MAKALAH
PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS
( Makalah Ini
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Supervisi Pendidikan )
Dosen Pengampu:
Dr.H.
Subandi, MM
Kelompok 8
Kelas B
Puput Melati Sukma
|
1811030338
|
Sita Saputri
Siti Nuraini
|
1811030277
1811030247
|
Yuditia Herlambang
|
1811030306
|
Prodi: Manajemen Pendidikan Islam ( MPI )
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT semoga kita semua
dalam lindungan-Nya. Amin. Limpahan syalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta eluruh keluarga, sahabat, serta seluruh
umatnya hingga akhir zaman.
Atas berkat rahmatnya, Alhamdulillah penulis, telah dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “penyusunan instrumen supervisi kelas” tanpa
ada dorongan dari beberapa pihak jauh dari kemungkinan makalah ini tersusun
dengan baik, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, dan
kepadarekan-rekan yang telah memberi motivasi, baik moril maupun materil.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kata sempurna, karena itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak apabila makalah ini tidak sesuai harapan. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan demi menuju arah yang lebih baik dalam penulisan
makalah ini.
Semoga makalah ini mendapat rhido dari Allah SWT dan bermanfaat bagi
semua. Amin.
Bandar Lampung, 01 November 2019
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ..i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah....................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................................. .2
C.
Tujuan
Masalah.................................................................................. .2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kompetensi......................................................................3
B.
Kompetensi
inti yang wajib dimiliki Seorang pemimpin..................4
C.
Aspek
Kompetensi Kepala Sekolah...................................................6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan
pendidikan terkait dengan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia peningkatan.
Dalam rangka perbaikan mutu pendidikan, pemerintahbtelah melakukan perbaikan
kurikulum, peningkatan mutu guru, penyedian sarana dan prasarana, perbaikan
kesejahteraan guru, perbaikan organisasi sekolah, perbaikan manajemen,
pengawasan dan perundang-undangan.
Pendidikan
merupakan persoalan penting bagi setiap segi kamajuan dan perkembangan manusia
pada khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam segi pendidikan, maka
akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan perkembangan bangsa kearah
lebih baik dan maju.
Sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu wakil dari pemerintah pusat
Indonesia. maka peran sekolah kewajiban untuk dapat mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dalam organisasi sekolah, kedudukan kepala sekolah merupakan faktor
penentu, pengerak segala sumber daya yang ada dalam sekolah, agar segala
komponen yang di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Kepala sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer,
administrator, leader, motivator dan supervisor sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud demgan supervisi kelas?
2.
Apa
saja dasar penyusunan supervisi kunjungan kelas?
3.
Apa
saja pola supervisi kelas?
4.
Apa
saja teknik supervisi kelas?
5.
Apa
manfaat dari pengembangan supervisi pendidikan?
C.
Tujuan Masalah
1.
Dapat
mengetahui definisi dari supervise kelas.
2.
Dapat
mengetahui dasar penyusunan supervisi kunjungan kelas.
3.
Dapat
mengetahui saja pola supervisi kelas.
4.
Dapat
mengetahui teknik supervisi kelas.
5.
Dapat
mengetahui manfaat dari pengembangan supervisi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Supervisi Kunjungan Kelas
Supervisi secara
etimologi berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat dan
meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak
atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Terdapat beberapa
istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan dalam pelaksanaannya
istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah
tersebut antara lain: pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan
mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat
bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi
dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu
diperbaiki dalam suatu pekerjaan.
Menurut P. Adams
dan Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki
pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar
dan mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan
(skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan
petugas pendidikan lainnya).[1]Sedangkan menurut Burton
dan Brueckner, supervisi pendidikan adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan
utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendapat lain juga mengatakan
bahwasannya supervisi pendidikan adalah setiap layanan kepada guru-guru yang
bertujuan menghasilkan perbaikan intruksional, layanan belajar, dan
pengembangan kurikulum.
Selain itu
Kimball wiles juga mengemukakan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu bantuan
dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran yang lebih baik.
