MAKALAH KONSELING
INDIVIDU
TEORI GESTALT
Dosen Pengampu : Noffi
Yanti, S.Sos, M.A
Kelas D
Disusun oleh: Kelompok
3
Anita Sari 1841040304
Heni Tia Anisa 1841040126
Indah Nuraini 1841040313
Ismail 1841040268
JURUSAN BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN
ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA 2019/1441 H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayahnya lah
kami para pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan tepat waktu
ya itu makalah yang berjudul Teori Gestalt. Dan solawat beserta salam tak lupa kita sanjung agungkan kepada
junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan safaatnya di
yaumul kelak .
Dalam makalah ini kami membahas tentang Teori Gestalt untuk memenuhi tugas matakuliah komunikasi konseling.
Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi para pendengar dan pembaca. Namun
kami masih menyadari bahwasanya makalah kami masih terdapat banyak kekurangan
oleh karena itu kami masih mengharapan kritik dan saran yang membangun agar
dapat kami jadikan pelajaran di kedepanya karena hakikinya manusia tidak ada
yang sempurna.
Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya terhadap
rekan-rekan yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini dan ucapan
terima kasih pula terhadap Ibu Noffiyanti yang telah membimbing, dan memberikan
ilmunya terhadap kami semuah khususnya pada mata kuliah komunikasi konseling.
Akhir kata dari kami.
Wasalamualaikum.
Bandar Lampung, 25 September 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. TERAPI GESTALT............................................................................. 3
B. Dinamika
Kepribadian Manusia........................................................... 3
C. Peran dan Fungsi
Konselor................................................................... 4
D. Tujuan Terapi
Gestalt........................................................................... 5
E. Teknik Terapi
Gestalt........................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Latar Belakang..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi Gestalt, yang didirikan oleh Max
Wertheimer, merupakan kelanjutan dari pemberontakan terhadap molekularisme
program Wundt terhadap psikologi, yang menuai simpati banyak orang pada waktu
itu, termasuk di dalamnya William James.
Kata Gestalt bermakna
keseluruhan yang bersatu
atau penuh makna, yang malah fokus pada kajian
psikologis.
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick
Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa
individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung
jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja terutama
di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada apa dan bagaimana
tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan memadukan
(mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa
individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara
efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya
keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya
mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu,
terapi Gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin klien
menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya
sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataannya sendiri, dan menemukan
makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami
perjuangan di sini-dan sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa
lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien
lambat laun bisa memperluas kesdarannya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, berikut beberapa
hal yang akan di bahas:
1. Apa tujuan terapi Gestalt?
2. Bagaimana dinamika kepribadian manusia
Gestalt
3. Bagaimana teknik-teknik terapi Gestalt
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dinamika kepribadian
manusia dalam terapi Gestalt
2. Untuk memahami tujuan dari terapi Gestalt
3. Untuk memahami teknik-teknik terapi
Gestalt
BAB II
PENDAHULUAN
A.TERAPI GESTALT
Terapi
Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan antara sistensial-humanistis dan
fenomenologi, yaitu memfokuskan diri pada pengalaman klien “here and now” dan
memadukannya dengan bagian-bagian di masalalu. Kemunculan terapi Gestalt
dipelopori oleh Federick Perls, dan dalam perkembangannya terdapat sejumlah
nama tokoh yang turut menyumbangkan pemikirannya dalam terapi Gestalt seperti
Koffa, Kohler, Wertheirmer.
Menurut
pandangan Gestalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus mengetahuinnya
secara keseluruhan. Karena bila hanya melihat pada bagian tertentu, kita akan
kehilangan karakteristik penting lainnya. Hal ini juga berlaku pada tingkah
laku manusia, untuk menjadi pribadi yang sehat, individu harus merasakan dan
menerima pengalamannya secara keseluruhan tanpa berusaha menghilangkan
bagian-bagian tertentu.Ini dilakukan untuk mencapai keseimbangan. Tetapi pada
individu yang tidak sehat sehingga mengalami ketidakseimbangan, maka akan
muncul ketakutan dan ketegangan sehingga melakukan reaksi penghindaran untuk
menyadarinya secara nyata (Gunarsa, 1996).
Mempelajari
terapi Gestalt akan memberikan pemahaman pada pembaca mengenai tekhnik
pendekatan yang menempatkan manusia sebagai individu yang memiliki kemampuan
untuk berkembang.
1.
Dinamika Kepribadian Manusia
Gestalt memandang manusia secara positif yang memiliki kemampuan untuk
memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang
terpadu.
Passons (dikutip dari Gunarsa, 1966) mengatakan bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk menyadari pikiran, perasaan dan tindakannya, sehingga mampu
memilih dan menguasai kehidupannya secara efektif. Konsep yang hamper sama juga
dikemukakan oleh Ivey, et al. (dikutip dari Gunarsa, 1966) yang
mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentukan arah kehidupannya.
