Sunday, February 16, 2020

KONSELING KELUARGA LATAR BELAKANG KELUARGA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Keluarga








Dosen Pengampu: NOFFIYANTI,S.SOS.I.,MA

Disusun Oleh:
Desti Amelia               1841040305
Fitria Sabrina Putri      1841040302
Ismail                          1841040268

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
TA. 2020/1441 H


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Latar Belakang Kehidupan Keluarga ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada ibu NOFFIYANTI,S.SOS.I.,MA selaku Dosen mata kuliah Konseling Keluarga UIN Raden Intan Lampung, yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
   Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Latar Belakang Kehidupan Keluarga. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
        Bandar Lampung,14 Febuari 2020

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                                                                             1
B.     Rumusan Masalah....................................................................... 2
C.     Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Keluarga......................................................................... 3

B.     Struktur Keluarga........................................................................ 5

C.     Degradasi Nilai Nilai .................................................................. 6

D.     Kisis Keluarga............................................................................. 8

E.      Upaya Mengatasi Krisis Keluarga............................................... 10

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................. 12
B.     Saran ........................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi, yang saling berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan yang terdapat dalam dirinya, baik perkembangan fisik, mental, emosional, maupun sosial, dimana mereka berkumpul dalam satu atap dan saling ketergantungan satu sama lain.
Peran keluarga adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Berikut ini peran keluarga antaralain
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan anak : melaksanakan peranan sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual pencari nafkah tambahan dalam keluarga.


1.      Apakah definisi dari keluarga?
2.      Bagaimana Struktur dalam Keluarga?
3.      Apa saja Degradasi nilai-nilai dalam keluarga?
4.      Bagaimana krisis dalam keluarga?
5.      Bagaimana upaya dalam mengatasi krisis keluarga?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa definisi dari keluarga
2.      Untuk mengetahui struktur didalam keluarga
3.      Untuk mengetahui degradasi nilai-nilai dalam keluarga
4.      Untuk mengetahui apa saja krisis dalam keluarga
5.      Untuk mengetahui apa saja upaya dalam mengatasi krisis keluarga

 

 

 

 

 

 

 

 



BAB II

PEMBAHASAN


Keluarga merupaka konsep yang bersifat multidimensi. Para ilmuwan sosial bersilang pendapat mengenai rumusan defenisi keluarga yang bersifat universal. Salah satu ilmuwan yang permulaan mengkaji keluarga adalah George Murdock. Dalam bukunya Social Structure, Murdock menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Murdock, 1965). Murdock menemukan tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih (extended family). Keluarga inti merupakan kelompok sosial yang bersifat universal. Para anggota dari keluarga inti bukan hanya membentuk kelompok sosial, melainkan juga menjalankan empat fungsi universal dari keluarga yaitu seksual, reproduksi, pendidikan, dan ekonomi.
Kesimpulan Murdock mengenai keluarga inti sebagaidefenisi keluarga yang bersifat universal mendapatkan sanggahan dari berbagai ilmuwan sosial. Ira Reiss (1965), salah satu pengkritik Murdock, berpendapat bahwa bukti lintas budaya menunjukan adanya suatu masyarakat yang menjadikan kepuasan seksual, fungsi reproduksi, dan kerja sama ekonomi tidak melekat dalam jenis hubungan yang disebut keluarga. Menurut Reiss, keluarga adalah suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru.
Pandangan berbeda diajukan oleh Weigert dan Thomas (1971) yang menganggap defenisi Reiss kurang bersifat nominal, karena menekankan pada berlakunya fungsi tertentu. Pandangan Weigert dan Thomas didasarkan pada pentingnya suatu budaya ditransmisikan pada generasi berikutnya dalam rangka menumbuhkan anak-anak menjadi manusia yang dapat menjalankan fungsinya. Menurut mereka keluarga adalah suatu tatanan utama yang mengomunikasikan pola-pola nilai yang bersifat simbolik kepada generasi baru. Menurut Koerner dan Fitzpatrick (2004), defenisi tentang keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu defenisi structural, defenisi fungsional, dan intersaksional.[1]
1.      Defenisi struktual. Keluarga di defenisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orangtua, anak, dan kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari prespetif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebagai asal usul (families of orign), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation), dan keluarga batih (extended family).
2.      Defenisi fungsional. Keluarga didefenisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungsn emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu.
3.      Defenisi transaksional. Keluarga didefenisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan.
Pada umumnya, fungsi yang dijalankan oleh keluarga seperti melahirkan dan merawat anak, menyelesikan masalah, dan saling peduli antar anggotannya tidak berubah substansinya dari masa ke masa (Day,2010). Namun, bagaimana keluarag melakukan dan siapa saja ang terlibat dalam proses tersebut dapat berubah dari masa ke masa dan brvariasi di antara berbagai budaya.

