MAKALAH LATAR BELAKANG KELUARGA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Keluarga
Dosen pengampu: NOFFIYANTI,S.SOS.I.,MA
Disusun
Oleh:
Desti
Amelia 1841040305
Fitria
Sabrina Putri 1841040302
Ismail 1841040268
PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
TA. 2020/1441 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Latar Belakang
Kehidupan Keluarga ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada ibu NOFFIYANTI,S.SOS.I.,MA selaku Dosen mata kuliah Konseling Keluarga UIN Raden Intan Lampung, yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Latar Belakang
Kehidupan Keluarga. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Bandar Lampung,14 Febuari 2020
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PEMBAHASAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Kehidupan Keluarga.................................................. 3
B. Memahami Konseling Keluarga.......................................................... 4
C. Teori-teori Konseling........................................................................... 6
D. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga............................................ 11
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 14
B.
Saran
................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keluarga merupakan
sebuah sistem yang terdiri dari berbagai perilaku sosial yang berbeda yang
dimiliki oleh setiap individu yang berada di dalam sebuah keluarga tersebut.
Individu yang berada dalam sebuah keluarga yang harmonis terdiri atas seorang
ayah, seorang ibu dan anak-anak.
Kehidupan
masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari masalah, konflik
dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan sekitar. Ini merupakan hal yang wajar sebagai suatu
tahapan dari pengalaman hidup dan perkembangan diri seseorang.
Ada banyak upaya
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah/ krisis keluarga. Ada dengan
cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut
dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengan cara tradisional terbagi
dua bagian. Pertama, kearifan atau dengan cara kasih sayang, kekeluargaan.
Kedua orang tua dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama yang berhubungan
dengan masalah anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga
(family conseling). Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh para ahli
konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini: 1).
Pendekatan individual atau juga disebut konseling individual yaitu upaya
menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien. 2). Pendekatan kelompok (family
conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
Tujuan utama
konseling keluarga adalah untuk memperlancar komunikasi diantara anggota
keluarga yang mungkin karena sesuatu hal terputus. Para anggota keluarga
berusaha secara bersama-sama untuk mengembangkan komunikasi diantara mereka.
Terjadinya hambatan komunikasi mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara
lain: terjadi konflik antar anggota keluarga ataupun adanya masalah diantara
individu-individu dalam keluarga.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, makan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
latar belakang kehidupan keluarga?
2.
Bagaimanakah
memahami konseling keluarga?
3.
Apakah
teori-teori konseling?
4.
Bagaimanakah
proses dan tahapan konseling keluarga?
C. Tujuan
Sejalan dengan
rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1.
Latar
belakang kehidupan keluarga;
2.
Konseling
keluarga;
3.
Teori-teori
konseling;
4.
Proses
dan tahapan konseling keluarga;
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Kehidupan Keluarga
Kehidupan
masyarakat khususnya keluarga, tidak
akan pernah lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Berbagai
sistem nilai yang ada di masyarakat :
a. Nilai agama. Saat ini, mengalami degradasi terhadap nilai
agama, sebab semua agama merasakan bahwa kebanyakan umatnya kurang setia pada agama yang dianutnya.
b.Degradasi nilai adat istiadat. Ini sering disebut sebagai
tata susila atau kesopanan. Hal ini dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak
dan remaja saat ini.
c. Degradasi nilai-nilai sosial. Sebagaimana kita saksikan
saat ini, masyarakat sangat individualis mementingkan diri sendiri dalam segala
hal, enggan berbagi harta, pikiran, saran, pendapat, tidak mau bergaul terutama
dengan orang kelas bawah dan memutuskan tali silaturahmi terutama dengan
keluarga.
d.
