Kelompok : II
MAKALAH METODOLOGI DAKWAH AL-QUR’AN DAN HADIS
MATA KULIAH METODE DAKWAH
Dosen pengampu:
Nasrul Efendi,M.Sos
Disusun Oleh:
Ismail 1841040268
Kelas: D
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA. 2019/1441 H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Puji syukur atas
kehadiran Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayahnya lah kami para pemakalah dapat
menyelesaikan tugas makalah kami dengan tepat waktu ya itu makalah yang
berjudul Metodologi Dakwah Al-Qur’an Dan Hadis. Dan solawat beserta
salam tak lupa kita sanjung agungkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad
SAW. Yang kita nanti-nantikan safaatnya di yaumul kelak .
Dalam makalah ini
kami membahas tentang Metodologi Dakwah Al-Qur’an Dan Hadis. untuk memenuhi tugas matakuliah komunikasi
konseling. Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi para pendengar dan
pembaca. Namun kami masih menyadari bahwasanya makalah kami masih terdapat
banyak kekurangan oleh karena itu kami masih mengharapan kritik dan saran yang
membangun agar dapat kami jadikan pelajaran di kedepanya karena hakikinya
manusia tidak ada yang sempurna.
Dan tak lupa kami
ucapkan terimakasih sebesar-besarnya terhadap rekan-rekan yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini dan ucapan terima kasih pula terhadap Bapak
Nasrul Efendi yang telah membimbing, dan memberikan ilmunya terhadap kami
semuah khususnya pada mata kuliah komunikasi konseling. Akhir kata dari kami.
Wasalamualaikum.
Bandar Lampung, 11 September 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUA
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumuan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan............................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sumber
dan Landasan Metodologi Dakwah dari Al-Quran.......................... 2
B.
Sumber
dan Landasan Metodologi Dakwah dari Hadits.............................. 6
C.
Hadis
Sebagai Landasan Metode Dakwah.................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam
adalah agama yang telah di sempurnakan
oleh Allah SWT. Untuk umat muslim melalui perantara seorang Nabi Muhammad SAW.
Dengan berpedoman sebuah kitab suci yaitu Al-Qur’an yang di dalamnya sudah
terdapat semuah panduan hidup yang baik dan larangan-larangan agar manusia
dapat hidup dengan baik, selain Al-Qur’an melalui ajaran dan ucapan Rasul yang
di sebut hadis.
Rasulullah
di utus dimuka bumi oleh Allah SWT. Tak lain dan tak bukan dalah untuk
memperbaiki Ahlak umat manusia yang pada kala itu adalah zaman kezaliman di
mana semuah kehidupan manusia penuh dengan kegelapan, dalam proses perbaikan
ahlak tersebut disebut dengan Dakwah. Dakwah sendiri di artikan sebagai sebuah
ajakan untuk berbuat baik dan masuk islam untuk menyembah AllahSWT.
Dalam
proses dakwah tidaklah semata-mata sekedar menyampaikan ucapan saja melaikan
harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis, oleh karena itu kami sebagai pemakalah
menguraikan dalam makalah ini yaitu dakwah dalam Al-Qur’an dan Hadis
diantaranya kami ingin mengupas permasalahan sebagai berikut:
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa
sumber dan landasn dakwah dalam
Al-Qur’an?
b.
Apa
sumber dan landasn dakwah dalam Hadis?
C.
Tujuan
a.
Agar
dapat mengetahui sumber dan landasan dakwah dalam Al-Qur’an
b.
Agar
dapat mengetahui sumber dan landasan dakwah dalam Hadis
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Al-Quran
1.
Surat
An-Nahl: 125
ادْعُإِلَىسَبِيلِرَبِّكَبِالْحِكْمَةِوَالْمَوْعِظَةِالْحَسَنَةِوَجَادِلْهُمْبِالَّتِيهِيَأَحْسَنُإِنَّرَبَّكَهُوَأَعْلَمُبِمَنْضَلَّعَنْسَبِيلِهِوَهُوَأَعْلَمُبِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)
2.
Kandungan
Surat An-Nahl: 125
Metode
dakwah Rasulullah mengacu pada anjuran Allah mengenai cara berdakwah yang
tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini mencakup beberapa
metode dakwah sebagai berikut:
a.
