Thursday, September 19, 2019


Kelompok : II
MAKALAH METODOLOGI DAKWAH AL-QUR’AN DAN HADIS
MATA KULIAH METODE DAKWAH

 







Dosen pengampu:
Nasrul Efendi,M.Sos

Disusun Oleh:
Ismail              1841040268
Kelas: D

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA. 2019/1441 H



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum
            Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayahnya lah kami para pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan tepat waktu ya itu makalah yang berjudul Metodologi Dakwah Al-Qur’an Dan Hadis. Dan solawat beserta salam tak lupa kita sanjung agungkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan safaatnya di yaumul kelak .
            Dalam makalah ini kami membahas tentang Metodologi Dakwah Al-Qur’an Dan Hadis.  untuk memenuhi tugas matakuliah komunikasi konseling. Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi para pendengar dan pembaca. Namun kami masih menyadari bahwasanya makalah kami masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kami masih mengharapan kritik dan saran yang membangun agar dapat kami jadikan pelajaran di kedepanya karena hakikinya manusia tidak ada yang sempurna.
            Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya terhadap rekan-rekan yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini dan ucapan terima kasih pula terhadap Bapak Nasrul Efendi yang telah membimbing, dan memberikan ilmunya terhadap kami semuah khususnya pada mata kuliah komunikasi konseling. Akhir kata dari kami.
Wasalamualaikum.
Bandar Lampung, 11 September 2019
           
                       
                                                            Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUA
A.    Latar Belakang............................................................................................... 1
B.     Rumuan Masalah............................................................................................ 1
C.     Tujuan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Al-Quran.......................... 2
B.     Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Hadits.............................. 6
C.     Hadis Sebagai Landasan Metode Dakwah.................................................... 7

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam adalah agama  yang telah di sempurnakan oleh Allah SWT. Untuk umat muslim melalui perantara seorang Nabi Muhammad SAW. Dengan berpedoman sebuah kitab suci yaitu Al-Qur’an yang di dalamnya sudah terdapat semuah panduan hidup yang baik dan larangan-larangan agar manusia dapat hidup dengan baik, selain Al-Qur’an melalui ajaran dan ucapan Rasul yang di sebut hadis.
Rasulullah di utus dimuka bumi oleh Allah SWT. Tak lain dan tak bukan dalah untuk memperbaiki Ahlak umat manusia yang pada kala itu adalah zaman kezaliman di mana semuah kehidupan manusia penuh dengan kegelapan, dalam proses perbaikan ahlak tersebut disebut dengan Dakwah. Dakwah sendiri di artikan sebagai sebuah ajakan untuk berbuat baik dan masuk islam untuk menyembah AllahSWT.
Dalam proses dakwah tidaklah semata-mata sekedar menyampaikan ucapan saja melaikan harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis, oleh karena itu kami sebagai pemakalah menguraikan dalam makalah ini yaitu dakwah dalam Al-Qur’an dan Hadis diantaranya kami ingin mengupas permasalahan sebagai berikut:
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa sumber dan landasn dakwah dalam  Al-Qur’an?
b.      Apa sumber dan landasn dakwah dalam Hadis?
C.    Tujuan
a.       Agar dapat mengetahui sumber dan landasan dakwah dalam Al-Qur’an
b.      Agar dapat mengetahui sumber dan landasan dakwah dalam Hadis



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Al-Quran
1.      Surat An-Nahl: 125
            ادْعُإِلَىسَبِيلِرَبِّكَبِالْحِكْمَةِوَالْمَوْعِظَةِالْحَسَنَةِوَجَادِلْهُمْبِالَّتِيهِيَأَحْسَنُإِنَّرَبَّكَهُوَأَعْلَمُبِمَنْضَلَّعَنْسَبِيلِهِوَهُوَأَعْلَمُبِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)