Pendapat ini ini sejalan dengan N.A. Amatembun yang mengemukakan supervisi
pendidikan adalah pembinaan kearah pebaikan situasi pendidikan. Perbaikan ini
difokuskan pada kinerja pembelajaran, sehingga guru secara profesional
memberikan bantuan dan layanan.[2]
Dalam buku lain
di jelaskan bahwasannya Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus
dijalankan oleh mereka yang mempunyai pemahaman mendalam tentang kegiatan yang
di supervisinya. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat
melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada kegiatan
yang seharusnya, yaitu kegiatan semestinya yang harus dicapai.[3] Posisi dan
kedudukannya lebih tinggi dan lebih baik dari orang yang diawasinya. Supervisi
adalah pengawas profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuwan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran
lebih mendalam dari sekadar pengawas biasa.[3]
Dengan demikian hakekat supervisi kelas adalah
suatu aktivitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar
agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan
prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat.
Supervisi kunjungan kelas adalah salah satu teknik supervisi yang
dilakukan kepala sekolah dengan cara mengunjungi kelas untuk mengamati secara
langsung bagaimana performa guru dalam pembelajaran serta membantu meningkatkan
proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa semakin baik. Proses
pembelajaran (instruction) adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu
siswa belajar. Dalam proses pembelajaran di kelas siswa dianggap telah belajar
apabila tujuan pelajaran yang dirumuskan (TPK) telah dikuasai oleh siswa. Peran
guru sangat besar dalam proses pembelajaran karena sebagai penanggung jawab dan
sebagai pengelola proses pembelajaran di kelas. Kinerja Guru adalah hasil
pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan tuntutan profisi guru, yang ditunjukkan
dengan produktivitas kerja tinggi yang semakin lama semakin baik dan bermutu.
Adapun tujuan supervisi secara
operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit yaitu :
1.
Meningkatkan mutu kinerja guru
a.
Membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
b.
Membantu guru dalam melihat secara
lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
c.
Membentuk moral kelompok yang kuat
dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab
dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
d.
Meningkatkan kualitas pembelajaran
yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
e.
Meningkatkan kualitas pengajaran
guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
f.
Menyediakan sebuah sistim yang
berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
g.
Sebagai salah satu dasar
pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
2.
Meningkatkan keefektifan kurikulum
sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
3.
Meningkatkan keefektifan dan
keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan
dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
4.
Meningkatkan kualitas pengelolaan
sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang
selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
5.
Meningkatkan kualitas situasi umum
sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang
akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Adapun secara
sederhana prinsip-prinsip yang hendaknya di terapkan dalam Supervisi adalah
sebagai berikut :
1.
Supervisi
hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
2.
Supervisi
hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif
3.
Supervisi
hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
4.
Kegiatan
supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
5.
Dalam
pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan
atas hubungan pribadi.
6.
Supervisi
hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang
disupervisi.
7.
Supervisi
harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala
sekolah
B.
Dasar Penyusunan Instrumen Supervisi
Dalam penyusunan instrumen supervisi dibutuhkan dua hal yaitu
informasi atau data supervisi dan sumber data supervisi.
1.
Informasi
atau data supervisi Data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pembinaan
bukan hanya diperoleh dari pengaatan kelas oleh pengawas dan kepala sekolah
saja, tetapi bermacam-macam bentuk yaitu :
a.
Data
tertulis yang terdapat dalam berbagai arsip dan dokumen yg dimiliki oleh
sekolah.
b.
Data
yang berbentuk suara dan makna bahasa yang dikeluarkan oleh siapa saja oleh
pelakunya dalam bentuk pidato, pembicaraan santai, pendapat atau usul,
sanggahan atau bantahan dan dapat juga berupa jawaban ketika orang yang
bersangkutan diwawancarai.
c.
Data
berbentuk gambaran atau grafis yang ditangkap oleh indra penglihatan, antara
lain berupa gambaran gerak orang (misalnya gaya mengajar guru dan perilaku
siswa ketika sedang mengikuti pelajaran dikelas), gambaran benda mati, misalnya
suasana buku yang ada diperpsutakaan dan alat-alat yang ditata di laboratorium,
gerak benda mati (misalnya film, kerja computer, kinerja mesin tulis, kinerja
microscop).
