MAKALAH MEDIA KONSELING
KONSEP DASAR MEDIA DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
Disusun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Media Konseling
Dosen Pengampu:
Hammi Latifah M.A
Disusun oleh:
BKI D Kelompok 1
Dela Vranciska (18410402**)
Dwi Rizki Hendrawan (18410403**)
Heni Tia Anisa (18410401**)
Hidayah Wiji Hastuti (18410402**)
Isma Hasanah (18410403**)
Tyana Hagiany (18410402**)
FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA
2020/1441 H
KATA
PENGANTAR
Dengan Menyebut Asma Allah SWT yang
Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Atas berkat limpahan berkah dan hidayah-Nya beserta ilmu yang selalu
diberikan kepada hambanya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Adapun makalah ini membahas tentang Konsep
Dasar Media dalam Bimbingan dan Konseling. Makalah ini telah kami kerjakan
dengan semaksimal mungkin, dan tentu dengan bantuan oleh pihak lain, sehingga
terbentuklah makalah ini. Tentu saja kami ucapkan banyak terimakasih atas
bantuan para pihak lain atas bantuanya sehingga terlaksanalah sampai tuntas
tugas kami ini. Namun tak luput dari itu manusia adalah tempatnya salah dan
dosa kami menyadari dalam makalah kami ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami selaku penyusun berlapang
dada dan membuka tangan kepada Ibu dosen
atau pun teman-teman sekalian sekiranya dapat memberikan kritik atau pun saran
yang membangun, agar dapat menjadi bahan pengalaman kami untuk kedepannya agar
menjadi lebih baik.
Dan kami berharap makalah yang telah kami
buat ini dapat bermanfaat bagi semua orang dan dapat menambah illmu pengetahuan
tentang struktur hadis.
Bandar
lampung, 19 Oktober 2020
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
Bab
II Pembahasan
A. Hakikat Media dalam Bimbingan
dan Konseling................................... 3....
B. Pengertian Media Bimbingan dan Konseling.......................................... 6
C. Manfaat dan Fungsi Media
dalam Konseling.... 10
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bimbingan konseling dimaksudkan untuk membantu merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa atau peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang secara maksimal sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan yang
dimiliki pada masing-masing siswa, serta sesuai dengan tuntutan yang positif di
lingkunganya khususnnya di sekolah. Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling
membantu siswa untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya.
Bimbingan konseling mempunyai beberapa layanan, layanan
tersebut akan optimal biladitunjang dengan sebuah layanan pendukung atau
fasilitas yang mendukung contohnya media BK. Gagne menyatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar. Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan
bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.[1]
Media dalam pembelajaran itu terutama Bimbingan dan
konseling dapat menggunakan media cetak seperti pamflet, postest, banner, dan
elektronik seperti pemanfaatan teknologi internet (blog, facebook, dan jejaring sosial lainnya). Media adalah sesuatu berupa peralatan yang
dapat di pakai dan dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan dari berbagai
aspek baik itu fisik, motorik, sosial, emosi kognitif, kreativitas dan bahasa
sehingga mampu mendorong dan memudahkan terjadinya proses belajar mengajar pada
Guru BK atau konselor dan peserta didik. Banyak sekali pendapat bahwa Guru BK
atau konselor tidak perlu menggunakan media baik cetak maupun elektronik
sebagai alat untuk pembelajaran.
Perlu diketahui setiap para pendidik atau Guru BK atau konselor
sebaiknya dapat menggunakan media yang ada agar dapat mempermudah dalam
pemberian informasi kepada para peserta didik yang bertujuan agar peserta didik
dapat memahami informasi atau pengetahuan secara baik.[2]
Produksi media merupakan segala upaya yang dilakukan
nuntuk menciptakan dan mengolah media (benda visual maupun non visual) dengan
cara mempergunakan segala sumberdaya (tenaga, pikiran, dana). Dengan upaya
memanfaatkan media elektronik diharapkan dapat digunakan sebagai upaya
pengembangan kemampuan peserta didik maupun konseli untuk dapat menghadapi dan
mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya.[3]
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa hakikat media dalam bimbingan dan
konseling?
2.
Apa pengertian dari media dalam bimbingan dan
konseling?
3.
Apa saja manfaat serta fungsi dari media
dalam bimbingan dan konseling?
C.
Tujuan
Penulisan
Sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui seperti apa hakikat media
dalam bimbingan dan konseling.
