Friday, February 14, 2020

MAKALAH LATAR BELAKANG KELUARGA KONSELING KELUARGA


MAKALAH LATAR BELAKANG KELUARGA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Keluarga


  
Dosen pengampu: NOFFIYANTI,S.SOS.I.,MA
Disusun Oleh:
Desti Amelia               1841040305
Fitria Sabrina Putri      1841040302
Ismail                          1841040268

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
TA. 2020/1441 H



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Latar Belakang Kehidupan Keluarga ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada ibu NOFFIYANTI,S.SOS.I.,MA selaku Dosen mata kuliah Konseling Keluarga UIN Raden Intan Lampung, yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
   Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Latar Belakang Kehidupan Keluarga. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Bandar Lampung,14 Febuari 2020


penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.     Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Kehidupan Keluarga.................................................. 3
B.     Memahami Konseling Keluarga.......................................................... 4
C.     Teori-teori Konseling........................................................................... 6
D.    Proses dan Tahapan Konseling Keluarga............................................ 11

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................... 14
B.     Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai perilaku sosial yang berbeda yang dimiliki oleh setiap individu yang berada di dalam sebuah keluarga tersebut. Individu yang berada dalam sebuah keluarga yang harmonis terdiri atas seorang ayah, seorang ibu dan anak-anak.
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari masalah, konflik dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Ini merupakan hal yang wajar sebagai suatu tahapan dari pengalaman hidup dan perkembangan diri seseorang.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah/ krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengan cara kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan masalah anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga (family conseling). Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh para ahli konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini: 1). Pendekatan individual atau juga disebut konseling individual yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien. 2). Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
Tujuan utama konseling keluarga adalah untuk memperlancar komunikasi diantara anggota keluarga yang mungkin karena sesuatu hal terputus. Para anggota keluarga berusaha secara bersama-sama untuk mengembangkan komunikasi diantara mereka. Terjadinya hambatan komunikasi mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara lain: terjadi konflik antar anggota keluarga ataupun adanya masalah diantara individu-individu dalam keluarga.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, makan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah latar belakang kehidupan keluarga?
2.      Bagaimanakah memahami konseling keluarga?
3.      Apakah teori-teori konseling?
4.      Bagaimanakah proses dan tahapan konseling keluarga?


C.    Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.      Latar belakang kehidupan keluarga;
2.      Konseling keluarga;
3.      Teori-teori konseling;
4.      Proses dan tahapan konseling keluarga;




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Latar Belakang Kehidupan Keluarga
Kehidupan masyarakat  khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Berbagai sistem nilai yang ada di masyarakat :
a. Nilai agama. Saat ini, mengalami degradasi terhadap nilai agama, sebab semua agama merasakan bahwa kebanyakan umatnya  kurang setia pada agama yang dianutnya.
b.Degradasi nilai adat istiadat. Ini sering disebut sebagai tata susila atau kesopanan. Hal ini dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak dan remaja saat ini.
c. Degradasi nilai-nilai sosial. Sebagaimana kita saksikan saat ini, masyarakat sangat individualis mementingkan diri sendiri dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran, saran, pendapat, tidak mau bergaul terutama dengan orang kelas bawah dan memutuskan tali silaturahmi terutama dengan keluarga.
d.                        Degradasi kesakralan keluarga. Seperti yang kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan keluarga, kasus suami membunuh istrinya dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan sebaliknya.[1]
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern memiliki ciri utama kemajuan dan perkembangan dibidang pendidikan, ekonomi dan pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada keluarga modern berada di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan masyarakat pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka cepat berinteraksi di kota yaitu dengan kelluarga lainnya. Namun, dibalikk semua itu, terdapat krisis keluarga, artinya keadaan kelurga dalam keadaan kacau, tidak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikkan kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu: kurang atau putusnya komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah pendidikan, masalah perselingkuhan dan jauh dari agama.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang telat disebutkan di atas, pasti ada jalan keluar untuk penyelesain. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengnan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengan kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikam krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan anak dan istri.
Cara  ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
1.      Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
2.      Pendekatan kelompok, yaitu disksi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.

