dua kebutuhan dasar. Pertama manusia mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan perasaan aman atau kebutuhan untuk terbebas dari perasaan takut, bahaya, dan sakit. Hubungan orangtua dan anak merupakan sesuatu yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika hubungan anak dan orangtua tersebut tidak memberikan rasa aman, misalnya, hubungan tersebut dipenuhi dengan penolakan, permusuhan, pengabaian orangtua terhadap anaknya[23].
Herney  menyebutkan tiga mekanisme yang mungkin dilakukan oleh seseorang anak dalam mengadaptasi kecemasannya tersebut. Pertama, ada anak yang menyampaikan kebenarannya secara langsung kepada orangtuanya (moving toward). Kedua, ada anak yang mengambil cara dengan menunjukan permusuhan terhadap orangtuanya (moving againt). Ketiga, ada mengambil cara ini disebut detached style, yang didasari kebutuhan untuk mandiri dan mengambil jarak[24]

5.     Jacques Marie Emilie Lacan (1901-1981)
                                   Gambar:  Jacques Marie Emilie Lacan

Lacan adalah seorang psikoanalisis kelahiran Francis. Lacan lahir pada tanggal 13 April 1901 di Paris, Prancis dan meninggal pada tanggal 9 September 1981. Latar belakang pendidikan Lacan adalah kedokteran dengan spesialisasi psikiatrik. Pendidikan dokternya diperoleh dari Universitas of Paris pada tahun 1932-an dengan disertasi mengenai paranoid Psychoanalytic on its Relation with the personal itu. Lacan di sebut-sebut sebagai orang yang memperkenalkan psikoanalisis di Prancis pada tahun 1953. Iya menyatakan bahwa dirinya adalah Freudian. Walau demikian, pemikiran psikoanalisis Lacan memiliki beberapa perbedaan dengan psikoanalisis dan lkngguistik[25]
Pemikiran Lacan lainya antara lain mengenai mirror stage. Mirror stage ini merupakan tahapan ketika identitas seorang sudah mulai terbentuk. Jika Freud membagi perkembangan psikososial itu menjadi lima tahap ( oral, anal, phallic, latency, dan genital), Lacan membaginya menjadi tiga tahap (real, mirror, simbolik). Berkaitan dengan pembentukan ego pada mirror stage, Lacan membedakan antara istilah "subjek" dan istilah "ego". Subjek adalah siapapyn yang mengunakan bahasa. Walaupun subjek itu sebagai pengguna bahasa, namun bahasa tersebut pada gilirannya akan menentukan subjek.[26]








BAB III
PENUTUP

A.           Simpulan
Psikoanalisis merupakan aliran psikologi yang lebih focus pada ketidaksadaran dalam menjelaskan perilaku manusia, menganggap penting masa lalu, dan menjadikan motivasi seksual sebagai motivasi dasar. Ada tiga faktor yang melatar belakangi munculnya psikoanalisis. Pertama, gagasan mengenai ketidaksadaran memang sudah pernah di sampaikan oleh beberapa tokoh. Kedua, walaupun tidak terlalu dominan, sebelumnya memang sudah berkembang penangan masalah psikologi dengan menggunakan penjelasan psikologis, bukan medis. Ketiga, gagasan Darwin mengenai ketidaksadaran konflik mental, pentingnya mimpi, perkembangan anak, dan dorongan seksual juga cukup berpengaruh terhadap psikoanalisis.
Beberapa pikiran kunci psikoanalisis antara lain mengenai struktur kepribadian, mekanisme, pertahanan diri, perkembangan psikoseksual.

B.            Kritik
Kritik-kritik psikoanalisis Freud juga didengungkan oleh pemikir postrukturalisme, Jacques Derrida. Menurut filsuf kelahiran Aljazair itu, bangunan pemikiran Freud tidak dapat terlepas dari logosentrisme modernisme Barat. Freud meneguhkan bahwa kesadaran adalah sesuatu yang hadir dan harus dicapai untuk membentuk kedewasaan.  Padahal, menurut Derrida logosentrisme modernisme Barat mengandung cacat-cacat internal yang tidak mungkin mampu memandang dunia secara utuh.  Artinya, modernisme selalu menghadirkan sebuah centrum yang harus dipuja, sementara yang tidak menjadi centrum menjadi subordinat. Oleh karena itu, kehadiran kesadaran yang diusung Freud hanyalah penegasan kembali atas logosentrisme modernisme Barat yang bersemangat mengsubordinatkan selain centrum.



DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 38

John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2003, hlm. 43-45.

DRS. Sunarto, M.Kes, PSIKOLOGI UNTUK PERAWAT, penerbit buku kedokteran EGC

Dr. Agus Abdul Rahman,M.Psi.,Psikolog. Sejarah Psikologi Depok PT.RajaGrafindo persada 2018. Hal 222




[1] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 38
[2] Agus Abdul Rahman, Op.cit., hlm. 204.
[3] Ibid, hlm. 207.
[4] Ibid, hlm. 209-210.
[5] Ibid, hlm. 211-212.
[6] Ibid, hlm. 213-214.
[7] Ibid, hlm. 214.
[8]John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2003, hlm. 43-45.
[9] Op.cit,Dr.Agus Abdul Rahman, M.Psi., Psikolog, hl.216
[10] Ibid,hl.217
[11] Ibid,hl-217-218
[12] Ibid,hl.218
[13] DRS. Sunarto, M.Kes, Psikologi Untuk Perawat, penerbit buku kedokteran EGC,
[14] Op.cit,hl.218
[15] Rahman agus abdul, op.cit hl.218
[16] https://sustrisnogt-wordpress.com, 22 september 2019, 16:00 wib
[17] Rahman agus abdul,op.cit,hl.220-221
[18] Ibid,hl.221
[19] Dr. Agus Abdul Rahman,M.Psi.,Psikolog. Sejarah psikologiDepok ptrajagrafindo persada 2018. Hal 222


[22] Ibid,hl.225-226
[23] Ibid,hl.226
[24] Ibid,hl.226
[25] Ibid,hl.228
[26] Ibid,hl.229-230

MAKALAH TEORI GESTALT


MAKALAH KONSELING INDIVIDU
TEORI GESTALT
Dosen Pengampu : Noffi Yanti, S.Sos, M.A











Kelas D
Disusun oleh: Kelompok 3
Anita Sari                    1841040304
Heni Tia Anisa            1841040126
Indah Nuraini              1841040313
Ismail                          1841040268


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA 2019/1441 H






KATA PENGANTAR

Assalamualaikum
                  Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayahnya lah kami para pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan tepat waktu ya itu makalah yang berjudul Teori Gestalt. Dan solawat beserta salam tak lupa kita sanjung agungkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan safaatnya di yaumul kelak .
                  Dalam makalah ini kami membahas tentang Teori Gestalt untuk memenuhi tugas matakuliah komunikasi konseling. Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi para pendengar dan pembaca. Namun kami masih menyadari bahwasanya makalah kami masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kami masih mengharapan kritik dan saran yang membangun agar dapat kami jadikan pelajaran di kedepanya karena hakikinya manusia tidak ada yang sempurna.
                  Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya terhadap rekan-rekan yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini dan ucapan terima kasih pula terhadap Ibu Noffiyanti yang telah membimbing, dan memberikan ilmunya terhadap kami semuah khususnya pada mata kuliah komunikasi konseling. Akhir kata dari kami.
Wasalamualaikum.
Bandar Lampung, 25 September 2019          


            Penulis





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      TERAPI GESTALT............................................................................. 3
B.     Dinamika Kepribadian Manusia........................................................... 3
C.     Peran dan Fungsi Konselor................................................................... 4
D.    Tujuan Terapi Gestalt........................................................................... 5
E.     Teknik Terapi Gestalt........................................................................... 5

BAB III PENUTUP
A.    Latar Belakang..................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN





A. Latar Belakang
Psikologi Gestalt, yang didirikan oleh Max Wertheimer, merupakan kelanjutan dari pemberontakan terhadap molekularisme program Wundt terhadap psikologi, yang menuai simpati banyak orang pada waktu itu, termasuk di dalamnya William James.  Kata  Gestalt  bermakna  keseluruhan  yang  bersatu  atau  penuh  makna, yang malah fokus pada kajian psikologis.
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada apa dan bagaimana tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu, terapi Gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataannya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini-dan sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesdarannya.