2.
Sumber
data supervisi Sumber data supervisi adalah sesuatu yang dituju oleh pelaku
supervisi yang sedang mengumpulkan data, dalam rangkaian upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara garis besar sasaran tentang sumber
data dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a.
Orang
/ personal Data yang mungkin diambil dari sumber yang berupa orang yaitu
manusia, adalah data yang berupa informasi, penjelasan, uraian, pendapat, usul
dan sasaran mengenai pembelajaran yang sudah dan sedang berlangsung. Data dari
orang hanya dapat digali melalui wawancara dan angket.
b.
Dokumen
Yang dimaksud dokumen dalam pembicaraan tentang sasaran atau sumber data bukan
terbatas pada buku pedoman atau arsip saja tetapi semua hal yang mengandung
tulisan, gambar, tabel, bagan atau simbol-simbol grafis lain.
c.
Tempat/
lokasi Dalam kunjungan kelas, sebagai sumber data adalah tempat, bukan personal
guru, karena pengawas mengumpulkan data tentang gerak-gerik atau kinerja guru
di depan kelas, bukan mewancarai guru. Agar diperoleh informasi atau data yang
tepat dan lengkap yang dapat digunakan bukan hanya pengawas dan kepala sekolah,
tetapi oleh semua staf sekolah dalam rangka peningkatan kualitas sekolah
tersebut.
Salah satu
perangkat yang digunakan dalam melaksankan supervisi ialah instrument observasi
pembelajaran/check list terutama untuk supervisi kelas, supervisi klinis,
dengan demikian diharapkan indicator yang diamati untuk setiap unsure yang
diamati, antara lain:
1.
Persiapan
dan aperisepsi
2.
Relevansi
materi dengan tujuan instruksional
3.
Penguasaan
materi
4.
Strategi
5.
Metode
6.
Manajemen
kelas
7.
Pemberian
metivasi kepada siswa
8.
Nada
dan suara
9.
Penggunaan
bahasa
10.
Gaya
dan sikap perilaku.
C.
Pola Supervisi pengajaran
a.
Supervisi
Umum
Jangkauan
secara supervisi sebenarnya begitu luas, tidak hanya menyangkut
kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga kegiatan-kegiatan
yang terjadi di kelas ini, oleh Cogan disebut supervisi umum. Menurut mereka
supervisi umum tersebut lebih banyak menyangkut hal-hal di luar kelas, seperti
gedung dan halaman sekolah, sarana pendidikan layanan tranportasi, kafetaria
dan sebagainnya.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa supervisi umum tidak secara langsung berkaitan dengan
perbaikan pengajaran. Supervisi yang
tidak secara langsung berkaitan dengan berkaitan dengan perbaikan pengajaran
tersebut, bisa pula dikategorikan sebagai supervisi administrasif. Pada
hakekatnya supervisi merupakan salah satu fungsi pokok dari manajemen
pendidikan, yaitu melakuakn kontrol jaminan bahwa pembelajaran dilaksanakan
dengan benar dan berkualitas. Oleh karena itu guru, kepala sekolah, penilik
sekolah harus menjalankannya dengan penuh tanggung jawab, sehingga tercipta
suasana akademik di kelas dan suasana manajerial di sekolah yang dinamis,
manusiawi, dan mempunyai progres yang jelas dengan suasanan yang menyenangkan
bagi warga pendidikan.[4]
b.
Supervisi
PBM
Supervisi
Proses Belajar Mengajar (PBM) dimaksudkan secara langsung untuk memperbaiki
pengajaran, karena sasaran utamanya adalah pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar atau PBM tersebut umumnya terjadi di kelas maka ia bisa pula disebut
supervisi kelas. Dalam pelaksanaanya supevisi PBM tersebut bisa dilakukan
melalui model atau bentuk supervisi berikut :
1.