Degradasi
kesakralan keluarga. Seperti yang kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan
keluarga, kasus suami membunuh istrinya dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya
dan sebaliknya.[1]
Namun tak dapat
dipungkiri, bahwa keluarga modern memiliki ciri utama kemajuan dan perkembangan
dibidang pendidikan, ekonomi dan pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada
di perkotaan, mungkin juga ada keluarga modern berada di pedesaan, akan tetapi
jarang berinteraksi dengan masyarakat pedesaan. Kelengkapan alat transportasi
dan komunikasi memungkinkan mereka cepat berinteraksi di kota yaitu dengan
kelluarga lainnya. Namun, dibalikk semua itu, terdapat krisis keluarga, artinya
keadaan kelurga dalam keadaan kacau, tidak teratur dan terarah, orang tua
kehilangan kewibawaan untuk mengendalikkan kehidupan anak-anaknya terutama
remaja. Berikut ini adalah penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu: kurang
atau putusnya komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap
egosentrisme, masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah pendidikan, masalah
perselingkuhan dan jauh dari agama.
Dari sekian banyak
masalah keluarga yang telat disebutkan di atas, pasti ada jalan keluar untuk
penyelesain. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis
keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau
sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengnan cara
tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengan kasih sayang,
kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikam krisis keluarga terutama yang
berhubungan dengan anak dan istri.
Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara
ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua
pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
1.
Pendekatan
individual. Yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
2.
Pendekatan
kelompok, yaitu disksi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
B. Memahami
Konseling Keluarga
1.
Latar
belakang konseling keluarga
a.
Perubahan
kehidupan keluarga
Dengan
berakhirnya perang dunia II, maka terjadilah perubahan dalam sosiokultural dala
msyarakat AS. Pengaruh tersebut menggejala pula terhadap keluarga dan
anggota-anggotanya. Keluarga mendapatkan tantangan dan tekanan dari luar dan
dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan. Kemajuan disegala
bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya terhadap keluarga di
Indonesia khususnya di kota-kota.
b.
Keluarga
Berantakan (broken home)
Yang dimaksud
keluarga berantakan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
1)
Keluarga
itu berantakan karena strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia atau
bercerai.
2)
Orang
tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena
ayah atau ibu jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih saying lagi.
3)
Kasus
Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang bersumber dari keadaan
keluarganya, misalnya krisis keluarga. Biasanya, jika ternyata memang kasus itu
berkaitan erat dengan masalah keluarga, mka guru pembimbing akan berusaha melakukan
kunjungan rumah.
4)
Konseling
Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat
penting dalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga berperan utama dalam
mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan dan sosialisasinya. Sekolah
tidak hanya mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi
perkembangan perilaku emosional dan sosial.
2.
Pengertian
konseling keluarga
Family
counseling atau konseling keluarga adalah upaya yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem
keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembabng seoptimal
mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua
anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.
C. Teori-teori
Konseling
1.
Pendekatan Psikoanalisis
Sigmud Freud
1896, sebagai pendiri aliran ini, mengemukakan pandangannya bahwa struktur
kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam
kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut,
sedangkan sebagian gunung es yang terbenam adalah alam ketidaksadaran manusia.
Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id ego dan super ego.
Tujuan dan
proses konseling psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan
jalan yang tidak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling
dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayayti, memahami dan
mngenal pengalaman masa kecilnya terutama masa usia 2-5 tahun. [2]
Teknik konseling
psikoanalisis ada 5, yaitu :
1)
Asosiasi
bebas, yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam
pemikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sehingga klien
mudah mengungkapkan masa lalunya.
2)
Interpretasi,
teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferesi klien.
3)
Analisis
mimpi, yaitu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan member
kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4)
Analisis
resistensi, ditujukan untuk menyadarkan meminta perhatian klien untuk
menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5)
Analisis
transferesi, konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya
agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama 5tahun pertama dalam
hidupnya.
2.
Terapi Terpusat pada Klien (Client- centered therapy)
Sering juga
disebut terapi nondirektif adalah suatu metode perawatan psikis yang
dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta
gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan teknik
konseling sebagai berikut :
1)
Klien
datang kepada konselor atas kemauan sendiri.
2)
Situasi
konseling sjak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor
menyadarkan klien.
3)
Konselor
meyakinkan klien agar ia berani mengemukakan perasaannya.
4)
Konselor
menerima perasaan klien serta
memahaminya
5)
Konselor
berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaannya dirinya.