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, berikut beberapa hal yang akan di bahas:
1. Apa tujuan terapi Gestalt?
2. Bagaimana dinamika kepribadian manusia Gestalt
3. Bagaimana teknik-teknik terapi Gestalt

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dinamika kepribadian manusia dalam terapi Gestalt
2. Untuk memahami tujuan dari terapi Gestalt
3. Untuk memahami teknik-teknik terapi Gestalt





















BAB II
PENDAHULUAN



A.TERAPI GESTALT
            Terapi Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan antara sistensial-humanistis dan fenomenologi, yaitu memfokuskan diri pada pengalaman klien “here and now” dan memadukannya dengan bagian-bagian di masalalu. Kemunculan terapi Gestalt dipelopori oleh Federick Perls, dan dalam perkembangannya terdapat sejumlah nama tokoh yang turut menyumbangkan pemikirannya dalam terapi Gestalt seperti Koffa, Kohler, Wertheirmer.
            Menurut pandangan Gestalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus mengetahuinnya secara keseluruhan. Karena bila hanya melihat pada bagian tertentu, kita akan kehilangan karakteristik penting lainnya. Hal ini juga berlaku pada tingkah laku manusia, untuk menjadi pribadi yang sehat, individu harus merasakan dan menerima pengalamannya secara keseluruhan tanpa berusaha menghilangkan bagian-bagian tertentu.Ini dilakukan untuk mencapai keseimbangan. Tetapi pada individu yang tidak sehat sehingga mengalami ketidakseimbangan, maka akan muncul ketakutan dan ketegangan sehingga melakukan reaksi penghindaran untuk menyadarinya secara nyata (Gunarsa, 1996).
            Mempelajari terapi Gestalt akan memberikan pemahaman pada pembaca mengenai tekhnik pendekatan yang menempatkan manusia sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk berkembang.

1.      Dinamika Kepribadian Manusia
Gestalt memandang manusia secara positif yang memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.
Passons (dikutip dari Gunarsa, 1966) mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menyadari pikiran, perasaan dan tindakannya, sehingga mampu memilih dan menguasai kehidupannya secara efektif. Konsep yang hamper sama juga dikemukakan oleh Ivey, et al. (dikutip dari Gunarsa, 1966) yang mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentukan arah kehidupannya.
Timbulnya perilaku bermasalah menurut pandangan Gestalt adalah karena ketidakmampuan individu untuk mengatasi masalah sehingga cenderung melakukan penghindaran.Hal inilah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pribadi individu. Sementara itu, menurut Perls (dikuti dari Gunarsa, 1966) munculnya perilaku bermasalah pada individu juga disebabkan oleh hal-hal berikut:
a.       Kurang berinteraksi atau menutup diri dengan lingkungan.
b.      Terlalu banyak member atau menyerap dari pengaruh oranglain.
c.       Kebutuhan atau perasaan tidak terpenuhi.
d.      Kebutuhan mendasar yang ingin dipenuhi individu mendapat penolakan dari masyarakat.
e.       Pertentangan dalam diri manusia.

Dalam terapi Gestalt, ada istilah yang dikenal sebagai “urusan yang tidak selesai”.
Hal ini mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, rasa berdosa dangdut rasa diabaikan. Untuk menangani urusan yang tidak selesai tersebut, individu harus membawanya kedalam proses kesadaran dan mengakuinya secara bertanggungjawab (Corey, 2009).