Supervisi
klinis
Menurut
beberapa ahli supervisi klinis merupakan strategi yang efektif dalam
memperbaiki pengajaran. Supervisi klinis termasuk aktivitas-aktivitas yang
terjadi di dalam kelas. Ia berkenaan dengan perbaikan mengajar dan belajar
melalui observasi langsungterhadap tindakan guru dan siswa dalam lingkungan
belajar.
Walaupun aspek
tujuan supervisi klinis menjadi perhatian utama, namun hubungan tatap muka
harus melandasi perwujudan tujuan itu. Menurut mereka supervisi klinis dapat
dirumuskan sebagai proses membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah
laku yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Supervisi
klinis bisa di pandang sebagai konsep dan bisa pula dipandang sebagai proses
kegiatan. Sebagai suatu konsep, supervisi klinis mungkin bisa di pergunakan
sebagai pendekatan pemecahan masalah untuk supervisi pengajaran. Satu komponen
penting dari prosesnya adalah observasi dan analisis pengajaran sebagai dasar
untuk feedback bagi guru-guru yang dapat di gunakan sebagai kerangka kerja
untuk mengubah dan memperbaiki performansi.[5]
c.
Supervisi
kolegial atau kesejawatan
Supervisi
kolegal atau kesejawatan ini bisa dimasukkan kedalam teknik supervisi yang
bersifat kelompok. Supervisi kelompok muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan
supervisi individual. Kelemahan supervisi individual terutama terletak pada
kekurangan sempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh
guru, karena hanya diselesaikan berdasarkan berdasarkan pandangan supervisor
dan guru yang bersangkutan.
Munculnya
supervisi kelompok meminimalkan “power visibility” ini sekaligus merobah peran
klien konsultan menjadi kesejawatan.
Menurut Neagley dan Evans munculnya supervisi kelompok tersebut di
ilhami oleh “team teaching”. Hal ini bisa diartikan bahwa satu persoalan/
masalah dihadapi atau di pecahkan oleh beberapa orang, sesuai dengan kemampuan
dan keahliannya masing-masing. Supervisi kelompok tersebut dalam pelaksanaanya
bisa diimplementasikan melalui :
1.
KKG
(kelompok Kerja Guru)
Adalah wadah kerja sama guru-guru dalam satu gugus, dalam upaya
meningkatkan kemampuan profesional mereka. Fungsi utamanya adalah menampung dan
memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam KBM melalui pertemuan diskusi,
pengajaran contoh, demonstrasi penggunaan dan pembuatan alat peraga.
2.
KKKS
(Kelompok Kerja kepala sekolah)
Adalah wadah kegiatan dan pembinaan profesional bagi para kepala
sekolah dasar guna membicarakan dan membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan mereka sebagai kepala sekolah. Fungsinya adalah meningkatkan
kualitas kepemimpinan dan manegerial bagi kepala SD. KKKS ini berorientasi pada
perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah baik yang bersifat teknis maupun
manajerial.[6]
3.
KKPS
(Kelompok Kerja Penilik sekolah)
Adalah suatu wadah pertemuan dan pembinaan profesional bagi para
penilik sekolah atau sebagai wahana peningkatan kreativitas pembinaan dan
manajerial bagi penilik sekolah. KKPS ini berorientasi kepada perbaikan
pelayanan pembinaan supervisi yang dapat meningkatkan kualitas profesional
kepala sekolah dan guru.[7]
4.
PKG
(Pusat Kegiatan Guru)
Pada dasarnya merupakan pusat kegiatan guru, sekaligus sebagai
bengkel kerja, pusat pertemuan, sarana diskusi dan pertukaran pengalaman serta
kiat-kiat mengajar dan belajar. Dengan kata lain, PKG berfungsi sebagai sanggar
kerja guru. Dalam supervisi kesejawatan
ini, tugas supervisor adalah melatih guru-guru untuk menganalisis performasi
mereka sendiri dan performasi guru-guru bergantian berperan sebagai guru dan sebagai
supervisor.[8]
D. Teknik Supervisi Kelas
Ada bermacam-macam teknik
supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan guru yaitu :
1. Teknik supervisi yang bersifat kelompok
Yang dimaksud teknik-teknik yang bersifat kelompok
ialah, teknik-teknik yang digunakan ialah di gunakan bersama-sama oleh
supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.Berbagai teknik dapat di
gunakan supervisi dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar,
baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung
taupun tidak langsung.
