MAKALAH KOMUNIKASI
KONSELING
TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI KONSELING (QUESTION,
PERCAKAPAN MEMBUKA, PHARAPRASE)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Komunikasi Konseling
Pada Prodi Bimbingan Dan Konseling Islam
Disusun oleh :
KELOMPOK 9 (BKI D)
SEPTIANA SURYAMITA SUKARTI (1841040307)
DWI RACHMAN APRYAN SACHPUTRA (1841040285)
DELA VRANCISKA (1841040257)
PUTRI RAHMAWATI (1841040275)
ISMAIL (1841040268)
ISMAIL (1841040268)
Dosen Pengampu :
PERMATA SARI, M.Pd
BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN
ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1441H /2019M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT berkat karunia-Nya dan kelancaran yang
diberikan akhirnya tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini berjudul keterampilan komunikasi
konseling (question, percakapan
membuka, pharaprase).
Makalah ini membahas tentang keterampilan
komunikasi konseling (question,
percakapan membuka, pharaprase) sehingga
dapat memberikan pengetahuan serta pembelajaran untuk kehidupan umat manusia di
zaman dahulu hingga sekarang.
Tidak lupa
Penulis haturkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, serta orang tua maupun teman-teman yang tiada
hentinya mendukung dan memberikan pemikiran yang positif kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat khususnya pembaca dan juga dapat dijadikan motivasi menemukan ide yang
lebih bermanfaat.
Bandar
Lampung, 30 Oktober 2019
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………….................………………………………………i
DAFTAR ISI………………………….............………………………………......ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.
Latar
Belakang............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................1
C.
Tujuan.........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................2
A.
Teknik Opening Dalam Keterampilan
Komunikasi Konseling..................2
B.
Teknik Question Dalam
Keterampilan Komunikasi Konseling.................5
C.
Teknik Pharaprase Dalam
Keterampilan Komunikasi Konseling.............6
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A.
Kesimpulan.................................................................................................9
B.
Saran...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ВАB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Komunikasi sebagai proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak
lain agar saling memengaruhi di antara keduanya. Dalam relasi konselor konseli terjadi komunikasi
verbal (bahasa lisan), di dalamnya terlibat perilaku non verbal.
Sebagai suatu proses komunikasi, konseling melibatkan keterampilan dalam menangkap atau konselor peryataan konseli dan merespon mengkomunikasikannya
kembali kepada konseli. Walgito (2013:8) mendefinisikan
konseling sebagai suatu bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan
masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan
keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Sehingga, kegiatan konseling
tidak dapat berjalan bila seorang konselor tidak
mempunyai keterampilan, sebab hubungan personal antara konselor dengan konseli
merupakan inti yang perlu diciptakan dan dikembangkan dalam proses konseling.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi teknik opening dalam
keterampilan komunikasi konseling?
2.
Apa definisi teknik question dalam
keterampilan komunikasi konseling?
3.
Apa definisi teknik pharaprase
dalam keterampilan komunikasi konseling?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi dari teknik opening
dalam keterampilan komunikasi konseling.
2.
Untuk mengetahui definisi dari teknik question
dalam keterampilan komunikasi konseling.
3. Untuk mengetahui definisi dari teknik pharaprase dalam keterampilan komunikasi
konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik-teknik Konseling ada beberapa istilah
yang digunakan untuk menamakan teknik
konseling, yaitu keterampilan konseling, strategi konseling, dan teknik-teknik
konseling. Semua istilah tersebut mengandung
pengertian yang sama, yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam
hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang
potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan
kondisi lingkungan, yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama. Bagi seorang konselor,
mengatasi teknik konseling adalah hal yang mutlak diperlukan.
Sebab, dalam proses konseling, penguasaan teknik merupakan kunci
keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif
harus mampu merespons klien dengan teknik yang benar, sesuai dengan keadaan
klien saat ini Berbicara
masalah teknik konseling, maka kita tidak akan luput dari respons yang
ditampilkan oleh klien di hadapan konselor. Respons tersebut dapat berupa
ucapan atau bahasa tubuh. Barbara F. Okun (1987) membagi respons klien dalam
dua hal, yaitu:
1. Verbal message, yaitu pesan verbal atau
ucapan yang berisi muatan kognitif dan afektif.
A.
Teknik opening
(percakapan pembuka).
a. Definisi Opening
Opening adalah
teknik dasar untuk mengawali hubungan atau melakukan wawancara konseling.