2.      Peran dan Fungsi Konselor
Ajaran Perls yang sering di ucapkan adalah “Kosongkan pikiran anda dan capailah kesadaran”.Kesimpulannya adalah, pada dasarnya seorang konselor menantang klien agar menggunakan kesadarannya secara penuh.Konselor harus menghindari penafsiran dan pemikiran serta ucapan berlebih.Yang utama adalah bagaumana seorang konselor mampu membuat klien berkembang kesadarannya sehingga mampu mengatasu hambatan pertumbuhan kepribadiannya (Corey, 2009).
Tugas yang di emban konselor adalah menghapuskan hambatan-hambatan yang selama ini menghalangi klien untuk menembus “jalan buntu”.  Tugas seorang konselor selanjutnya adalah mengonfrontasikan klien pada pembuat keputusan apakah ia bersedia atau tidak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara utuh. Yang artinya klien harus membuat keputusan tentang apa yang mereka ingin dan lakukan, serta bagaimana mereka ingin menyelesaikan masalah, karena klien adalah orang yang paling menentukan apa yang akan atau tidak akan dijalankan dalam terapi.

3.      Tujuan Terapi Gestalt
Tujuan utama terapi Gestalt membantu klien untuk dapat mengembangkan kepribadiannya secara menyeluruh dan memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahannya sendiri.Sasaran utama Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Yontef (Gunarsa, 1996) menyatakan bahwa poses pencapaian kesadaran yang terus-menerus akan menghasilkan sebuah pemahaman. Klien dapat memahami keadaan dirinya secara utuh tentu saja akan semakin berani mengambil tanggung jawab baik dalam membuat pilihan atau menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.

4.      Teknik Terapi Gestalt
Terapi Gestalt memiliki cukup banyak tekhnik dalam pencapaian kesadaran.Bahkan, dalam penggunaannya klien tidak menyadari bahwa teknik tersebut telah diterapkan karena dibuat dalam bentuk permainan.
Gunarsa mengemukakan tekhnik terapi Gestalt, antara lain:


a.       Pengalaman Sekarang: klien diarahkan untuk merasakan dan melakukan pengalaman masalalu atau masa yang akan dating sehingga dijadikan pengalaman sekarang. Contohnya kien diminta merasakan menjadi ibu padahal kondisi klien saat ini belum menikah.

b.      Pengarahan Langsung: konselor mengarhkan secara terus-menerus hal-hal yang dilakukan klien berdasarkan pernyataan yang diberikan klien. Contohnya klie mengatakan bahwa dulu pernah diputuskan oleh pacarnya dan sakit hati, kemudian konselor akan meminta klien melakukan tindakan bila hal itu terjadi sekarang.


c.       Perubahan Bahasa: klien didorong untuk mengubah bentuk pertanyaan menjadi pernyataan. Contohnya “Dapatkah saya bahagia?” diganti menjadi “Sebenarnya saya tidak bahagia”.

d.      Tekhnik Kursi Kosong: klien diarahkan untuk berbicara dengan oranglain yang dibayangkan sedang duduk di kursi kosong yang ada disamping atau didepnn klien. Setelah itu, klien diminta untuk berganti tempat duduk dan menjawab pertanyaannya tadi seolah-olah sebelumnya klien adalah oranglain tersebut. Tekhnik ini disebut juga permainan peran (role playing).


e.       Berbicara Dengan Bagian Dari Dirinya: tekhnik ini adalah variasai dari tekhnik kursi kosong. Intinya adalah klien melangsungkan percakapan antara bagian-bagian yang ada didalam dirinya yang menimbulkan konflik.

Selain kelima tekhnik tadi, Levitsky dan Perls juga menjelaskan sejumlah tekhnik permainan yang dapat digunakan dalam terapi Gestalt, yaitu:
a.       Permainan Dialog: merupakan istilah lain dari tekhnik kusi kosong.
b.      Membuat Lingkaran: klien diminta untuk mengelilingi anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu terhadap anggota kelompoknya tersebut. Contohnya konselor mengarahkan klien untuk menggunakan pernyataan didepan anggota kelompok “Saya tidak menyuki anda karena anda menyebalkan, dll”.