2.
Untuk mengetahui pengertian dari media dalam
bimbingan dan konseling.
3.
Untuk mengetahui apa saja manfaat serta
fungsi dari media dalam bimbingan dan konseling.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Media dalam Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan dan Konseling sebagai Proses
Komunikasi
Manusia
selalu berkomunikasi satu dengan lainnya, karena sesungguhnya manusia adalah
makhluk sosial yang membutuhkan interaksi antara satu dengan lainnya. Individu
menghabiskan 70 persen waktunya untuk berkomunikasi, baik melalui tulisan
maupun perkacapan.
Komunikasi
adalah proses penerimaan dan penyampaian pesan dan pemahaman pada waktu yang
sama tanpa ada awal dan akhir. Semua berkomunikasi melibatkan pengiriman simbol
dengan makna tertentu. Simbol ini dapat berupa simbol verbal dan non verbal.
Ketepatan penyampaian simbol-simbol dalam komunikasi tergantung pada seberapa
jauh ketepatan penerimaan dalam menafsirkan informasi yang diberikan pengirim
pesan.
Dengan
adanya ketepatan informasi ini maka terjadilah apa yang dinamakan dengan
“penerima” mengetahui apa yang diketahui pengirim, penerima menilai sebagaimana
pengirim menilai, penerima merasakan sebagaimana yang dirasakan pengirim, dan
memutuskan apa yang ingin diputuskan oleh pengirim.[4]
Bimbingan
dan konseling merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seorang guru BK maupun konselor
dalam upaya memandirikan peserta didik atau klien. Bimbingan dan konseling yang
memandirikan mengamanatkan kepada guru BK atau konselor untuk memahami tiap
konseli secara utuh.
Dengan
bermodalkan kesadaran diri dan kemampuan interpesonalnya untuk memahami konseli
secara empati, konselor melakukan interaksi bimbingan dan konseling yang peduli
terhadap kebaikan. Dalam proses bimbingan dan konseling itu, konselor
memfasilitasi konseli untuk menyadari dirinya, mengeksplorasi permasalahan yang
dihadapi serta kemungkinan-kemungkinan yang terbuka. Dari situ, selanjutnya
konseli difasilitasi untuk menetapkan pilihan atau mengambil keputusan yang
baik untuk dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.[5]
Proses
bimbingan dan konseling merupakan proses komunikasi, artinya di dalamnya
terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang
atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang dikirimkan biasanya berupa
informasi atau keterangan dari pengirim (sumber pesan). Pesan tersebut diubah
dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi,
gambar dan sebagainya.
Melalui
saluran (channel) seperti powerpoint, OHP, film, pesan diterima oleh si
penerima pesan melalui indra (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan
disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dan dipahami oleh si penerima
pesan.
Komunikasi
merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang
terlibat, diantaranya komunikator, komunikan, channel, message, feedback,
dan noise/barrier. Pesan yang
disampaikan oleh komunikator diteruskan oleh saluran atau channel sampai ke
komunikan sebegai penerima pesan. Dipahami atau tidaknya sebuah pesan oleh
komunikan.
Feedback positif menunjukkan bahwa
pesan dipahami dengan baik, sebaliknya feedback
negatif menunjukkan pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar. Untuk
membantu penyampaian pesan ini diperlukan saluran berupa media. Faktor yang
dapat menyebabkan pesan tidak dipahami dengan baik karena adanya noise dan barrier atau hambatan dan gangguan. Noise ini dapat dipahami oleh komunikator, bisa terjadi pada
komunikan, pada pesan juga pada channel.
Sebagai
bentuk komuikasi, layanan bimbingan konseling manapun sangat dibutuhkan peran
media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapain tujuan. Menurut
Berlo (1960), komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah
pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan.[6]
2. Kedudukan Media dalam Sistem Bimbingan dan
Konseling
Sebelum
membahas tentang sistem bimbingan dan konseling, kita pahami terlebih dahulu
kata “sistem”. Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah
komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya. Bimbingan dan konseling dikatakan sebagai sistem karena di
dalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan komponen-komponen tersebut meliputi: masalah, tujuan,
teknik, media dan evaluasi. Masing-masing komponen saling berkaitan erat
merupakan satu kesatuan. [7]
Proses
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling selalu diawali identifikasi masalah
atau tugas perkembangan yang akan dicapai. Selanjutnya akan dirumuskan tujuan
yang akan dicapai, dilanjutkan menentukan masalah/materi yang akan dibahas.