Teknik- tenik supervisi yang bersifat kelompok yang
di introdusir oleh pangaribuan dari berbagai pendapat ahli antara lain dengan
cara melakukan:
a.
Pertemuan orientasi
Pertemuan ini bertujuan khusus mengantar guru-guru
untuk memasuki suasana kerja yang baru. Hal-hal yang di sajikan dalam pertemuan
ini meliputi:
1)
Sistem kerja sekolah itu
2)
Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi
sekolah
3)
Biasanya disringi dengan tanya jawab dan penyajian
seluruh kegiatan dan situasi sekolah
4)
Sering juga pertemuan ini di ikuti dengan tindak
lanjut dalam diskusi kelompok, lokakarya selama beberapa hari sepanjang tahun.
5)
Ada juga melalui perkunjungan ketempat-tempat
tertentu
6)
Pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah
makan bersama
7)
Tempat pertemuan mempengaruhi orientasi
8)
Terciptanya suasana kerja yaitu bahwa guru baru itu
tidak merasa asing tetapi ia merasa di terima dalam kolmpok guru lain. [9]
b.
Rapat guru latih
Rapat guru banyak sekali
jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis kegiatan, tujuan, maupun
orang-orang yang menghadirinya. Rapat guru latih akan menghasilkan guru yang
baik, jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan
ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakan yang dicapai dalam rapat.Masalah pokok
yang perlu direncanakan ialah:
1)
Penetapan problema yang akan menjadi inti rapat
2)
Menetapkan tempat dan waktu dengan segala fasilitas yang di perlukan
3)
Memperhitungkan jumlah peserta
4)
Menetapkan pemimpin rapat dan notulen
5)
Menetapkan masalah pembiayaan jika di perlukan
6)
Menetapkan pembagian tugas dan pengorganisasian.[10]
Dengan perencanaan dan pelaksanaan sedemikian itu
diharapkan tujuan rapat, sebagai teknik supervisi pendidikan, bagi guru latih
dapat tercapai secara maksimal. Tujuan yang dimaksud menurut shertian ialah
menyatukan pandangan-pandangan guru latih tentang suatu masalahdan proses
sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan, mendorong guru latih menerima dan
melaksankan tugas-tugasnya dengan baik, serta menyatukan pendapat tentang
metode kerja yang akan membawa mereka ke arah pencapai tujuan pengajaran yang
maksimal di lembaga pendidikan tersebut.Hal ini dapat di capai jika kemampuan
pimpinan rapat dalam memimpin dengan cara demokrasi, aspiratif, fokus pada
persoalan dan akomodatif.
c.
Studi kelompok antar guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul
bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Pokok
bahasan telah di tentukan dan di perinci dalam garis-garis besar atau dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur. Untuk
mempelajari bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam teknik berkomunikasi.
Untuk memperkaya bahan-bahan itu di perlukan cukup banyak sumber-sumber buku.[11]
d.
Diskusi sebagi Pertukaran pikiran atau pendapat
Diskusi merupakn salah satu alat bagi supervisor
untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru yang berlatih
menghadapi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran
antara satu dengan yang lainnya. Melaui teknik ini supervisor dapat membantu
para guru latih untuk saling mengetahui, memahami atau mendalami suatu
permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari altenatif
pemecahan masalah tersebut. Sebagai seorang pemimpin diskusi, supervisor harus
mampu menerapkan kepemimpinan yang efektif yang dapat membuat setiap anggota
diskusi mau berpartisipasi secara
sukarela selama diskusi berlangsung.
e.