Timbulnya perilaku bermasalah menurut pandangan Gestalt adalah karena
ketidakmampuan individu untuk mengatasi masalah sehingga cenderung melakukan
penghindaran.Hal inilah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pribadi
individu. Sementara itu, menurut Perls (dikuti dari Gunarsa, 1966) munculnya
perilaku bermasalah pada individu juga disebabkan oleh hal-hal berikut:
a.
Kurang berinteraksi atau menutup diri dengan lingkungan.
b.
Terlalu banyak member atau menyerap dari pengaruh oranglain.
c.
Kebutuhan atau perasaan tidak terpenuhi.
d.
Kebutuhan mendasar yang ingin dipenuhi individu mendapat penolakan dari
masyarakat.
e.
Pertentangan dalam diri manusia.
Dalam terapi Gestalt, ada istilah yang
dikenal sebagai “urusan yang tidak selesai”.
Hal ini mencakup perasaan-perasaan yang tidak
terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, rasa
berdosa dangdut rasa diabaikan. Untuk menangani urusan yang tidak selesai tersebut,
individu harus membawanya kedalam proses kesadaran dan mengakuinya secara
bertanggungjawab (Corey, 2009).
2.
Peran dan Fungsi Konselor
Ajaran Perls yang sering di ucapkan adalah “Kosongkan pikiran anda dan
capailah kesadaran”.Kesimpulannya adalah, pada dasarnya seorang konselor
menantang klien agar menggunakan kesadarannya secara penuh.Konselor harus
menghindari penafsiran dan pemikiran serta ucapan berlebih.Yang utama adalah
bagaumana seorang konselor mampu membuat klien berkembang kesadarannya sehingga
mampu mengatasu hambatan pertumbuhan kepribadiannya (Corey, 2009).
Tugas yang di emban konselor adalah menghapuskan hambatan-hambatan yang
selama ini menghalangi klien untuk menembus “jalan buntu”. Tugas seorang konselor selanjutnya adalah
mengonfrontasikan klien pada pembuat keputusan apakah ia bersedia atau tidak
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara utuh. Yang artinya klien harus
membuat keputusan tentang apa yang mereka ingin dan lakukan, serta bagaimana
mereka ingin menyelesaikan masalah, karena klien adalah orang yang paling
menentukan apa yang akan atau tidak akan dijalankan dalam terapi.
3.
Tujuan Terapi Gestalt
Tujuan utama terapi Gestalt membantu klien
untuk dapat mengembangkan kepribadiannya secara menyeluruh dan memiliki
kemampuan untuk memecahkan permasalahannya sendiri.Sasaran utama Gestalt adalah
pencapaian kesadaran. Yontef (Gunarsa, 1996) menyatakan bahwa poses pencapaian
kesadaran yang terus-menerus akan menghasilkan sebuah pemahaman. Klien dapat
memahami keadaan dirinya secara utuh tentu saja akan semakin berani mengambil
tanggung jawab baik dalam membuat pilihan atau menentukan keputusan untuk
dirinya sendiri.
4.
Teknik Terapi Gestalt
Terapi Gestalt memiliki cukup banyak tekhnik
dalam pencapaian kesadaran.Bahkan, dalam penggunaannya klien tidak menyadari
bahwa teknik tersebut telah diterapkan karena dibuat dalam bentuk permainan.
Gunarsa mengemukakan tekhnik terapi Gestalt,
antara lain:
a.
Pengalaman Sekarang: klien diarahkan untuk merasakan dan melakukan pengalaman masalalu atau
masa yang akan dating sehingga dijadikan pengalaman sekarang. Contohnya kien
diminta merasakan menjadi ibu padahal kondisi klien saat ini belum menikah.
b.
Pengarahan Langsung: konselor mengarhkan secara terus-menerus hal-hal yang dilakukan klien
berdasarkan pernyataan yang diberikan klien. Contohnya klie mengatakan bahwa
dulu pernah diputuskan oleh pacarnya dan sakit hati, kemudian konselor akan
meminta klien melakukan tindakan bila hal itu terjadi sekarang.
c.
Perubahan Bahasa: klien didorong untuk mengubah bentuk pertanyaan menjadi pernyataan.
Contohnya “Dapatkah saya bahagia?” diganti menjadi “Sebenarnya saya tidak
bahagia”.
d.
Tekhnik Kursi Kosong: klien diarahkan untuk berbicara dengan oranglain yang dibayangkan
sedang duduk di kursi kosong yang ada disamping atau didepnn klien. Setelah
itu, klien diminta untuk berganti tempat duduk dan menjawab pertanyaannya tadi
seolah-olah sebelumnya klien adalah oranglain tersebut. Tekhnik ini disebut
juga permainan peran (role playing).
e.
Berbicara Dengan Bagian Dari Dirinya: tekhnik ini adalah variasai dari tekhnik
kursi kosong. Intinya adalah klien melangsungkan percakapan antara
bagian-bagian yang ada didalam dirinya yang menimbulkan konflik.
Selain kelima tekhnik tadi, Levitsky dan
Perls juga menjelaskan sejumlah tekhnik permainan yang dapat digunakan dalam
terapi Gestalt, yaitu:
a.