B.     Struktur Keluarga

Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (neclear family) dan keluarga batih (extended family). Keluarga inti adalah keluarga yang didalamnya hanya terdapat tiga posisi sosial, yaitu : suami-ayah, istri-ibu, dan anak-sibling (Lee, 1982).[2]
 Struktur keluarga yang demikian menjadikan keluarga sebagai orientasi bagi anak, yaitu keluarga tempat ia dilahirkan. Adapun orangtua menjadikan keluarga sebagai wahana prokreasi, karena keluarga inti terbentuk setelah sepasang laki-laki dan perempuan menikah dan memiliki anak (Berns, 2004). Dalam keluarga inti hubungan antara suami istri bersifat saling membutuhkan dan mendukungnlayaknya persahabatan, sedangkan anak-anak tergantung pada orang tuanya dalam hal pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi.
Keluarga batih adalah keluarga yang didalamnya menyertakan posisi lain selain ketiga posisi diatas (Lee, 1982).  Bantuk pertama dari keluarga batih yang banyak ditemui dimasyarakat adalah keluarga bercabang (stem family). Keluarga bercabang terjadi manakala seorang anak, dan hanya seorang yang sudah menikah masih tinggal dalam rumah orang tuanya. Bentuk kedua dari keluarga batih adalah keluarga berumpun (lineal family).bentuk ini terjadi manakala lebih dari satu anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama kedua orang tuanya. Bentuk ketiga dari keluarga batih  adalah keluarga beranting (fully extended).bentuk ini terjadi manakala didalam suatu keluarga terdapat generasi ketiga(cucu) yang sudah menikah dan tetap tinggal bersama.
Menurut Lee (1982) kompleksitas struktur keluarga tidak ditentukan oleh jumlah individu yang menjadi anggota keluarga, tetapi oleh banyaknya posisi sosial yang terdapat dalam keluarga. Oleh karena itu, besaran keluarga (family size) yang ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota , tidak identik dengan sturktur keluarga (family structure). Waaupun keduanya memiliki pertalian yang positif, namun keduanya tetap merupakan jenis variabel yang berbeda.
Keluarga inti pada umumnya dibangun berdasarkan ikatan perkawinan. Perkawinan menjadi pondasi bagi keluarga, oleh karena itu ketika sepasang manusia menikah akan lahir keluarga yang baru. Adapun keluarga batih dibangun berdasarkan antargenerasi, bukan antar pasangan. Keluarga batih biasanya terdapat dalammasyarakat yang memandang  penting hubungan kekerabatan. Hubungan perkawinan berada pada posisi sekunder dibanding hubungan dengan orang tua. Dalam beberapa budaya, seperti penduduk asli Amerika , Italia, Meksiko, dan Asia, penekatan tehadappentingnya eluarga batih menjadikan kewajiban terhadap keluarga berada diatas kewajiban terhadap diri sendiri.