Lokakarya
Lokakarya atau yang sering di sebut workshop adapat
diartikan sebagai kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari sejumlah petugas
pendidikan yang sedang memecahkan suaru masalh melalui percakapan dan bekerja
secara kelompok maupun bersifat individu.Ciri-ciri dari workshop antaralain:
1)
Masalah yang dibahas
bersifat life centred dan muncul dari peserta sendiri
2)
Selalu menggunakan secara maksimal aktifitas mental
dan fisik dalam kegiatannya
3)
Metode yang digunakan ialah metode pemecahan
masalah, musyawarah, dan penyelidikan
4)
Berdasarkan keputan bersama
5)
Menggunakan narasumber
6)
Senantiasa memelihara kehidupan seimbang disamping
memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku.
2. Teknik Individual dalam supervisi
Teknik Individual menurut Sahertian adalah teknik
yang digunakan pada pribadi seorang guru latih yang mengalami masalah khusus
dan memerlukan bimbingan tersendiri dari supervisor.
Teknik-teknik supervisi yang
bersifat individual antara lain yaitu:
a.
Kunjungan kelas
Yakni suatu kunjuangn yang dilakukan supevisor
(kepala sekolah) kedalam suatu kelas pada saat guru latih sedang mengajar
dengan dengan tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan menghadapi masalah
selama mengadakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu kunjungan kelas tanpa pemberitahuan dahulu, kunjungan dengan
pemberitahuan terlebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru latih, yang
artinya guru latihlah yang mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas pada
saat pelajaran berlangsung.
b.
Observasi kelas
Obesrvasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan
kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan supervisor untuk mengamati guru
latih yang sedang mengajar di suatu kelas. Selama berada di kelas supervisor
melakukan pengamatan yang teliti, dengan menggunakan intrumen tertentu, terhadap
suasana kelas yang diciptakan dan dikembangakan oleh guru latih selama jam
pelajaran berlangsungb dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif.
c.
Percakapan pribadi
Yakni suatu teknik dalam pemberian layanan kepada
guru latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru
latih. Umumnya materi yang dipercakapkan adalah hasil-hasil kunjungan kelas dan
observasi yang dilakukan oleh supervisor. Dalam percakapan ini ia berusaha
menyadarkan guru latih akan kelebihan dan kekurangannya. Mendorong agar menjadi
lebih baik dari sebelumnya.[12]
d.
Inter-visitasi
Kunjungan antar kels dalam satu sekolah atau antar
sekolah sejenis merupakn suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan
pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses
belajar mengajar. Manfaatnya dapat saling membandingkan dan belajar atas
keunggulan dan kelbihan berdasarkan pengalaman masing-maing. Sehingga
masing-masing dapt memperbaiki kualitas guru memveri layanan belajar kepada
pesert didiknya.[13]
e.
Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
Dalam hal ini tugas seorang supervisor
pendidikan adalah mempelajari secara
obyektif dan terus menurus tentang proses belajar mengajar dan atas dasar itu
ia memberikan pelayanan atau bimbingan profesional yang diperlukan kepada
guru-guru. Seorang supervisor harus mempunyai kemampuan untuk menyeleksi
berbagai sumber materi yang di gunakan guru untuk mengajar. Kegiatan menyeleksi
ini dilakukan dengan cara bedah kurikulum di mulai dengan menganalisis standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pelajaran yang dirumuskan oleh
guru dalam silabus mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisor bersama guru mengidentifikasi masalah
kesulitan guru dalam kegiatan belajar
mengajar, yang pada akhirnya di temukan bersama model perbaikan dan
pengembangan pembelajaran. Pemecahan masalah ini, dilakukan dengan catra dialog
profesional antara supervisor dengan guru untuk mengkaji ide baru. Sehingga,
ditemukan cara perbaikan dan pengembangan kegiatan belajar mengajar.
E.
Tipe-tipe Supervisi
1.
Inspektur
Tipe
seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang
otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak
sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini
dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan
petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta
ditentukan oleh atasannya.
2.
Tipe
Laisses Faire
Tipe
ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi
secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire
para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang
benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik
pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3.