Permainan Dialog: merupakan istilah lain dari tekhnik kusi kosong.
b.
Membuat Lingkaran: klien diminta untuk mengelilingi anggota kelompoknya dan berbicara atau
melakukan sesuatu terhadap anggota kelompoknya tersebut. Contohnya konselor
mengarahkan klien untuk menggunakan pernyataan didepan anggota kelompok “Saya
tidak menyuki anda karena anda menyebalkan, dll”.
c.
Saya Memikul Tnggung Jawab: klien diminta untuk membuat pernyataan dan
menambahkan kalimat “Dan saya bertanggung jawab untuk itu”, misalnya “Saya
merasa sedih, dan saya bertanggung jawab untuk itu”. Tujuannya adalah agar
klien mau mengakui dan menerima perasan-perasaannya.
d.
Saya Memiliki Suatu Rahasia: klien diminta untuk menghayal tentang rahasia pribadi
mereka. Serta membayangkan bagaimana perasaan mereka serta perasaan oranglain
jika mereka mengetahui dan membuka rahasia tersebut. Tekhnik ini digunakan
untuk membentuk kepercayaanterhadap oranglain.
e.
Bermain Proyeksi: klien diminta untuk memainkan peran sesuai dengan perasaan yang
dialami. Contohnya klien yang menyatakan bahwa dirinya pemalu maka disuruh
melakukan peran pemalu.
f.
Tekhnik Pembalikan: klien diminta untuk memainkan peran yang bertolak belakang dengan
pernyataan klien tentang kepibadiannya. Contohnya seorang klien yang lemah
lembut disuruh memainkan peran yang kasar dan melanggar aturan.
g.
Permainan Ulangan: klien dan anggota kelompoknya diminta untuk melakukan permainan berbagi
pengulangan satu sama lain. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran klien bahwa
selama ini klien hanya melakukan tindakan untuk memenuhi harapan oranglain dan
sadar sejauh mana mereka memperoleh penerimaan dari oranglain.
h.
Melebih-lebihkan: klien diminta untuk melakukan gerakan atau mimik wajah secara
berlebihan dan terus-menerus.tekhnik ini dapat membantu klien belajar mendengar
dan didengar oleh dirinya sendiri. Selain itu tekhnik ini dapat membantu klien
meningkatkan kesadaran atas isyarat halus yang dikirimkan seseorang melalui
bahasa tubuhnya. Contohnya klien diminta tertawa sambil menggoyangkan pundak
dan menghentakkan kaki berulang-ulang.
i.
Bisakah Anda Tetap Dengan Perasaan Ini?: tekhnik ini digunakan pada saat klien berada
pada perasaan yang tidak mengenakan atau ingin dihindarinya. Klien diminta
untuk tetap bertahan dan tidak melarikan diri dari perasaan tersebut. Hal ini
akan membuka dan membuat jalan menuju taraf pertumbuhan baru.
Menurut Shepherd, tekhnik-tekhnik terapi
Gestalt terutama tekhnik konfrontatif dan melakonkan dialogtidak cocok
diberikan pada klien psikotik. Hal ini dikarenakan pada klien yang mengalami
gangguan berat lebih membutuhkan dukungan dan sugesti yang kuat dibandingkan dengan
menghidupkan kembali pengalaman yang tidak menyenangkan. Tekhnik yang membantu
pemulihan kebebasan klien dengan menggunakan mata, telinga, dan tubuh secara
keseluruhan akan meningkatkan kemampuan mendukung diri sendiri kearh yang lebih
positif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Gestalt yang
dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang
berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya
sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai
kematangan. Pandangan Gestalt tentang Sifat Manusia bahwa individu memiliki
kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi
yang terpadu. Bagi Perls tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa
lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang
penting. Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai,
yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam,
kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa
diabaikan, dan sebagainya.
Tujuan dari terapi ini adalah menjadikan
pasien tidak bergantung pada orang lain, menjadikan pasien menemukan sejak awal
bahwa dia bisa melakukan banyak hal,membantu klien agar menemukan pusat
dirinya.
Fungsi Konselor yaitu membantu klien dalam
melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan
menentukan jalan buntu, membantu klien untuk menembus jalan buntu sehingga
pertumbuhan bisa terjadi, menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan, memberikan
perhatian pada bahasa tubuh kliennya.
Teknik-Teknik terapinya antara lain,
permainan-permainan dialog, membuat lingkaran, urusan yang tak selesai, “Saya
memikul tanggung jawab”, bermain proyeksi, pembalikan, irama kontak dan
penarikan, “Ulangan” dan masih banyak yang lainnya.
Gambar: UIN Raden Intan lampung
DAFTAR PUSTAKA
Safaria, Triantoro. 2005. Terapi & Konseling Gestalt.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Lubis, Lumongga Namora. 2014. Memahami Dasar-Dasar Konseling.
Jakarta : Kencana
nah ini dia makalahnya susah di cari materi tentang adller
ReplyDelete