2.      Kandungan Surat An-Nahl: 125
Metode dakwah Rasulullah mengacu pada anjuran Allah mengenai cara berdakwah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini mencakup beberapa metode dakwah sebagai berikut:

a.       Disampaikan dengan cara hikmah dan pengajaran yang baik
Cara hikmah yang dimaksud di sini adalah perkataan yang tegas dan benar yang membedakan yang hak dan yang bathil. Dakwah harus disampaikan dengan cara yang hikmah, hingga tidak manimbulkan hal yang samar-samar yang membingungkan.[1]

b.      Berdebat dengan Cara yang Baik
Metode dakwah Rasulullah senantiasa menghindari cara berdebat yang hanya akan melemahkan seorang dai. Rasulullah senantiasa menghindari perdebatan yang diajak oleh kaum kafir Qurays.Dalam kondisi perdebatan yang sangat penting tersebut (menuntut pada akidah) Rasulullah menunjukkan sikap yang tenang dan cerdas. Beliau mempersilahkan utusan tersebut selesai berbicara, beliau menanyakan pada utusan tersebut: “sudah selesai Anda berbicara?”.Inilah bentuk keteladanan Rasulullah yang diajarkan kepada ummat manusia dalam menyebarkan dan menyampaikan ajaran dakwah. Bahkan dalam kondisi perdebatan yang sudah mencapai klimaks nilai-nilai dakwah sekalipun Rasulullah tetap mengajarkan kepada manusia cara berdebat dan berargumen yang baik dan bijak.

c.       Membalas Kejahatan dengan Kebaikan
Metode dakwah Rasulullah lainnya yang diajarkan kepada ummatnya adalah membalas sikap jahat yang dilakukan objek dakwah dengan akhlak mulia yang mengetuk hati objek dakwah, untuk selanjutnya mengantarkan kepada keimanan.

Literatur ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah, selalu merujuk firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl 125. Yang menjelaskan sekurang-kurangnya ada tiga cara atau metode dalam dakwah, yakni metode hikmah, metode mau’izah dan metode mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh seorang da’I atau da’iyah di medan dakwahnya.
Metode bi al-hikmah mengandung pengertian yang luas.Kata al-hikmah sendiri di dalam Al-qur’an dalam berbagai bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 208 kali.Secara harfiah kata tersebut mengandung makna kebijaksanaan. Bila dilihat dari sudut pemakaiannya, kata tersebut mengandung arti bermacam-macam, seperti:
1)      Kenabian (nubuwwah)
2)      Pengetahuan tentang Al-Qur’an
3)      Kebijaksanaan pembicaraan dan perbuatan
4)      Pengetahuan tentang hakikat kebenaran dan perwujudannya dalam kehidupan
5)      Ilmu yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas yang membawa kepada kemaslahatan ummat
6)      Meletakkan suatu urusan pada tempatnya yang benar
7)      Mengetahui kebenaran dan beramal dengan kebenaran tersebut, pengetahuan yang lurus dalam pembicaraan dan amal
8)      Kondisi psikologis seperti ketundukan, kepasrahan dan takut kepada Allah
9)      Sunnah nabi
10)  Posisi wara terhadap agama Allah
11)  Sikap adil sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya

Syekh Muhammad Abduh memberikan definisi hikmah sebagai berikut:
 hikmah adalah ilmu yang sahih (benar dan sehat) yang menggerakkan kemauan untuk melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat dan berguna
Dakwah islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim di mana saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Rosulullah SAW, kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama islam kepada masyarakat.dan dalam proses dakwah terdapat metode ya itu:

1.      Al-mau’idzah al-hasanah
Metode mau’izah hasanah mengandung arti cara memberi pengajaran yang baik. Kata mau’izah sendiri dalam Al-Qur’an dalam segala bentuknya terulang sebanyak 25 kali.Bila diperhatikan pemaknaan mau’izah hasanah dalam ayat-ayat Al-Qur’an, maka tekanan tertuju pada peringatan yang baik dan dapat menyentuh hati sanubari seseorang, sehingga pada akhirnya audiens terdorong untuk berbuat baik. Metode ini terdiri dari berbagai bentuk, yakni; nasihat, tabsyir wa tanzir, dan wasiyat.[2]
Mau’idzah hasanah diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:
a)      Nasihat atau petuah
b)      Bimbingan, pengajaran (pendidikan)
c)      Kisah-kisah
d)     Kabar gembira dan peringatan
e)      Wasiat (pesan-pesan positif)
Jadi Mau’idzah hasanah adalah kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.