Supriyo dan Mulawarman (2006:21) menjelaskan bahwa opening (pembukaan) adalah keterampilan untuk membuka atau memulai,
atau mengkomunikasi hubungan konseling. Opening
merupakan bentuk verbal dari keterampilan attending.[2]
Jika seorang konseli tidak mampu menyatakan isi hati dan perasaannya, maka
konselor saatnya menggunakan pertanyaan terbuka agar percakapan bisa dilakukan
oleh konseli. Namun, kebanyakan calon konselor sulit untuk membuka percakapan
dengan konseli. Hal ini karena sulit menduga apa yang dipikirkan konseli
sehingga pertanyaan menjadi pas. Untuk memudahkan membuka percakapan, seorang
calon konselor dilatih keterampilan bertanya dalam bentuk open-ended yang memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru
dari konseli. Pernyataan-pernyataan terbuka (open-ended) yang baik dimulai dengan kata-kata: apakah, bagaimana, adakah, bolehkah,
dapatkah. Untuk memulai bertanya, sebaiknya dengan menggunakan kata-kata
yang membuka, bukan menutup seperti mengapa,
apa sebabnya dan kenapa.
Pertanyaan seperti itu akan menyulitkan konseli membuka wawasannya. Disamping
itu akan menyulitkan konseli jika dia tidak tahu apa sebab suatu kejadian, atau
sengaja dia tutupi karena malu. Akibatnya bisa diduga, yaitu konseli akan
tertutup dan akhirnya tujuan konseling tidak tercapai. Beberapa hal yang perlu
dilakukan oleh konselor dalam menggunakan teknik opening antara lain adalah penyambutan dengan non-verbal seperti menghentikan
aktivitas, membuka pintu, jabat tangan atau senyum, dan isyarat mempersilahkan
duduk, maupun penyambutan secara verbal seperti menjawab salam, menyambut nama
dan menanyakan kabar. Setelah penyambutan adalah pembicaraan topik netral,
yaitu bahan pembicaraan yang bersifat umum dan tidak menyinggung perasaan
konseli seperti menanyakan hobi konseli. Terakhir adalah pemindahan topik
netral ke permulaan konseling yang dibagi menjadi dua, yaitu: menggunakan
kalimat jembatan (barangkali, sepertinya, kelihatannya, nampaknya, dan lain-lain),
serta mengembangkan sebagian isi topik netral.
b. Tujuan Opening
Menurut Willis (2013: 190) teknik bertanya untuk
membuka percakapan
bertujuan agar calon konselor terampil menggunakan pertanyaan yang
memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru (open-ended question). Dari pengertian
ter sebut dapat di simpulkan
bahwa teknik opening merupakan teknik untuk membuka hubungan konseling,
sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahami dan mengenal
tujuan bersama.
c. Fungsi Opening
Opening berfungsi untuk membuka proses konseling,
serta berfungsi
juga untuk menciptakan rasa nyaman bagi konseli, sehingga konseli akan merasa
tenang dan percaya bahwa konselor dapat membantu dan menangani
masalahnya. Dengan demikian, opening sangat diperlukan oleh seorang konselor
agar dapat mempererat hubungan
antara konseli dengan konselor saat proses konseling berlangsung.[3]
d. Contoh Aplikasi Teknik Opening
Konseli : “Assalamualaikum,
selamat siang bu.”
Konselor : “Waalaikumsalam
Agung, silahkan masuk, silahkan duduk” (Dengan
tersenyum konselor menghampiri konseli dan berjabat tangan serta mengantarkan
konseli ketempat duduk).
Konseli : “terimakasih bu, maaf
sebelumnya kalau saya
sudah mengganggu waktu ibu.”
Konselor :
“enggak papa kok Gung, ibu lagi nggak
sibuk ko..” (sembari
tersenyum)
Setelah berbincang mengenai
kegiatan konseli konselor menggunakan topik
netral untuk permulaan konseling.
Konselor :
“Setelah kita
membicarakan mengenai kegiatan Agung sehari-hari, barangkali ada sesuatu hal
yang perlu kita bicarakan bersama
dalam konseling kali ini”
B.
Teknik question (pertanyaan
pembuka dan penutup)
a.
Bertanya
untuk Membuka Percakapan (Open Question).