Disampaikan
dengan cara hikmah dan pengajaran yang baik
Cara
hikmah yang dimaksud di sini adalah perkataan yang tegas dan benar yang
membedakan yang hak dan yang bathil. Dakwah harus disampaikan dengan cara yang
hikmah, hingga tidak manimbulkan hal yang samar-samar yang membingungkan.[1]
b.
Berdebat
dengan Cara yang Baik
Metode
dakwah Rasulullah senantiasa menghindari cara berdebat yang hanya akan
melemahkan seorang dai. Rasulullah senantiasa menghindari perdebatan yang
diajak oleh kaum kafir Qurays.Dalam kondisi perdebatan yang sangat penting
tersebut (menuntut pada akidah) Rasulullah menunjukkan sikap yang tenang dan
cerdas. Beliau mempersilahkan utusan tersebut selesai berbicara, beliau
menanyakan pada utusan tersebut: “sudah selesai Anda berbicara?”.Inilah bentuk
keteladanan Rasulullah yang diajarkan kepada ummat manusia dalam menyebarkan
dan menyampaikan ajaran dakwah. Bahkan dalam kondisi perdebatan yang sudah
mencapai klimaks nilai-nilai dakwah sekalipun Rasulullah tetap mengajarkan
kepada manusia cara berdebat dan berargumen yang baik dan bijak.
c.
Membalas
Kejahatan dengan Kebaikan
Metode
dakwah Rasulullah lainnya yang diajarkan kepada ummatnya adalah membalas sikap
jahat yang dilakukan objek dakwah dengan akhlak mulia yang mengetuk hati objek
dakwah, untuk selanjutnya mengantarkan kepada keimanan.
Literatur
ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah, selalu merujuk firman Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl 125. Yang menjelaskan sekurang-kurangnya ada tiga
cara atau metode dalam dakwah, yakni metode hikmah, metode mau’izah dan metode
mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi
oleh seorang da’I atau da’iyah di medan dakwahnya.
Metode
bi al-hikmah mengandung pengertian yang luas.Kata al-hikmah sendiri di dalam
Al-qur’an dalam berbagai bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 208 kali.Secara
harfiah kata tersebut mengandung makna kebijaksanaan. Bila dilihat dari sudut
pemakaiannya, kata tersebut mengandung arti bermacam-macam, seperti:
1)
Kenabian
(nubuwwah)
2)
Pengetahuan
tentang Al-Qur’an
3)
Kebijaksanaan
pembicaraan dan perbuatan
4)
Pengetahuan
tentang hakikat kebenaran dan perwujudannya dalam kehidupan
5)
Ilmu
yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas yang membawa kepada kemaslahatan
ummat
6)
Meletakkan
suatu urusan pada tempatnya yang benar
7)
Mengetahui
kebenaran dan beramal dengan kebenaran tersebut, pengetahuan yang lurus dalam
pembicaraan dan amal
8)
Kondisi
psikologis seperti ketundukan, kepasrahan dan takut kepada Allah
9)
Sunnah
nabi
10)
Posisi
wara terhadap agama Allah
11)
Sikap
adil sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya
Syekh Muhammad Abduh memberikan definisi hikmah sebagai berikut:
“hikmah adalah ilmu yang
sahih (benar dan sehat) yang menggerakkan kemauan untuk melakukan suatu
perbuatan yang bermanfaat dan berguna”
Dakwah
islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim di mana saja ia
berada, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Rosulullah SAW,
kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama islam kepada masyarakat.dan
dalam proses dakwah terdapat metode ya itu:
1.
Al-mau’idzah al-hasanah
Metode
mau’izah hasanah mengandung arti cara memberi pengajaran yang baik. Kata
mau’izah sendiri dalam Al-Qur’an dalam segala bentuknya terulang sebanyak 25
kali.Bila diperhatikan pemaknaan mau’izah hasanah dalam ayat-ayat Al-Qur’an,
maka tekanan tertuju pada peringatan yang baik dan dapat menyentuh hati
sanubari seseorang, sehingga pada akhirnya audiens terdorong untuk berbuat
baik. Metode ini terdiri dari berbagai bentuk, yakni; nasihat, tabsyir wa
tanzir, dan wasiyat.[2]
Mau’idzah hasanah diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:
a)
Nasihat
atau petuah
b)
Bimbingan,
pengajaran (pendidikan)
c)
Kisah-kisah
d)
Kabar
gembira dan peringatan
e)
Wasiat
(pesan-pesan positif)
Jadi
Mau’idzah hasanah adalah kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau
membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasihati
seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia
lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.