2.      Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan
Menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. Al-mijadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima  pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghormati dan menghargai pendapat keduanya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.
Sumber metode dakwah:
a)      Al-qur’an
b)      Sunnah rasul
c)      Sejarah hidup para sahabat da fuqaha
d)     Pengalaman
Aplikasi metode dakwah rasulullah:
1.      Pendekatan personal[3]
2.      Pendekatan pendidikan
3.      Pendekatan diskusi
4.      Pendekatan penawaran
5.      Pendekatan misi.



B.     Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Hadits
Pemahaman terhadap metode dakwah yang telah disebutkan di dalam Alquran tersebut dapat diaplikasikan dengan menggunakan metode yang diajarkan oleh Rasulullah selaku pelopor dakwah islamiyah, seperti yang tertera di dalam redaksi Hadis riwayat imam Bukhari dan imam Muslim sebagai berikut:
مَنْرَأَىمِنْكُمْمُنْكَرًافَلْيُغَيِّّرْهُبِيَدِهِ،فَإِنْلَمْيَسْتَطِعْفَبِلِسَانِهِ،فَإِنْلَمْيَسْتَطِعْفَبِقَلْبِهِوَذَالِكَاَضْعَفُاْلإِيْمَانِ
Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya (kekuasaan), apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”

Berdasarkan Hadis tersebut dapat dipahami bahwa metode dakwah yang disebutkan di dalam Alquran mempunyai integritas dengan metode dakwah yang tertera di dalam Hadis, maksudnya adalah bahwa pelaksanaan metode dakwah yang ada di dalam Alquran dengan menggunakan metode dari Hadis seperti yang disebutkan di atas.[4]
Sehingga dapat dipahami bahwa Hadis merupakan salah satu landasan metode dalam melaksanakan dakwah, selain didasarkan kepada metode dakwah yang dilaksanakan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.Konsep seperti ini merupakan modal utama bagi para da’i (pelaksana dakwah), sehingga pemahaman terhadap metode dakwah yang terdapat di dalam Hadis sangat diperlukan untuk pencapaian hasil yang lebih optimal dengan persentase keberhasilan dakwah mencapai taraf yang signifikan.[5]



C.    Hadis Sebagai Landasan Metode Dakwah
Pedoman utama yang tidak dapat berubah serta dinamis adalah Alquran dan Sunnah atau Hadis (Zaidallah, 2002: 72), karena secara epistemologis Hadis dipandang oleh mayoritas umat Islam sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran, sebab Hadis merupakan bayân (penjelasan) terhadap ayat Alquran yang masih mujmal (global), ‘âmm (umum) dan mutlaq atau tanpa batasan (Mustaqim, 2008: 4). Dapat disimpulkan bahwa Hadis dari Rasulullah berfungsi sebagai pendukung dari firman Allah yang terkodifikasi di dalam Alquran.
Sehingga dari penjelasan tersebut Hadis dapat menjadi landasan metode dakwah. Hal ini berdasarkan keterangan dari Allah SWT yang tertera di dalam Alquran surah al-Ahzab ayat 21 yang menyatakan: “Sungguh terdapat di dalam diri Rasulullah teladan yang baik bagimu…” sehingga setiap aktivitas dakwah harus dirancang serta dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi (Ismail, 2006: 235), seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dalam melaksanakan dakwah.[6]
Wardi Bachtiar menjelaskan bahwa metode dakwah yang ada di dalam Alquran surah an-Nahl ayat 125 digunakan dengan cara atau metode yang terdapat di dalam Hadis riwayat Muslim yaitu menggunakan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah), dan dengan hati (Bachtiar, 1997: 34). Kemudian dilanjutkan bahwa dari sumber metode tersebut menghasilkan metoda-metoda yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah dengan lisan, tulisan, seni, dan bil-hal (1997: 34).
Di dalam sebuah riwayat, Abu Juhaifah berkata bahwa Ali r.a berkata: “sesungguhnya yang pertama mengalahkan kamu di dalam jihad adalah jihad dengan tangan, kemudian lidah dan terakhir dengan hati, maka orang yang hatinya tidak mengenal kebaikan dan tidak menolak keburukan, maka dia akan dibalik dimana bagian atas dijadikan bagian bawah (2001: 18).