Media
bimbingan konseling merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa maupun konseli untuk memahami diri, mengarahkan
diri, mengambil keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi.[8]
Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa atau konseli
tertarik pada layanan bimbingan dan konseling, serta untuk belajar lebih
banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam
keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling.
Pemberian layanan menggunakan media memberikan contoh konkret dan memberikan
banyak kesempatan pada siswa untuk turut berinteraksi dalam pemberian layanan.
Peranan
teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling sangatlah banyak, diantaranya
mempermudah dalam merencanakan dan merancang pelayanan bimbingan dan konseling,
memproses data terkait pelayanan bimbingan dan konseling menciptakan aplikasi
dalam membantu pelayanan bimbingan dan konseling, mengolah data pelayanan bimbingan
dan konseling, dan masih banyak hal yang bermanfaat bagi terlaksananya
bimbingan dan konseling yang efektif. Media dengan memanfaatkan teknologi dalam
layanan bimbingan konseling memungkinkan guru dan siswa untuk dapat
berinteraksi tanpa batas dengan tetap memperhatikan asas dan kode etik
bimbingan konseling.[9]
B. Pengertian
Media dalam Bimbingan dan Konseling
Istilah media berasal dari bahasa Latin “medius” dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”
yang secara harfiah berarti
“tengah”, “perantara”
atau “pengantar”. Kata media dalam Bahasa Arab juga bermakna
perantara dari kata “wasaailu” atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.[10]
National Education
Association mendefinisikan media sebagai bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya, sehingga media
dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar, dan dibaca.
Media selain berupa
segala bentuk komunikasi menurut Asosiasi teknologi dan komunikasi
pendidikan Amerika (AECT: Association of
Education and Communication Technology), juga merupakan segenap saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Media dalam aplikasinya di bidang pendidikan
menurut Gagne berkaitan dengan berbagai jenis komponen dalam lingkungan belajar
peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.[11]
Briggs juga berpendapat bahwa media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik
untuk belajar, contohnya buku, film, rekaman dan lain sebagainya. Gagne dan
Briggs secara mendalam mengatakan bahwa media pendidikan meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan
isi materi pengajaran,
yang terdiri dari
buku, tape recorder, kaset,
video camera, video recorder, film slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan
komputer serta apa saja yang dapat dijadikan alat bantu dalam pembelajaran.
Oleh sebab itu, media dapat dikatakan sebagai
komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi
instruksional di lingkungan peserta didik yang dapat memberikan
menstimulus untuk belajar.[12]
Menurut Sertzer dan Stoure bimbingan atau guidance berasal dari kata guide yang berarti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan,
mengatur atau mengemudikan). Sementara konseling menurut Shertzer dan Stone
didefinisikan sebagai sebuah proses pemberian bantuan kepada individu agar
mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.
Kedua kata bimbingan dan konseling tersebut
memiliki arti istilah yang tidak jauh berbeda. Bimbingan dari kata “guidance” yang bermakna menunjukkan atau
membimbing. Kemudian konseling
berasal dari kata “counselingl”
yang mengandung arti menasehati atau mengarahkan. Maka dari itu, kedua kata tersebut merupakan satu kesatuan yang
saling mengisi sebagai sebuah proses bantuan. Hubungan dan kedudukan keduanya
dipandang bermacam-macam oleh para
ahli. Ada yang
memandang konseling sebagai teknik
dari bimbingan, artinya
konseling berada di dalam atau menjadi bagian dari bimbingan. Sedangkan
ahli yang lain memandang bimbingan lebih mengutamakan pada proses pencegahan
(preventif) munculnya masalah, sementara konseling lebih mengutamakan pada
penanganan (kuratif atau korektif) dari masalah yang dihadapi manusia.
Menurut Mochamad Nursalim media bimbingan dan
konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan klien untuk memahami diri, mengarahkan diri. Mengambil keputusan serta
memecahan masalah yang dihadapi. Di
dalam bimbingan dan
konseling metode komunikasi yang digunakan ada komunikasi
langsung dan komunikasi tidak langsung.[13]
Metode
langsung berarti proses
komunikasi dalam bimbingan dan
konseling tersebut terjadi secara langsung tatap muka. Sedangkan metode
komunikasi tidak langsung adalah metode bimbingan dan konseling yang dilakukan
melalui media komunikasi.
