BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ada beberapa istilah yang digunakan
untuk menanamkan teknik konseling, yaitu keterampilan konseling, strategi
konseling, dan teknik-teknik konseling. Semua istilah tersebut mengandung
pengertian yang sama, yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam
hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu
mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan,
yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor, mengatasi
teknik konseling adalah hal yang mutlak diperlukan. Sebab, dalam proses
konseling, penguasaan teknik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan
konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon klien dengan
teknik yang benar, sesuai dengan keadaan klien saat ini.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dari teknik attending dalam konseling?
2. Apa yang dimaksud dari teknik rapport dalam konseling?
3. Apa yang dimaksud dari teknik acceptance dalam konseling?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini
diantaranya:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dari teknik attending dalam konseling.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dari teknik rapport dalam konseling.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dari teknik acceptance dalam konseling .
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar Teknik Attending
2.1.1 Definisi dari Teknik Attending
Attending adalah
keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian
kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif
sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang
ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.[1]
Attending juga
merupakan kemampuan konselor dalam menunjukkan perhatian secara penuh kepada klien
sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling.
Hutahuruk dan Pibradi menjelaskan
bahwa attending yang baik merupakan suatu komponen yang
diperlukakan dalam komunikasi yang baik. Perilaku attending yang
baik mendemonstrasikan kepada klien bahwa konselor menghargainya sebagai
pribadi dan konselor tertarik terhadap apa yang dikatakan oleh konseli.[2]
2.1.2 Tujuan Attending
Sofyan Willis menjelaskan bahwa perilaku attending yang
ditampilkan akan mempengaruhi kepribadian klien, yaitu:
a. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan
perilaku attending memungkinkan konselor menghargai konseli.
b. Dengan
perilaku attending menciptakan suasana aman bagi klien,
karena klien merasa ada orang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan
merasa terlindungi secara emosional.
c. Perilaku attending memberikan
keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan
segala isi hati dan perasaannya.[3]
2.1.3 Manfaat/
Fungsi Attending
Fungsi dari attending yaitu
untuk memusatkan perhatian pada klien. Disamping itu, fungsi utama dari
teknik attending adalah untuk mendorong klien agar mau
berbicara dengan bebas dan terbuka. Attending juga bermanfaat
agar konseli merasa dihargai dan terbina secara kondusif.
Dari beberapa fungsi diatas
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah
membuka proses konseling serta konselor dapat memfokuskan perhatiannya terpusat
pada klien untuk mendorong klien bersedia berbicara secara bebas dan terbuka.[4]
2.1.4 Bentuk dan
Cara Melakukan Teknik Attending
Carkhuff
(1983) menyatakan bahwa melayani klien merupakan upaya yang dilakukan konselor
dalam memberikan perhatian secara total hal ini ditampilkan melalui sikap tubuh
dan ekspresi wajah secara lebih rinci berikut ini dikemukakan sikap melayani (attending) yang baik, yakni:
1. Kepala :
Melakukan anggukan jika setuju
2. Ekspresi wajah : Tenang, ceria,
senyum.
3.
Posisi
tubuh : Agak condong ke
arah klien, jarak konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau
berdampingan.
4. Tangan : Variasi gerakan tangan atau lengan
spontan berubah-ubah, menggunakan tangan
sebagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
5. Mendengarkan aktif :
Aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam
(menanti saat kesempatan beraksi), perhatian terarah pada lawan bicara.[5]
2.2
Konsep Dasar Teknik Rapport
2.2.1 Definisi Dari Teknik Rapport
Menurut wilis rapport adalah hubungan yang ditandai dengan
keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport diawali dari persetujuan,
kesejajaran, kesukaan dan persamaan. Sementara itu Brammer, Abrego dan Shostrom
mendefinisikan rapport adalah suatu
iklim psikologis yang positif, yang mengandung kehangatan dan penerimaan
sehingga klien tidak merasa terancam berhubungan dengan konselor.
2.2.2 Cara Mengembangkan Teknik Rapport
Dalam hal ini willis mengungkapkan
pendapatnya sebagai berikut:
1. Konselor memiliki sikap empati pada
klien. selain itu konselor harus bersikap terbuka, menerima tanpa syarat dan
menghormati kliennya.