2.
Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan
Menurut
Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang
kuat. Al-mijadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya
saling menghormati dan menghargai pendapat keduanya berpegang pada kebenaran,
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.
Sumber metode dakwah:
a)
Al-qur’an
b)
Sunnah
rasul
c)
Sejarah
hidup para sahabat da fuqaha
d)
Pengalaman
Aplikasi metode dakwah rasulullah:
1.
Pendekatan
personal[3]
2.
Pendekatan
pendidikan
3.
Pendekatan
diskusi
4.
Pendekatan
penawaran
5.
Pendekatan
misi.
B.
Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Hadits
Pemahaman
terhadap metode dakwah yang telah disebutkan di dalam Alquran tersebut dapat
diaplikasikan dengan menggunakan metode yang diajarkan oleh Rasulullah selaku
pelopor dakwah islamiyah, seperti yang tertera di dalam redaksi Hadis riwayat
imam Bukhari dan imam Muslim sebagai berikut:
مَنْرَأَىمِنْكُمْمُنْكَرًافَلْيُغَيِّّرْهُبِيَدِهِ،فَإِنْلَمْيَسْتَطِعْفَبِلِسَانِهِ،فَإِنْلَمْيَسْتَطِعْفَبِقَلْبِهِوَذَالِكَاَضْعَفُاْلإِيْمَانِ
“Barang
siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya
(kekuasaan), apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka
dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”
Berdasarkan Hadis tersebut dapat dipahami bahwa metode
dakwah yang disebutkan di dalam Alquran mempunyai integritas dengan metode
dakwah yang tertera di dalam Hadis, maksudnya adalah bahwa pelaksanaan metode
dakwah yang ada di dalam Alquran dengan menggunakan metode dari Hadis seperti
yang disebutkan di atas.[4]
Sehingga dapat dipahami bahwa Hadis merupakan salah satu
landasan metode dalam melaksanakan dakwah, selain didasarkan kepada metode
dakwah yang dilaksanakan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.Konsep
seperti ini merupakan modal utama bagi para da’i (pelaksana dakwah), sehingga
pemahaman terhadap metode dakwah yang terdapat di dalam Hadis sangat diperlukan
untuk pencapaian hasil yang lebih optimal dengan persentase keberhasilan dakwah
mencapai taraf yang signifikan.[5]
C.
Hadis Sebagai Landasan Metode Dakwah
Pedoman
utama yang tidak dapat berubah serta dinamis adalah Alquran dan Sunnah atau
Hadis (Zaidallah, 2002: 72), karena secara epistemologis Hadis dipandang oleh
mayoritas umat Islam sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran, sebab
Hadis merupakan bayân (penjelasan) terhadap ayat Alquran yang masih mujmal
(global), ‘âmm (umum) dan mutlaq atau tanpa batasan (Mustaqim, 2008: 4). Dapat
disimpulkan bahwa Hadis dari Rasulullah berfungsi sebagai pendukung dari firman
Allah yang terkodifikasi di dalam Alquran.
Sehingga
dari penjelasan tersebut Hadis dapat menjadi landasan metode dakwah. Hal ini
berdasarkan keterangan dari Allah SWT yang tertera di dalam Alquran surah
al-Ahzab ayat 21 yang menyatakan: “Sungguh terdapat di dalam diri Rasulullah
teladan yang baik bagimu…” sehingga setiap aktivitas dakwah harus dirancang
serta dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai situasi dan
kondisi yang dihadapi (Ismail, 2006: 235), seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah dalam melaksanakan dakwah.[6]
Wardi
Bachtiar menjelaskan bahwa metode dakwah yang ada di dalam Alquran surah
an-Nahl ayat 125 digunakan dengan cara atau metode yang terdapat di dalam Hadis
riwayat Muslim yaitu menggunakan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut
(lidah), dan dengan hati (Bachtiar, 1997: 34). Kemudian dilanjutkan bahwa dari
sumber metode tersebut menghasilkan metoda-metoda yang merupakan
operasionalisasinya yaitu dakwah dengan lisan, tulisan, seni, dan bil-hal
(1997: 34).