1.        Pendapat Ulama Hadis terhadap Metode Dakwah
Ada beberapa Hadis dari Rasulullah yang membahas masalah kewajiban untuk mencegah kemunkaran dan menyeru kepada kebaikan, Ibn Mas’ud r.a pernah mendengar seseorang yang mengatakan bahwa akan celaka orang yang tidak mengajak kepada kebaikan dan tidak mencegah kemunkaran, sehingga beliau memberikan isyarat bahwa mengetahui kebaikan dan keburukan dengan hati adalah sesuatu yang wajib bagi setiap individu, maka orang yang tidak mau mengetahui hal tersebut akan celaka (2001: 18).[7]
Memahami metode dakwah yang tercantum di dalam Hadis Rasulullah yang banyak membahas masalah kewajiban untuk mencegah kemunkaran, menurut pandangan para ahli diperlukan pemahaman terhadap obyek dakwah atau masyarakat itu sendiri, karena efek yang terjadi pada obyek dakwah merupakan indikator atau dapat dikatakan sebagai tolak ukur kesuksesan dakwah, sehingga beberapa ahli memberikan beberapa pendapat di antaranya sebagai berikut:
1)      Ali bin Abi Thalib mengatakan: “Apakah kamu suka bahwa Allah dan rasul-Nya didustai orang, berbicaralah kepada manusia dengan pengetahuan dan tinggalkanlah sesuatu yang membuat mereka ingkar.”
2)      Ali Mahfuz di dalam bukunya yang berjudul hidayah al-mursyidin, menyatakan: “Tukarlah setiap orang itu sesuai dengan ukuran akalnya dan timbanglah dia sesuai dengan bobot pemahamannya.”
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi seorang da’i untuk mengenal masyarakat selaku obyek dakwah, sehingga kesuksesan dakwah yang disampaikan tergantung kepada pemilihan metode yang tepat dengan berlandaskan pengetahuan terhadap obyek dakwah yang beraneka ragam.
Adapun untuk permasalahan pentingnya metode dakwah, beberapa pakar menyampaikan pendapat mereka mengenai pentingnya metode dakwah di antaranya sebagai berikut:
1.      Syeikh M. Abu al-Fath al-Bayanuni menyatakan bahwa urgensi metode dakwah adalah sebagai berikut:
a.       Terjaga dari penyimpangan dalam mengemban misi dakwah islamiyah
b.      Dengan metode akan memperjelas visi dan misi dakwah.
c.       Untuk keseimbangan dan kelanjutan dakwah.
2.      Samith Athif al-Zain menyampaikan tentang pentingnya metode dakwah adalah merupakan hal yang sangat penting dalam meluruskan misi dakwah yang selama ini terpuruk, padahal Alquran benar-benar mengajarkan metode khusus dalam penyebaran misi Islam.
Muhammad Abduh membagi mad’u atau obyek dakwah menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a.       Golongan cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, serta cepat menangkap persoalan.
b.      Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
c.       Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, dan tidak sanggup mendalami dengan benar (Ilaihi, 2010: 91).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metode dakwah yang terkandung dalam surat Al-Qur’an, An-Nahl ayat 125 tentang Metode Dakwah adalah:
1.      Disampaikan dengan cara hikmah dan pengajaran yang baik
2.      Berdebat dengan Cara yang Baik
3.      Membalas Kejahatan dengan Kebaikan
Sedangkan bentuk metode dakwah yang terkandung dalam surat An-Nahl: 125 adalah:
1.      Metode hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal
2.      Metode mau’izah hasanah mengandung arti cara memberi pengajaran yang baik
3.      Metode Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsanupaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat
Sumber metode dakwah:
1.      Al-qur’an