Kehidupan khususnya keluarga tidak terlepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut. Berbagai sistem nilai ada di masyarakat yaitu agama, adatistiadat, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai kesakralan keluarga.
1.      Degradasi Nilai Agama
Degradasi nilai-nilai agama akhir-akhir ini sangat terasa dan ketara. Semua agama merasakan bahwa kebanyakan umatnya kurang setia terhadap agama yang dianutnya. Hal ini juga tersa pada kehidupan keluarga, khususnya bagi umat islam, banyak keluarga muslim yang tidak melaksanakan ajaran agamannya seperti shalat lima waktu.
Pengaruh lingkungan yang serba meteri dan glamor, telah menyebabkan keluarga-keluarga muslim menghadapi kendala untuk beribadah sesuai tuntutan agamanya


2.      Degradasi Nilai adat istiadat
Hal ini terlihat pada perilaku anak danremaja akhir-akhir ini. Mereka berperilaku tidak sopam terhadap orang tua, guru, dan orangtua lainnya.padahal setiap masyarakat di setiap etnis di Indonesia oleh nenek-nenek zaman dahulu selalu diajarkan berlaku sopan santun jika berhadapan atau lewat didepan orang tua.
3.      Degradasi Nilai-nilai sosial
Banyak anggota masyarakat yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan enggan berbagi terhadapa orang tidak berpunya. Beberapa cirri sikap individualistic yang berkembang di masyrakat dapat dilakukan sebagai berikut :
a.       Mementingkan diri sendiri dalam segala hal
b.      Enggan berbagi harta, pikiran, saran dan pendapat
c.       Tidajk mau bergaul terutama dengan orang rendahan
d.      Memutuskan tali silahturahmi dengan keluarga
4.      Degradasi kesakralan keluarga
Makin ke sini makain banyak kekisruhan di dalam keluarga. Ada kasus seorang suami membunuh istinya dan begitu pula sebaliknya, hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat zaman dulu, karena hal tersebut tidak pernah terjadi pada masyarakat dulu karena masyarakat zaman dulu lebih terbimbing prilakunya oleh adat dan agama. Saat ini masyarakat lebih materialis, egois, dan terimbas prilakunya dari kekejaman dari kekejaman-kejaman manusia yang di tayangkan di TV, film, dan video luar negeri. Padahal bangsa kita adalah bangsa yang ramah, sabar, dan teratur.[3]

D.  Kisis Keluarga

            Krisis keluarga artinya kehidupan kelurga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewajibannya untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama remaja, mereka melawan orang tua, dan terjadi pertengkaran terus menerus antara ibu dengan bapak terutama mengenai soal mendidik anak-anak. Bahkan keluarga krisis bisa membawa kepada perceraian suami-isteri.  Dengan kata lain krisis keluarga adalah suatu kondisi yang sangat labil di keluarga, dimana komunikasi dua arah dalam konisi demokratis sudah tidak ada. Jika terjadi perceraian sebagai puncak dari krisis yang berkepanjangan, maka yang paling menderita adalah anak-anak.
            Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu :
1.      Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu
Sering dituding faktor kesibukan sebagai biang keladi. Dalam keluarga sibuk, dimana ayah dan ibu keduanya bekerja dari pagi hingga sore hari. Tentu orang tua tidak mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dengan anak-anaknya. Lama kelamaan anak-anakmenjadi remaja yang tidak terurus secara psikologi, mereka mengambil keputusan-keoutusan tertentu yang membahayakan dirinya sendiri.  

2.      Sikap Egosentrisme
Sikap egosentrisme masing-masing suami isteri merupakan penyebab pula terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada pertengkaran yang terus menerus. Egoisme adalah suatu sifat burukmenusia yang mementingkan dirinya sendiri. Yang lebih berbahaya lagi adalah sifat egosentrisme. Yaitu, sifat yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseoang dengan segala cara. Pada orang yang seperti ini, orang lain tidaklah penting. Dia mementingkan dirinya sendiri, dan bagaimana menarik perhatian pihak lain agar mengikutinya minimal memperhatikannya. Contoh, ayah dan ibu bertengkar karena ayah tidak mau membantu mengurus anaknya yang kecilyang lagi menangis. Alasannya ayah akan pergi bermain badminton. Padahal ibu sedang sibuk di dapur. Ibu menjadi marah kepada ayah, dan ayahpun membalas kemarahan tersebut, terjadilah pertengkaran hebat didepan anak-anaknya, suatu hal yang buruk yangdiberi contoh oleh keduanya.

3.      Masalah Ekonomi
Keluarga miskinmasih besar jumlahnya di negeri ini. Berbagai cara diusahakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Akan tetapi kemiskinan tidak terkendali. Kemiskinan jelas berdampak terhadap kehidupan keluarga. Jika kehidupan emosional suami isteri tidak dewasa, makaakan timbul pertengkaran. Sebab isteri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau.