Jadi, Media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan bimbingan
dan konseling yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan siswa/ konseli untuk memahami diri, mengarahkan diri,
mengambil keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi selanjutnya
penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa maupun klien tertarik
pada layanan bimbingan dan konseling, serta untuk belajar
lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan
penampilan dalam melakukan
keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling.
Ciri-ciri umum yang
terkandung dalam pengertian media adalah: (1) Media memiliki pengertian fisik (hardware), yaitu suatu benda yang dapat
dilihat, didengar atau diraba panca indera; (2) Media memiliki pengertian non
fisik (software), yaitu kandungan
pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa; (3) Penekanan media terdapat pada visual dan audio;
(4) Media merupakan alat bantu pada proses belajar baik di dalam kelas maupun
di luar kelas; (5) Digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi pembimbing
dan siswa dalam proses layanan; (6) Dapat digunakan secara massal (misalnya:
radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide,
video), atau perorangan (misalnya: komputer, modul, radio tape, video
recorder).[14]
Potensi penggunaan
teknologi informasi untuk Bimbingan dan Konseling menurut Cabanis
(1999) yaitu, terdapat
8 potensi teknologi komputer berbasis internet yang dapat
digunakan untuk Bimbingan
dan Konselling yaitu :
1. Email/Surat elektronik, yang berpotensi
untuk terapi, screening, client/therapist, surat menyurat untuk
penjadwalan janji, monitoring inter-sessions, dan
tindak lanjut post-therapeutic,
transfer rekaman klien, referal, masukan,
pekerjaan rumah, penelitian dan colegial professional,
2. Website/Homepages,
berpotensi untuk informasi, dan
publikasi,
3. Komputer
konfrensi video, berpotensi
penggunaan oleh konselor
antara lain, untuk terapi, pekerjaan rumah, refeal, dan konsultasi,
4. Sistem bulletin
board/listservs/newsgroup, untuk konsultasi, referal/alih tangan kasus, sumberdaya
untuk informasi, dan kegiatan asosiasi professional,
5. Simulasi
terkomputerisasi, untuk supervisi dan pelatihan kompetensi,
6. Pangkalan
data/FTP Sites, untuk penelitian,
sumber informasi bagi terapis,
sumber informasi perpustakaan, transfer rekaman klien,
penilaian dan analisis,
7. Chat Rooms/Electronic Discussion Groups,
untuk terapi kelompok, membantu dirisendiri dan asesmen/pengukuran,
8. Software berbasis internet, berpotensi untuk pelatihan keterampilan dan keahlian, bantuan
diri sendiri dan pelatihan ketrampilan dan pekerjaan rumah.[15]
C.
Manfaat serta Fungsi Media dalam Bimbingan
dan Konseling
Perolehan pengetahuan siswa berarti
seperti yang digambarkan dalam Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan
akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal
ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa atau konseli hanya
mengetauhi tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di
dalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa.
Oleh sebab itu, sebaiknya siswa atau
konseli memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaika
benar-benar dapat mencapai sasaran tujuan.[16]
Secara umum media mempunyai kegunaan:
1. Memperjelas
pesan agar tidak terlalu verbalis,
2. Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra,
3. Menimbulkan garah/minat siswa,
interaksi lebih langsung antar siswa dengan guru bimbingan dan konseling (guru
BK),
4. Memberikan rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama,
5. Proses layanan
bimbingan dan konseling dapat lebih menarik,
6. Proses layanan
bimbingan dan konseling menjadi lebih interaktif,
7. Kualitas
layanan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan,
8. Meningkatkan sikap positif siswa
terhadap materi layanan bimbingan dan konseling.[17]
Manfaat media dalam bimbingan dan konseling
sangatlah banyak, diantaranyamempermudah dalam merencanakandan merancang
pelayanan bimbingandan konseling, memproses data terkait pelayanan bimbingan
dan konseling, menciptakan aplikasi dalam membantu pelayanan bimbingan dan
konseling, mengolah data pelayanan bimbingan dan konseling, dan masih banyak
hal yang bermanfaat bagi terlaksananya bimbingan dan konseling yang efektif.
Menurut Zamroni keuntungan Konselor dari penyelenggaraan bimbingan dan
konseling berbantuan media, yaitu:
1. Menjadikan
konselor sebagai pribadi yang terlatih, efektif dan efisisen dalam penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
2. Menjadikan konselor
sebagai pendidik yang memiliki kepedulian
terhadap pendidikan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Menjadikan konselor lebih terampil terhadap tren penggunaan
teknologi dalam bimbingan dan konseling.