Pertanyaan-pertanyaan
terbuka (open question) sangat
diperlukan untuk
memunculkan pernyataan-pernyataan baru dari klien. Untuk memulai bertanya
sebaiknya jangan menggunakan kata “mengapa” dan “apa sebabnya”. Sebaiknya gunakanlah
kata-kata berikut untuk mengawali
pertanyaan: “apakah”, “bagaimana”, “adakah”, “bolehkah”, atau “dapatkah”.
Contoh:
-
"Bagaimana
perasaan Ibu ketika melihat dia benar-benar kecanduan obat terlarang itu?"
-
"Usaha
apa yang telah Ibu lakukan untuk mengatasi ketergantungan pada obat terlarang
itu?"
b.
Bertanya
Tertutup (Closed Questions).
Selain pertanyaan terbuka (open questions), ada pula bentuk pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu bentuk-bentuk
pertanyaan yang
sering dijawab dengan singkat oleh klien seperti "ya" atau
"tidak". Pertanyaan
tertutup dapat dimulai dengan kata-kata berikut: “apakah”,
“adakah”.
Adapun tujuannya
adalah:
(1) untuk mengumpulkan
informasi;
(2) untuk menjernihkan
atau memperjelas sesuatu; dan
(3) menghentikan
omongan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Contoh:
Konselor :
“Apakah Anda sulit
menerima kematian istri Anda?”
Klien : “Ya”.
Konselor :
“Apakah Anda
mencintainya?”
Klien :
“Ya pak.”
C.
Teknik pharaprase
(menangkap
pesan utama)
Sering terjadi klien sulit mengarahkan pembicaraan
dan menekan tentang pokok-pokok permasalahannya. Hal ini sangat penting dan
diperlukan karena terkadang klien mengemukakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara berbelit-belit, berputar-putar, atau terlalu panjang. Hal
ini karena klien terlampau emosional atau memang kurang pengetahuan tentang
bagaimana memecahkan masalahnya sendiri. Untuk mengatasi hal ini perlu ada
upaya konselor agar inti pembicaraan klien bisa di tangkap dan dibahasakan
dengan sederhana serta mudah dimengerti oleh klien karena itu konselor perlu
dilatih untuk menangkap pesan utama klien atau disebut juga dengan pharaprasing. Intinya adalah konselor
dapat menyampaikan kembali inti pernyataan klien secara lebih sederhana.[4]
Tujuan
pharaprase adalah:
1.
Klien
mengetahui bahwa konselor benar-benar memperhatikan dan mengetahui apa yang
dibicarakan.
2.
Mengendapkan
apa yang disampaikan klien dalam bentuk ringkasan.
3.
Memberi
arah terhadap pembicaraan klien.
4.
Pengecekan
kembali tentang persepsi konselor mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
Pharaprase
yang baik adalah yang menyatakan kembali pesan utama klien secara
sama dan dengan kalimat yang sederhana.
Contoh:
-
“adakah yang anda katakan bahwa..”
-
“nampaknya yang anda katakan adalah.”
-
“Jadi anda berpikiran bahwa...”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan makalah di atas, dapat
disimpulkan bahwa seorang konselor tidak akan lepas dari komunikasi antara
konselor dan konseli, sebab komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya
konseling. Everett Rogress dan Lawrence (dalam
Wiryanto, 2004: 6) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama
lain, yang pada gilirannya terjadi pengertian yang mendalam. Selain melalui
komunikasi verbal dengan melakukan wawancara, ada komunikasi dalam bentuk lain, yaitu komuikasi non verbal
yang juga memegang peran penting dalam kegiatan konseling.
B.
Saran
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah komunikasi konseling. Materi ini
berisi tentang keterampilan atau teknik-teknik yang harus dimiliki konselor
dalam proses konseling. Jika dalam makalah ini terdapat materi yang belum
sempurna kami atas nama penulis mohon maaf sebesar-besarnya dan mengharapkan
untuk pembaca memberikan koreksi terhadap kelengkapan serta kebenaran dari isi
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta.
Prenadamedia Group.
Supriyo dan Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling.
Semarang: Jurusan Bimbingan Konseling FIP UNNES.
My youtube chanel: https://www.youtube.com/watch?v=0zV6fqcqx28&list=UUtkOg0wqj5c6oq1kEIU3W-w
sahabat foto copy
bagus boleh ini buat tambahan referensi tugas
ReplyDeletegood
ReplyDelete🖒
ReplyDeleteBagus mas
ReplyDeleteterimakasih
DeleteIni penulisnya jurusan konseling ya
ReplyDeleteiya kak alhamdulillah saya jurusan BKI
Delete