B.       Memahami Konseling Keluarga
1.      Latar belakang konseling keluarga
a.       Perubahan kehidupan keluarga
Dengan berakhirnya perang dunia II, maka terjadilah perubahan dalam sosiokultural dala msyarakat AS. Pengaruh tersebut menggejala pula terhadap keluarga dan anggota-anggotanya. Keluarga mendapatkan tantangan dan tekanan dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan. Kemajuan disegala bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya terhadap keluarga di Indonesia khususnya di kota-kota.
b.      Keluarga Berantakan (broken home)
Yang dimaksud keluarga berantakan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
1)      Keluarga itu berantakan karena strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia atau bercerai.
2)      Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih saying lagi.
3)      Kasus Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya krisis keluarga. Biasanya, jika ternyata memang kasus itu berkaitan erat dengan masalah keluarga, mka guru pembimbing akan berusaha melakukan kunjungan rumah.
4)      Konseling Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting dalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga berperan utama dalam mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan dan sosialisasinya. Sekolah tidak hanya mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan perilaku emosional dan sosial.
2.                Pengertian konseling keluarga
Family counseling atau konseling keluarga adalah upaya yang diberikan  kepada   individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembabng seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.

C.    Teori-teori Konseling
1.      Pendekatan Psikoanalisis
Sigmud Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini, mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut, sedangkan sebagian gunung es yang terbenam adalah alam ketidaksadaran manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id ego dan super ego.
Tujuan dan proses konseling psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur  kepribadian klien dengan jalan mengembalikan jalan yang tidak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayayti, memahami dan mngenal pengalaman masa kecilnya terutama masa usia 2-5 tahun. [2]
Teknik konseling psikoanalisis ada 5, yaitu :
1)      Asosiasi bebas, yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pemikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sehingga klien mudah mengungkapkan masa lalunya.
2)      Interpretasi, teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferesi klien.
3)      Analisis mimpi, yaitu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan member kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4)      Analisis resistensi, ditujukan untuk menyadarkan meminta perhatian klien untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5)      Analisis transferesi, konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama 5tahun pertama dalam hidupnya.

2.      Terapi Terpusat pada Klien (Client- centered therapy)
Sering juga disebut  terapi nondirektif  adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan teknik konseling sebagai berikut :
1)      Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri.
2)      Situasi konseling sjak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor menyadarkan klien.
3)      Konselor meyakinkan klien agar ia berani mengemukakan perasaannya.
4)      Konselor menerima perasaan klien  serta memahaminya
5)      Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaannya dirinya.
6)      Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanan)
7)      Klien merealisasikan pilihannya itu.
Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Oleh karena itu penggunaan teknik seperti pertanyaan, memberanikan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang lebih utama adalah pemakaian teknik konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap. Karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten, memahami secara empati, member penilaian kepada klien, akan tetapi konselor selalu objektif.

3.        Terapi Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran, yakni, psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi Gestalt. Menurut Parls, individu itu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagin atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang antara ikatan organism dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial  dengan biologis merupakan konsep dasar terapi Gestalt.[3]

4.      Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk melakukan treatment neurosis. Kontribusi terbesar dari konseling behavioral atau perilaku adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rakayasa llingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.[4]
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien  membuang respons-respons yang lama yang merusak diri dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat. Selain itu tujuan terapi behavioral adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladatif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. Terdapat beberapa teknik dalam terapi ini, yaittu :
1)      Teknik desensitisasi sistematik. Teknik ini bermaksud mengejar klien untuk memberikan respons yang tdak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
2)      Teknik assertive training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan tejnik ini adalah dengan role playing (bermain peran).
3)      Aversion therapy. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan memperkuat perilaku positif.
4)      Home-work. Yaitu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya adalah dengan member tugas rumah untuk satu minggu.

5.       Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi logo adalah agar dalam masalah yang dihadapi klien, dia bisa menemukan makna dari penderitaan atas kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu, klien membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Teknik logo ini masih mengikuti aliran psikoanalisis tetapi menganut paham eksistensialisme. Teknik konselingnya menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.

6.      Terapi Emotif Rasional (Rational emotive therapy/RET)
Teori ini dikembangkan seorang eksistensialis Albert Ellis 1962. Teori memandang bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia bebas, berfikir, bernafsu, dan berkehendak. RET menolak aliran psikoalanilis dengan mengatakan peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Gangguan emosi terjadi karena pikiran-pikiran seseorang yang bersifat irasoinal terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
Tujuan dari proses terapi adalah untuk mengubah dan memperbaiki sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Adapun proses konselingnya adalah :
1)      Konselor menunjukan kepada klien bahwa kesulitannyang dihadapinya berhubungan dengan keyakinan irasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional.
2)      Setelah klien menyadari gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran irasional, maka konselor menunjukkan pemikiran klien yang irasional tersebut.
3)      Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4)      Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkn filosofis kehidupan rasional dan menolak kehidupan yang irasional dan fiktif.
Teknik konseling. Layanan konseling RET terdiri atas layanan individu dan kelompok. Sedangkan teknik-teknik yang digunakan lebih banyak dari RET adalah :assertive training (melatih dan membiasakan), sosiodarma (sandiwara pendek tentang kehidupan), self modeling (konselor menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti), teknik reinforcement (memberi reward), social modeling, desensitisasi sismatik, relaxatation, self control, homework assignment, diskusi, simulasi, dan bibliografi (member bahan bacaan).