4. Menjadikan konselor
memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber teknologi lain yang dapat
dimanfaatkan dalam proses bimbingan dan konseling. Menjadikan konselor lebih
tertarik untuk mengembangkan perencanaan penggunaan teknologi dalam bimbingan
dan konseling.
5. Meningkatkan kemampuan evaluasi (assesment) terhadap efektifitas
penggunaan media komputer dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.[18]
Dalam
kaitannya dengan fungsi media bimbingan dan konseling, dapat ditekankan
beberapa hal berikut ini.
1.
Penggunaan
media bimbingan dan koseling bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki
fungsi tersendiri sebagai sarana bantuan untuk mewujudkan situasi bimbingan dan
konseling yang lebih efektif.
2.
Media
bimbingan dan konseling merupakan bagian internal dari keseluruhan proses
layanan bimbingan dan konseling. Hal ini mengandung pengertian bahwa media
bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri
tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptkan
situasi yang diharapkan.
3.
Media
bimbingan dan konseling dalam penggunaannya harus relevan dengan
tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan isi layanan bimbingan dan konseling
itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa pemilihan dan penggunaan media
dalam bimbingan konselingsebagai harus selalu melihat pada kompetensi atau
tujuan dan bahan atau materi bimbingan dan konseling.
4.
Media
bimbingan dan konseling bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian
tidak diperkenankan menggunakannya sekedar untuk permainan atau memancing
perhatian siswa/klien.
5.
Media
bimbingan dan konseling bisa berfungsi untuk mempelancar proses bimbingan dan
konseling. Fungsi ini mengandung arti bahwa melalui media bimbingan dan
konseling siswa dapat lebih mudah memahami masalah yang dialami atau menangkap
bahan disajikan lebih mudah dan lebih cepat.
6.
Media
bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan
dan konseling. Pada umumnya hasil bimbingan konseling yang diperoleh siswa
dengan menggunakan media bimbingan dan konseling akan tahan lama mengendap.[19]
KAMPUS UIN RADEN INTAN LAMPUNG
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penggunaan media
dalam bimbingan dan
konseling islam sangat dibutuhkan, karena media dapat memperjelas
penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat
memperlancar dan
meningkatkan proses dan
hasil belajar, dan
agar tidak terlalu bersifat
verbalistik. Media dapat juga
meningkatkan dan mengarahkan perhatian audiens sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar. Di samping itu, media dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang dan waktu. Ukuran objek yang terlalu besar atau kecil dapat digantikan
dengan visualisasi gambar film atau model. Gerak yang terlalu lambat atau
cepat, atau kejadian di masa lalu
juga bisa dihadirkan
lewat video, objek
yang terlalu kompleks serta konsep yang terlalu luas, dapat dengan mudah
disajikan melalui media. Selain itu, media juga dapat memberikan kesamaan
persepsi dan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di
lingkungannya, walaupun kondisi siswa heterogen.
Berbagai manfaat
penggunaan media tersebut
di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media sebagai sarana
dalam bimbingan dan konseling sangat besar perannya dalam membantu
pelaksanaan layanan bimbingan dan koseling. Peran media
ini tidak hanya
sebatas pada penggunaan
alat-alat media semata, tetapi juga dapat difungsikan sebagai satu
kesatuan program bimbingan dan konseling di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada
Winarno, P.M (Penerjemah).
2019. Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Edisi ke-6. Jakarta: Permata
Puri Media.
Rahmawati, Pudji. 2014. Media Bimbingan dan Konseling. Surabaya:
UIN Sunan Ampel Press.
Sadiman, Arief S. dkk.
2009. Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: Rajagrafindo.
A. Said Hasan Basri. 2010. Peran Media Dalam Layanan BKI di Sekolah. Jurnal Dakwah. Vol. XI No. 1: 23-40.
Edy Kusnadi. 2017. Instrumen
dan Media dalam Bimbingan dan Konseling. Journal of Islamic Guidance and Counselling. Vol. 1 No. 1: 1-13.
Hardi Prasetiawan. 2017. Media dalam Layanan Bimbingan dan Konseling. The 5th
Urecol Proceeding. ISBN 978-979-3812-42-7: 1529-1536.