Di
dalam sebuah riwayat, Abu Juhaifah berkata bahwa Ali r.a berkata: “sesungguhnya
yang pertama mengalahkan kamu di dalam jihad adalah jihad dengan tangan,
kemudian lidah dan terakhir dengan hati, maka orang yang hatinya tidak mengenal
kebaikan dan tidak menolak keburukan, maka dia akan dibalik dimana bagian atas
dijadikan bagian bawah (2001: 18).
1.
Pendapat Ulama Hadis terhadap Metode Dakwah
Ada
beberapa Hadis dari Rasulullah yang membahas masalah kewajiban untuk mencegah
kemunkaran dan menyeru kepada kebaikan, Ibn Mas’ud r.a pernah mendengar
seseorang yang mengatakan bahwa akan celaka orang yang tidak mengajak kepada
kebaikan dan tidak mencegah kemunkaran, sehingga beliau memberikan isyarat
bahwa mengetahui kebaikan dan keburukan dengan hati adalah sesuatu yang wajib
bagi setiap individu, maka orang yang tidak mau mengetahui hal tersebut akan
celaka (2001: 18).[7]
Memahami
metode dakwah yang tercantum di dalam Hadis Rasulullah yang banyak membahas
masalah kewajiban untuk mencegah kemunkaran, menurut pandangan para ahli
diperlukan pemahaman terhadap obyek dakwah atau masyarakat itu sendiri, karena
efek yang terjadi pada obyek dakwah merupakan indikator atau dapat dikatakan
sebagai tolak ukur kesuksesan dakwah, sehingga beberapa ahli memberikan
beberapa pendapat di antaranya sebagai berikut:
1)
Ali
bin Abi Thalib mengatakan: “Apakah kamu suka bahwa Allah dan rasul-Nya
didustai orang, berbicaralah kepada manusia dengan pengetahuan dan
tinggalkanlah sesuatu yang membuat mereka ingkar.”
2)
Ali
Mahfuz di dalam bukunya yang berjudul hidayah al-mursyidin, menyatakan: “Tukarlah
setiap orang itu sesuai dengan ukuran akalnya dan timbanglah dia sesuai dengan
bobot pemahamannya.”
Dari
pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi
seorang da’i untuk mengenal masyarakat selaku obyek dakwah, sehingga kesuksesan
dakwah yang disampaikan tergantung kepada pemilihan metode yang tepat dengan
berlandaskan pengetahuan terhadap obyek dakwah yang beraneka ragam.
Adapun
untuk permasalahan pentingnya metode dakwah, beberapa pakar menyampaikan
pendapat mereka mengenai pentingnya metode dakwah di antaranya sebagai berikut:
1.
Syeikh
M. Abu al-Fath al-Bayanuni menyatakan bahwa urgensi metode dakwah adalah
sebagai berikut:
a.
Terjaga
dari penyimpangan dalam mengemban misi dakwah islamiyah
b.
Dengan
metode akan memperjelas visi dan misi dakwah.
c.
Untuk
keseimbangan dan kelanjutan dakwah.
2.
Samith
Athif al-Zain menyampaikan tentang pentingnya metode dakwah adalah merupakan
hal yang sangat penting dalam meluruskan misi dakwah yang selama ini terpuruk,
padahal Alquran benar-benar mengajarkan metode khusus dalam penyebaran misi
Islam.
Muhammad Abduh
membagi mad’u atau obyek dakwah menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a.
Golongan
cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, serta cepat
menangkap persoalan.
b.
Golongan
awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan
mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
c.
Golongan
yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu,
tetapi hanya dalam batas tertentu, dan tidak sanggup mendalami dengan benar
(Ilaihi, 2010: 91).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode dakwah
yang terkandung dalam surat Al-Qur’an, An-Nahl ayat 125 tentang Metode Dakwah
adalah:
1.
Disampaikan
dengan cara hikmah dan pengajaran yang baik
2.