4.      Masalah kesibukan
Kesibukan, adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Mengapademikian? Karena filsafat hidup mereka uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang. Jikasudah kaya berarti suatu keberhasilan, suatu kesuksesan.
Kesibukan orang tua dalam urusan ekonomi sudah menjadi kenyataan yang tidakdapat dipungkiri. Akan tetapi sah-sah saja setiap keluarga berusaha mengajar kebahagiaan materi tetapi bila tidak mampu, jangan stres, jangan bertengkar, dan jangan bercerai. Berusahalah sabar dan selalu usaha, mungkin nantinya akan berhasil.

5.      Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan merupakan penyebab terjadinya krisis didalam keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada suami-isteri maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami-isteri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahamilika-likunkeluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi perceaian.

6.      Masalah Perselingkuhan
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perselingkuhan yang dilakukan oleh suami atau isteri.
1.      Hubungan suami isteri yang sudah hilang kemesraan dan cinta kasih.
2.      Tekanan pihak ketiga seperti mertua dan lain-lain (anggota keluarga lain) dalam hal ekonomi
3.      Adanya kesibukan masing-masing sehingga kehidupan diluar lebih nyaman daripadakehidupan didalam keluarga.

7.      Jauh dari Agama
Segala sesuatu keburukan perilaku manusia disebabkan karenadia jauh dari agama. Sebab islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dan mencegah manusiaberbuat mungkar dan keji. Jika keluarga jauh dari agama dan mengutamakan materi dn dunia semata, maka hancurlah keluarga tersebut. Mengapa demikian? Karena dari keluarga tersebut akan lahir anak-anak yang tidak taat kepada Allah dan kedua orang tuanya.




Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara-cara tradisonal dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah.
1.      Cara pemecahan masalah keluarga dengan sifat tradisional terbagidua bagian :
a.       Kearifan kedua orang tua dalam menyelesaikan krisis keluarga, terutama yang berhubunga dengan masalah anak dan isteri. Istilah karifan adalah cara-cara yang penuh dengan kasih sayang, kekeluargaan, memelihara jangan sampai ada yang terluka hatinya oleh sikap dan atau perbuatan.
Denganperkataan lain kearifan orang tua dapat terjadi jika : 1) Punya banyak waktudi rumah. 2) selalu menciptakan suasana rumah yang harmonis penuh kasih sayang dan perhatian. 3) Kedua orang tua harusnya memiliki pengetahuan psikolog anak dan remaja serta cara-cara membimbing anak.

b.      Bantuan orang bijak seperti ulama atau ustadz.
Misalnya mereka cukup karifan dan bimbingan agama, akan tetapi kurang paham psikolog dan cara-cara membimbing. Mereka akan langsung menasehati jika terjadi penyimpangan perilaku pada anak dan remaja.

2.      Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga (family counseling)
Ada dua pendekatan yang dilakuan dalam hal ini :
1.      Pendekatan Individual disebut juga Individual Counseling, yaitu upaya untuk menggali emosi, pengalaman, dan pemikiran klien
2.      Pendekatan Kelompok, yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
BAB III

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi, yang saling berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan yang terdapat dalam dirinya, baik perkembangan fisik, mental, emosional, maupun sosial, dimana mereka berkumpul dalam satu atap dan saling ketergantungan.
Peran keluarga adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.

Demikianlah makalah inikami susun tentang Latar Belakang Kehidupan Keluarga. Makalah inipun masih terdapat banyak kekurangan dalam penyajiannya. Sekiranya terdapat kritik, saran ataupun teguran makalah ini. Terimakasih banyak.











Willis, Sofyan S, 2013. Konseling Keluarga. Bandung : Alfabeta
Lestari Sri, 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta : Kencana









[1] Lestari Sri, 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta : Kencana. Hlm.3

[2] Ibid hlm.6
[3] S. Willis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:          Alfabeta.hlm. 1-8


  Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi KATA PENGANTAR          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini ma...