Hardi Prasetiawan dan Said Alhadi. 2018. Pemanfaatan Media Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta. Jurnal Kajian
Bimbingan dan Konseling 3(2): 87-98.
Luhur Wicaksono. Bimbingan
dan Konseling Menjawab Tantangan Abad XXI. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan:
40-51.
Nurita Br Bangun dan Abdul Hasan Saragih. 2015. Pengembangan Media Web dalam Bimbingan
Konseling. Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan, Vol.
2 No. 1: 2407-7488.
Putra Setiawan dkk. 2018. Media Pembelajaran yang Digunakan guru BK dalam pelaksanaan layanan
Peminatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol. 3 No. 4:
33-42.
Rima Hazrati dkk. Pengaruh
Media dalam Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Pengaturan Diri Siswa Kelas XI
di SMAN 56 Jakarta, Jurnal Bimbingan Konseling: 94-98.
Sally Evans. 2014. The
Challenge and Potential of the Digital Age: Young People and the Internet.
Transactional Analysis Journal. 2014. Vol. 44(2): 153-166.
S. Goss dan K. Anthony. 2009. Developments in the Use of Technology in Counselling and Psychotherapy.
British Journal of Guidance and Counselling. Vol. 37 No.3: 223-230.
Triyono dan Rahmi Dwi Febriani. 2018. Pentingnya Pemanfaatan Teknologi Informasi
oleh Guru Bimbingan dan Konseling. Jurnal Wahana Konseling Vol. 1. No. 2: 74-82.
[1]
Winarno. P.M, Konseling:
Profesi yang Menyeluruh, Terj. Counselling: a Comprehensive Profession,
hal. 27
[2]
S. Goss dan K. Anthony, Developments in
the Use of Technology in Counselling and Psychotherapy, British Journal of
Guidance and Counselling, Vol. 37 No.3, hal. 224
[3]
Sally Evans, The Challenge and Potential
of the Digital Age: Young People and the Internet, Transactional Analysis
Journal, 2014, Vol. 44(2), hal. 157
[4]
Luhur Wicaksono. Bimbingan
dan Konseling Menjawab Tantangan Abad XXI, Jurnal Visi Ilmu Pendidikan,
hal. 46
[5]
Pudji Rahmawati, Media
Bimbingan dan Konseling, hal. 5
[6]
Ibid.,
hal.6
[7]
A. Said hasan basri, Peran Media Dalam Layanan BKI di Sekolah, Jurnal Dakwah, Vol. XI no. 1, hal. 31
[8]
Putra Setiawan dkk, Media
Pembelajaran yang Digunakan guru BK dalam pelaksanaan layanan Peminatan,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol. 3 No. 4 (2018), hal. 35
[9] Pudji Rahmawati, Op.Cit., hal. 7
[10]Arief S. Sadiman dkk, Media
Pendidikan: Pengertian, pengembangan dan pemanfaatan, hal. 6
[11]
Edy Kusnadi, Instrumen dan Media dalam
Bimbingan dan Konseling, Journal of Islamic Guidance and Counselling, Vol. 1 No. 1 Desember 2017,
hal. 3
[12] Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran, hal. 3
[13]
Rima Hazrati, dkk, Pengaruh Media dalam
Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Pengaturan Diri Siswa Kelas XI di SMAN 56
Jakarta, Jurnal Bimbingan Konseling, hal. 96
[14] Hardi Prasetiawan&Said Alhadi, Pemanfaatan Media Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta, jurnal Kajian
Bimbingan dan Konseling 3(2), hal. 89
[15] Nurita Br Bangun dan Abdul Hasan Saragih,
Pengembangan Media Web dalam Bimbingan Konseling, Jurnal Teknologi Informasi
dan Komunikasi dalam Pendidikan, Vol. 2 No. 1 Juni 2015, hal. 101
[16] Hardi Prasetiawan, Media dalam Layanan Bimbingan dan Konseling, The 5th
Urecol Proceeding, hal. 1534
[17] Eka Heriyani dan Cici Yulia, Media dalam Pelayanan Konseling, hal. 15
[18]
Triyono dan Rahmi Dwi Febriani, Pentingnya Pemanfaatan Teknologi Informasi oleh Guru Bimbingan dan
Konseling, Jurnal
Wahana Konseling (Vol. 1, No. 2, September 2018, hal. 79
[19]
Eka Heriyani,
Op.Cit., hal. 17
No comments:
Post a Comment