D.    Proses dan Tahapan Konseling Keluarga
Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh berbagai factor seperti jumlah kliennya yang lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri dalam dinamika konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling keluarga, yaitu:
1.      Relasi seorang konselor dengan klien
2.      Relasi satu klien dengan klien lainnya
3.      Relasi konselor dengan sebagian kelompok
4.      Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga
5.      Relasi antar kelompok dengan kelompok lain
Dalam konseling keluarga, konselor diharapkan mempunyai kemampuan professional untuk mengantisipasi prilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadiannya. Konselor yang profesional memiliki karakteristik yaitu:
1.Ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan wawasan ilmiah;
2.Keterampilan konseling;
3.Kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa adanya, dan ceria.
Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:
1.      Pengembangan rapport
Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport yang merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh aspek-aspek dari konselor, yakni kontak mata, prilaku nonverbal (prilaku attending, bersahabat, luwes, ramah, senyum, menerima, jujur, penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal (sapaan  sesuai dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum, dan bahasa lisan yang halus.
2.Pengembangan apresiasi emosional
Jika semua anggota keluarga yang sedang mengikuti anggota semua terlibat, maka akan terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta memiliki keinginan yang kuat untuk memecahkan masalah mereka dan mereka mampu saling menghargai perasaan amsing-masing. Ada 2 teknik konseling keuarga yang efektif yaitu sculpting dan role playing. Kedua teknik ini memberikan peluang bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan emosi masing-masing anggota keluarga.
2.      Pengembangan alternative modus perilaku
Pada pengembangan alternative ini, yaitu mempraktikan temuan baru dari semua anggota keluarga yang bisa menjadi alternative perilaku yang baru dalam keluarga. Aplikasi  perilaku tersebut dilakukan melalui praktek di rumah. Konselor biasa member suatu daftar perilaku baru yang akan dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling keluarga berikutnya. Tugas ini juga sering disebut pekerjaan rumah (home assignment).
3.      Fase membina hubungan konseling
Fase ini amat penting dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif  ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling yang dilakukan dari tahap awal dan tahap berikutnya. Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.   Konseli memasuki ruang konseling, kemudian konselor mempersiapkan klien supaya siap dibimbing.
a. Tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-harapannya.
b.Tahap struktur, konselor mengadakan kontrak, waktu yang akan digunakan, biaya dan kerahasiaan.
c. Tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling untuk memudahkan pembinaan bantuan kepada klien.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konseling Keluarga ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggarannya melibatkan anggota keluarga.
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari masalah, konflik dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga tersebut.
Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah.
Cara  ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
1.Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
2.Pendekatan kelompok, yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
B.     Saran
Keharmonisan didalam rumah tangga dapat tercipta karena adanya rasa kasih sayang dan saling berbicara terhadap anggota keluarga satu sama lain

chanel youtube: https://youtu.be/xyhRcjA1khQ

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyarini dan Mohammad, Jauhar. 2014. Dasar Dasar Konseling. Jakarta:          Prestasi Pustakaraya.
S. Willis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:          Alfabeta.
Sestuningsih Margi Rahayu ,Konseling Keluarga Dengan Pendekatan Behavioral: Strategi Mewujudkan Keharmonisan Dalam Keluarga, Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia


[1]  Konseling keluarga(family counseling),2009,prof.Dr H.sofyan S. Wilis. ALFABETA, CV. Hal 1-8
[2] Sulistyarini dan Mohammad, Jauhar. 2014. Dasar Dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.Hal. 43

[3] S. Willis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:  Alfabeta. Hal. 17
[4] Sestuningsih Margi Rahayu ,Konseling Keluarga Dengan Pendekatan Behavioral: Strategi Mewujudkan Keharmonisan Dalam Keluarga, Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia

1 comment:

  Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi KATA PENGANTAR          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini ma...