Berdebat
dengan Cara yang Baik
3.
Membalas
Kejahatan dengan Kebaikan
Sedangkan
bentuk metode dakwah yang terkandung dalam surat An-Nahl: 125 adalah:
1.
Metode
hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal
2.
Metode
mau’izah hasanah mengandung arti cara memberi pengajaran yang baik
3.
Metode
Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsanupaya yang bertujuan untuk mengalahkan
pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat
Sumber metode
dakwah:
1.
Al-qur’an
2.
Sunnah
rasul
3.
Sejarah
hidup para sahabat da fuqaha
4.
Pengalaman
Aplikasi metode
dakwah rasulullah:
1.
Pendekatan
personal
2.
Pendekatan
pendidikan
3.
Pendekatan
diskusi
4.
Pendekatan
penawaran
5.
Pendekatan
misi
Pembahasan
panjang mengenai metode dakwah dalam perspektif Hadis pada intinya adalah
menyangkut metode dakwah yang tercantum di dalam Alquran surah an-Nahl 125,
yang pelaksanaannya dalam bentuk Hadis Rasulullah yaitu dengan tangan, lidah, atau
hati, yang pada dasarnya bersifat tidak terikat, karena penyesuaian terhadap
karakter masyarakat yang berbeda-beda, sehingga kemampuan dalam pemilihan
metode yang tepat adalah salah satu kunci untuk keberhasilan dakwah.
Pada
dasarnya permasalahan masyarakat yang beraneka ragam berasal dari permasalahan
aqidah atau keyakinan, karena pada saat keyakinan lemah disebabkan kondisi hati
dapat menjadikan seseorang menolak hal yang sebenarnya diterimanya. Selain itu,
sebagai kewajiban seorang muslim adalah mencegah keburukan dan saling
mengingatkan dalam kebaikan, menjadikan keharusan bagi setiap pribadi muslim
setidaknya menolak dengan hati suatu kemunkaran, karena apabila tidak merupakan
bentuk lemahnya iman seperti yang digambarkan oleh Rasulullah di dalam hadisnya.
Dapat juga
diterjemahkan bahwa hati adalah titik penentu iman seseorang, karena perbuatan
berasal dari kemauan hati, dalam kondisi tertentu hati dapat menjadi sebuah
bumerang yang mengenai diri sendiri apabila tidak bisa memberikan kendali,
tetapi juga dapat menjadi senjata yang paling ampuh apabila dilakukan manajemen
yang tepat. Dari hati kemudian ke otak adalah proses pemilihan metode yang
tepat untuk menyampaikan dakwah, sehingga semua unsur yang berhubungan dengan
keberhasilan dakwah dapat menjadi sangat penting karena saling mendukung.
Para pakar
telah menyatakan bahwa metode dakwah sangat penting untuk keberhasilan dakwah,
selain pemahaman terhadap keragaman karakteristik masyarakat menjadikan
ketepatan dalam memilih metode yang benar untuk diaplikasikan merupakan bentuk
upaya pencapaian keberhasilan dakwah dengan langkah yang tepat, karena
ketepatan dalam memilih metode sangat mendukung karena pesan yang disampaikan
akan mudah diterima oleh masyarakat selaku obyek atau sasaran dakwah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Muhammad bin, Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mahalli.
As-Suyuthi, Dar ul-Hadîts. Kairo
Isma’il, Al-imam Abdul Fida. 2003. Tafsir Ibnu Kasir.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Muriah, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra
Pustaka
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta:
Lentera Hati
‘Abdillah, Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farah al-Qurthubi
Abu. Dâr Sya’b. cetakan II, Jilid X.
Hafiduddin, M. Sc, Dakwah Aktual, (Jakarta: 1998, Gema
Insani Press)
[1] Al-imam Abdul
Fida Isma’il, Tafsir Ibnu Kasir, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), hlm.
278
[2] Didin
Hafiduddin, M. Sc, Dakwah Aktual, (Jakarta: 1998, Gema Insani Press), hlm.
76
[3]Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2000), hlm. 55
[5] . M. Mashyhur
Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: 1997, Al amin Press), hlm.
8
[7] Ibid. hlm 79
No comments:
Post a Comment