6)
Klien
menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanan)
7)
Klien
merealisasikan pilihannya itu.
Implementasi teknik
konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Oleh karena
itu penggunaan teknik seperti pertanyaan, memberanikan, interpretasi, dan
sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang lebih utama adalah pemakaian
teknik konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap.
Karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan
konsisten, memahami secara empati, member penilaian kepada klien, akan tetapi
konselor selalu objektif.
3.
Terapi Gestalt
Terapi ini
dikembangkan oleh Federick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat
aliran, yakni, psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta
psikologi Gestalt. Menurut Parls, individu itu aktif sebagai keseluruhan.
Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagin atau organ-organ semata. Individu
yang sehat adalah individu yang seimbang antara ikatan organism dengan
lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar terapi
Gestalt.[3]
4.
Terapi Behavioral
Terapi behavioral
berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian. Mula-mula terapi
ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk melakukan treatment neurosis.
Kontribusi terbesar dari konseling behavioral atau perilaku adalah
diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi, yaitu bagaimana
memodifikasi perilaku melalui rakayasa llingkungan sehingga terjadi proses
belajar untuk perubahan perilaku.[4]
Tujuan terapi
behavioral adalah untuk membantu klien
membuang respons-respons yang lama yang merusak diri dan mempelajari
respons-respons yang baru yang lebih sehat. Selain itu tujuan terapi behavioral
adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladatif
dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. Terdapat beberapa
teknik dalam terapi ini, yaittu :
1)
Teknik
desensitisasi sistematik. Teknik ini bermaksud mengejar klien untuk memberikan
respons yang tdak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
2)
Teknik
assertive training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami
kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan tejnik
ini adalah dengan role playing (bermain peran).
3)
Aversion
therapy. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan
memperkuat perilaku positif.
4)
Home-work.
Yaitu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap
situasi tertentu. Caranya adalah dengan member tugas rumah untuk satu minggu.
5.
Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi
logo adalah agar dalam masalah yang dihadapi klien, dia bisa menemukan makna
dari penderitaan atas kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu, klien
membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Teknik logo ini masih
mengikuti aliran psikoanalisis tetapi menganut paham eksistensialisme. Teknik
konselingnya menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan kasus yang
dihadapi.
6.
Terapi Emotif Rasional (Rational emotive therapy/RET)
Teori ini
dikembangkan seorang eksistensialis Albert Ellis 1962. Teori memandang bahwa
manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang
dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan
individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia bebas, berfikir, bernafsu,
dan berkehendak. RET menolak aliran psikoalanilis dengan mengatakan peristiwa
dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Gangguan
emosi terjadi karena pikiran-pikiran seseorang yang bersifat irasoinal terhadap
peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
Tujuan dari proses
terapi adalah untuk mengubah dan memperbaiki sikap, persepsi, cara berpikir,
keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional sehingga ia
dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Adapun
proses konselingnya adalah :
1)
Konselor
menunjukan kepada klien bahwa kesulitannyang dihadapinya berhubungan dengan
keyakinan irasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional.
2)
Setelah
klien menyadari gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran irasional,
maka konselor menunjukkan pemikiran klien yang irasional tersebut.
3)
Konselor
berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya dan konselor
berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan
perusakan diri.
4)
Proses
terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkn
filosofis kehidupan rasional dan menolak kehidupan yang irasional dan fiktif.
Teknik konseling.
Layanan konseling RET terdiri atas layanan individu dan kelompok. Sedangkan
teknik-teknik yang digunakan lebih banyak dari RET adalah :assertive training
(melatih dan membiasakan), sosiodarma (sandiwara pendek tentang kehidupan),
self modeling (konselor menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti), teknik
reinforcement (memberi reward), social modeling, desensitisasi sismatik,
relaxatation, self control, homework assignment, diskusi, simulasi, dan
bibliografi (member bahan bacaan).