2. Konselor harus dapat membaca perilaku
non-verbal (seperti bahasa tubuh, nada suara, ekspresi wajah, dan gerakan)
klien, terutama yang berhubungan dengan bahasa lisannya.
3. Adanya rasa kebersamaan, akrab dan minat
yang membantu tanpa pamrih.[6]
2.2.3
Bentuk-Bentuk Teknik Rapport Dalam Konseling
Implementasi
teknik ini di dalam konseling, yaitu :
· Pemberian salam yang menyenangkan.
· Menetapkan topik pembicaraan yang sesuai.
· Suasana ruang konseling yang nyaman.
· Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan konseli, saling percaya, dan saling menghargai.
· Pemberian salam yang menyenangkan.
· Menetapkan topik pembicaraan yang sesuai.
· Suasana ruang konseling yang nyaman.
· Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan konseli, saling percaya, dan saling menghargai.
Hubungan konseling akan berjalan
efektif apabila rapport telah
terbangun. Klien pun akan bersikap terbuka pada konselor karena keakraban yang
terjalin menghapus ketakutan dan keraguan klien untuk berbagi (sharing) dengan konselor bukan hanya
sebagai pihak yang membangun hanya memecahkan masalah, akan tetapi telah
menjadikan konselor sebagai orang yang paling dekat dengan kehidupannya.[7]
2.3 Konsep Dasar Teknik
Acceptance
2.3.1 Definisi Teknik Acceptance (Penerimaan)
Acceptance (penerimaan)
adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman
terhadap hal - hal yang dikemukakan klien. Acceptance juga merupakan teknik yang digunakan konselor unluk
menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan
konseli. Acceptance atau
penerimaan artinya menerima apa adanya, menerima pribadi klien sebagai
suatu keseluruhan. Sebaliknya membenarkan (menyetujui) atau tidak
menyetujui segi-segi kepribadian atau kelakuan seorang klien, bukan
merupakan bentuk penerimaan.
2.3.2
Tujuan Teknik Acceptance
Tujuan dari teknik acceptence ini adalah:
a. Menunjukkan kedekatan
daripada sikap dan menunjukkan tingkat keterbukaan dan ketulusan hati konselor
b. Klien merasa dihargai dan diterima
keberadaannya.
2.3.3 Manfaat Teknik Acceptance
Manfaat teknik acceptence adalah untuk membangun hubungan lebih dekat dengan konseli sehingga tercipta suasana hubungan
yang akrab ditandai dengan saling mempercayai.
2.3.4 Bentuk Teknik Acceptance
Menurut Supriyo dan Mulawarman ada
dua bentuk acceptence, yaitu:
1. Verbal
a. Bentuk pendek
·
Oh.....ya,
·
Lalu/kemudian,
·
Ya....ya....
·
Hemm.....hemm....
b. Bentuk Panjang
·
Saya
memahami.....
·
Saya
menghayati....
·
Saya
dapat merasakan.....
·
Saya
dapat mengerti...
2. Non Verbal
a. Anggukan kepala,
b. Posisi duduk condong kedepan
c. Perubahan mimik,
d. Memelihara kontak mata[8]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Attending adalah
keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian
kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif
sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang
ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.
2. Rapport
adalah hubungan yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan
saling tarik menarik. Rapport diawali
dari persetujuan, kesejajaran, kesukaan dan persamaan dari konselor dan klien.
3. Acceptance (penerimaan)
adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman
terhadap hal - hal yang dikemukakan klien. Acceptance juga merupakan teknik yang digunakan konselor unluk
menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan
konseli.
3.2
Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
SAHABAT FOTO COPY
DAFTAR PUSTAKA
Hutauruk, Toga dan
Pribadi, S. 1984. Konseling Mikro. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta.
Prenadamedia Group.
Supriyo dan
Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang: Jurusan
Bimbingan Konseling FIP UNNES.
Willis, Sofyan
S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktik.
Bandung: Alfabeta.
[1]Supriyo
dan Mulawarman, Keterampilan Dasar
Konseling, hal. 19
[2]Toga Hutahuruk dan
Pibradi, Konseling Mikro, hal. 3
[3]S. Sofyan Wilis, Konseling Individual Teori Dan Praktik, hal.
176
[4]Supriyo dan
Mulawarman, Op.Cit., hal. 27
[5]Namora Lumongga Lubis,
Memahami Dasar Dasar Konseling dalam
Teori dan Praktik, hal. 92