c.       Saya Memikul Tnggung Jawab: klien diminta untuk membuat pernyataan dan menambahkan kalimat “Dan saya bertanggung jawab untuk itu”, misalnya “Saya merasa sedih, dan saya bertanggung jawab untuk itu”. Tujuannya adalah agar klien mau mengakui dan menerima perasan-perasaannya.


d.      Saya Memiliki Suatu Rahasia: klien diminta untuk menghayal tentang rahasia pribadi mereka. Serta membayangkan bagaimana perasaan mereka serta perasaan oranglain jika mereka mengetahui dan membuka rahasia tersebut. Tekhnik ini digunakan untuk membentuk kepercayaanterhadap oranglain.

e.       Bermain Proyeksi: klien diminta untuk memainkan peran sesuai dengan perasaan yang dialami. Contohnya klien yang menyatakan bahwa dirinya pemalu maka disuruh melakukan peran pemalu.


f.       Tekhnik Pembalikan: klien diminta untuk memainkan peran yang bertolak belakang dengan pernyataan klien tentang kepibadiannya. Contohnya seorang klien yang lemah lembut disuruh memainkan peran yang kasar dan melanggar aturan.

g.      Permainan Ulangan: klien dan anggota kelompoknya diminta untuk melakukan permainan berbagi pengulangan satu sama lain. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran klien bahwa selama ini klien hanya melakukan tindakan untuk memenuhi harapan oranglain dan sadar sejauh mana mereka memperoleh penerimaan dari oranglain.
h.      Melebih-lebihkan: klien diminta untuk melakukan gerakan atau mimik wajah secara berlebihan dan terus-menerus.tekhnik ini dapat membantu klien belajar mendengar dan didengar oleh dirinya sendiri. Selain itu tekhnik ini dapat membantu klien meningkatkan kesadaran atas isyarat halus yang dikirimkan seseorang melalui bahasa tubuhnya. Contohnya klien diminta tertawa sambil menggoyangkan pundak dan menghentakkan kaki berulang-ulang.
i.        Bisakah Anda Tetap Dengan Perasaan Ini?: tekhnik ini digunakan pada saat klien berada pada perasaan yang tidak mengenakan atau ingin dihindarinya. Klien diminta untuk tetap bertahan dan tidak melarikan diri dari perasaan tersebut. Hal ini akan membuka dan membuat jalan menuju taraf pertumbuhan baru.

Menurut Shepherd, tekhnik-tekhnik terapi Gestalt terutama tekhnik konfrontatif dan melakonkan dialogtidak cocok diberikan pada klien psikotik. Hal ini dikarenakan pada klien yang mengalami gangguan berat lebih membutuhkan dukungan dan sugesti yang kuat dibandingkan dengan menghidupkan kembali pengalaman yang tidak menyenangkan. Tekhnik yang membantu pemulihan kebebasan klien dengan menggunakan mata, telinga, dan tubuh secara keseluruhan akan meningkatkan kemampuan mendukung diri sendiri kearh yang lebih positif.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Pandangan Gestalt tentang Sifat Manusia bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Bagi Perls tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting. Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan, dan sebagainya.

Tujuan dari terapi ini adalah menjadikan pasien tidak bergantung pada orang lain, menjadikan pasien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal,membantu klien agar menemukan pusat dirinya.

Fungsi Konselor yaitu membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan jalan buntu, membantu klien untuk menembus jalan buntu sehingga pertumbuhan bisa terjadi, menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan, memberikan perhatian pada bahasa tubuh kliennya.

Teknik-Teknik terapinya antara lain, permainan-permainan dialog, membuat lingkaran, urusan yang tak selesai, “Saya memikul tanggung jawab”, bermain proyeksi, pembalikan, irama kontak dan penarikan, “Ulangan” dan masih banyak yang lainnya.


 Gambar: UIN  Raden Intan lampung


DAFTAR PUSTAKA

Safaria, Triantoro. 2005. Terapi & Konseling Gestalt. Yogyakarta : Graha Ilmu

Lubis, Lumongga Namora. 2014. Memahami Dasar-Dasar Konseling. Jakarta : Kencana




















  Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi KATA PENGANTAR          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini ma...