2.      Sunnah rasul
3.      Sejarah hidup para sahabat da fuqaha
4.      Pengalaman
Aplikasi metode dakwah rasulullah:
1.      Pendekatan personal
2.      Pendekatan pendidikan
3.      Pendekatan diskusi
4.      Pendekatan penawaran
5.      Pendekatan misi
Pembahasan panjang mengenai metode dakwah dalam perspektif Hadis pada intinya adalah menyangkut metode dakwah yang tercantum di dalam Alquran surah an-Nahl 125, yang pelaksanaannya dalam bentuk Hadis Rasulullah yaitu dengan tangan, lidah, atau hati, yang pada dasarnya bersifat tidak terikat, karena penyesuaian terhadap karakter masyarakat yang berbeda-beda, sehingga kemampuan dalam pemilihan metode yang tepat adalah salah satu kunci untuk keberhasilan dakwah.
Pada dasarnya permasalahan masyarakat yang beraneka ragam berasal dari permasalahan aqidah atau keyakinan, karena pada saat keyakinan lemah disebabkan kondisi hati dapat menjadikan seseorang menolak hal yang sebenarnya diterimanya. Selain itu, sebagai kewajiban seorang muslim adalah mencegah keburukan dan saling mengingatkan dalam kebaikan, menjadikan keharusan bagi setiap pribadi muslim setidaknya menolak dengan hati suatu kemunkaran, karena apabila tidak merupakan bentuk lemahnya iman seperti yang digambarkan oleh Rasulullah di dalam hadisnya.
Dapat juga diterjemahkan bahwa hati adalah titik penentu iman seseorang, karena perbuatan berasal dari kemauan hati, dalam kondisi tertentu hati dapat menjadi sebuah bumerang yang mengenai diri sendiri apabila tidak bisa memberikan kendali, tetapi juga dapat menjadi senjata yang paling ampuh apabila dilakukan manajemen yang tepat. Dari hati kemudian ke otak adalah proses pemilihan metode yang tepat untuk menyampaikan dakwah, sehingga semua unsur yang berhubungan dengan keberhasilan dakwah dapat menjadi sangat penting karena saling mendukung.
Para pakar telah menyatakan bahwa metode dakwah sangat penting untuk keberhasilan dakwah, selain pemahaman terhadap keragaman karakteristik masyarakat menjadikan ketepatan dalam memilih metode yang benar untuk diaplikasikan merupakan bentuk upaya pencapaian keberhasilan dakwah dengan langkah yang tepat, karena ketepatan dalam memilih metode sangat mendukung karena pesan yang disampaikan akan mudah diterima oleh masyarakat selaku obyek atau sasaran dakwah.





DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad bin, Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mahalli. As-Suyuthi, Dar ul-Hadîts. Kairo

Isma’il, Al-imam Abdul Fida. 2003. Tafsir Ibnu Kasir. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Muriah, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati

‘Abdillah, Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farah al-Qurthubi Abu.  Dâr Sya’b. cetakan II, Jilid X.

Hafiduddin, M. Sc, Dakwah Aktual, (Jakarta: 1998, Gema Insani Press)




[1] Al-imam Abdul Fida Isma’il, Tafsir Ibnu Kasir, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), hlm. 278
[2] Didin Hafiduddin, M. Sc, Dakwah Aktual, (Jakarta: 1998, Gema Insani Press), hlm. 76
[3]Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 55
[4] Ibid. hlm.70
[5] . M. Mashyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: 1997, Al amin Press), hlm. 8
[6]Didin Hafiduddin, M. Sc, Dakwah Aktual, (Jakarta: 1998, Gema Insani Press), halm. 76
[7] Ibid. hlm 79

No comments:

Post a Comment

  Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi KATA PENGANTAR          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini ma...