D. Proses
dan Tahapan Konseling Keluarga
Proses konseling
keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh berbagai
factor seperti jumlah kliennya yang lebih dari seorang. Relasi antar anggota
keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan
diri dalam dinamika konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis
relasi atau hubungan dalam konseling keluarga, yaitu:
1. Relasi seorang konselor dengan klien
2. Relasi satu klien dengan klien lainnya
3. Relasi konselor dengan sebagian kelompok
4. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga
5. Relasi antar kelompok dengan kelompok lain
Dalam konseling
keluarga, konselor diharapkan mempunyai kemampuan professional untuk
mengantisipasi prilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai
kualitas emosional dan kepribadiannya. Konselor yang profesional memiliki
karakteristik yaitu:
1.Ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan
wawasan ilmiah;
2.Keterampilan konseling;
3.Kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa adanya,
dan ceria.
Secara umum proses
konseling berjalan menurut tahapan berikut:
1. Pengembangan rapport
Hubungan
konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport yang
merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya sehingga
menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh
aspek-aspek dari konselor, yakni kontak mata, prilaku nonverbal (prilaku
attending, bersahabat, luwes, ramah, senyum, menerima, jujur, penuh perhatian),
bahasa lisan, atau verbal (sapaan sesuai
dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum, dan bahasa
lisan yang halus.
2.Pengembangan apresiasi emosional
Jika semua
anggota keluarga yang sedang mengikuti anggota semua terlibat, maka akan
terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta memiliki keinginan yang
kuat untuk memecahkan masalah mereka dan mereka mampu saling menghargai
perasaan amsing-masing. Ada 2 teknik konseling keuarga yang efektif yaitu
sculpting dan role playing. Kedua teknik ini memberikan peluang bagi
pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan emosi
masing-masing anggota keluarga.
2. Pengembangan alternative modus perilaku
Pada
pengembangan alternative ini, yaitu mempraktikan temuan baru dari semua anggota
keluarga yang bisa menjadi alternative perilaku yang baru dalam keluarga.
Aplikasi perilaku tersebut dilakukan
melalui praktek di rumah. Konselor biasa member suatu daftar perilaku baru yang
akan dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling
keluarga berikutnya. Tugas ini juga sering disebut pekerjaan rumah (home
assignment).
3. Fase membina hubungan konseling
Fase ini amat
penting dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara
efektif ditentukan oleh keberhasilan
konselor dalam membina hubungan konseling yang dilakukan dari tahap awal dan
tahap berikutnya. Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Konseli memasuki
ruang konseling, kemudian konselor mempersiapkan klien supaya siap dibimbing.
a. Tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan
kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-harapannya.
b.Tahap struktur, konselor mengadakan kontrak, waktu yang
akan digunakan, biaya dan kerahasiaan.
c. Tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling untuk
memudahkan pembinaan bantuan kepada klien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling Keluarga
ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
situasi keluarga dan penyelenggarannya melibatkan anggota keluarga.
Kehidupan
masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari masalah, konflik
dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan sekitar. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan krisis keluarga tersebut.
Ada dengan cara
tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara
ilmiah.
Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara
ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua
pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
1.Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali emosi,
pengalaman dan pemikiran klien.
2.Pendekatan kelompok, yaitu diskusi dalam keluarga yang
dibimbing oleh konselor keluarga.
B. Saran
Keharmonisan didalam rumah tangga dapat tercipta karena
adanya rasa kasih sayang dan saling berbicara terhadap anggota keluarga satu
sama lain
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyarini
dan Mohammad, Jauhar. 2014. Dasar Dasar
Konseling. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
S. Willis,
Sofyan. 2009. Konseling Keluarga (Family
Counseling). Bandung:
Alfabeta.
Sestuningsih Margi
Rahayu ,Konseling
Keluarga Dengan Pendekatan Behavioral: Strategi Mewujudkan Keharmonisan Dalam
Keluarga, Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum
Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur,
Indonesia
[2] Sulistyarini dan
Mohammad, Jauhar. 2014. Dasar Dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.Hal.
43
[4] Sestuningsih Margi Rahayu ,Konseling Keluarga Dengan Pendekatan Behavioral:
Strategi Mewujudkan Keharmonisan Dalam Keluarga, Jurnal
Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, 4 –
6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Ini bagus ini rekomendit buat kelompok 1
ReplyDelete