Tipe
Coersive
Tipe
ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya.
Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan
kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya.
Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian.
Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang
bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai
mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas,
yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang
pasti.
4.
Tipe
Training dan Guidance
Tipe
ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari
supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan
bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya
kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa
selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5.
Tipe
Demokratis
Selain
kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan
situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang
memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau
warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
F.
Pengembangan Instrumen Supervisi
Pengembangan Instrumen Supervisi Pendidikan Pengembangan instrumen
memberikan beberapa manfaat diantaranya :
1.
Memberikan
alternatif instrumen supervisi sebagai alat bantu dalam mengobservasi perilaku
belajar siswa dan membelajarkan siswa bagi guru.
2.
Meningkatkan
keterampilan guru dalam membelajarkan siswa, yang berkembang berkelanjutan,
sehingga berdampak pada pengembangan perilaku siswa.
3.
Pengembangan
kreatifitas guru dalam mencari alternatif pemecahan masalah sarana prasarana
sekolah.
4.
Pengembangan
wawasan guru dengan memperhatikan kepentingan siswa, sehingga siswa merasa
senang mengikuti mata pelajaran dikjasor yang disajikan oleh guru.
Adapun
bentuk dari hasil pengembangan instrumen supervisi pendidikan adalah dengan
adanya Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS) dan Alat
Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS) yang secara spesifik akan
dijelaskan berikut ini :
Nama Instrumen :
1.
Alat
Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS) Penggunaan : ABOPMS
digunakan untuk merekam perilaku guru/ Peneliti. Selama guru membelajarkan
siswa, pengamat merekam dua jenis masukan/ umpan balik sebagai tanggapan guru
terhadap perilaku siswa pada saat mengikuti pelajaran, yaitu: 1) umpan balik
keterampilan gerak siswa, dan 2) umpan balik perilaku belajar siswa. Dengan
kedua umpan balik tersebut, guru berinteraksi terhadap siswa dengan menggunakan
komunikasi verbal dan non verbal, yang mencerminkan berlangsungnya komunikasi
dua arah.
2.
Alat
Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS). Penggunaan : ABOPBS digunakan
untuk merekam perilaku belajar siswa. Selama proses pembelajaran, pengamat
meliput dan merekam perilaku belajar siswa dengan menggunakan enam butir tolok
ukur, yaitu:
a.
Keterampilan
guru memotivasi melalui interaksi, sehingga siswa berlatih dengan giat dan
gembira, yang diberi kode “G” (Giat).
b.
Keterampilan
guru menyampaikan informasi, meragakan pesan dan memberi contoh dalam waktu
yang singkat dan jelas, sehingga siswa dengan cepat tanggap dan segera
melaksanakan tugas pelatihan gerak, yang diberi kode “I” (Informasi).
c.
Keterampilan
guru mengelola peralihan pelajaran, sehingga alokasi waktu pelatihan gerak
dimanfaatkan secara optimal, yang diberi kode ”A” (Alih).
d.
Keterampilan
guru merencanakan dan menyiapkan pelatihan dengan memanfaatkan alokasi waktu
pelatihan gerak seoptimal mungkin, sehingga siswa tidak perlu menunggu dalam
melaksanakan tugas pelatihan gerak, yang diberi kode “T” (Tunggu).
e.
Keterampilan
guru mengelola penyajian pelajaran dengan memperhatikan relevansi dan manfaat
pelatihan gerak bagi siswa, ruang gerak yang tersedia, posisi guru dalam
memantau siswa, keselamatan siswa, dan kemudahan siswa dalam mengikuti
pelatihan gerak, yang diberi kode “K” (Kelola). f. Keterampilan guru memantau
dan mengawasi proses pelatihan gerak, sehingga tidak memberi kesempatan bagi
siswa untuk membebaskan diri dari tugas pelatihan, yang diberi kode “B”
(Bebas).[14]
INSTRUMEN KUNJUNGAN KELAS PADA PROSES PEMBELAJARAN
Nama
Guru
: ……………………………..
Kelas
: ……………………………..
Identitas Mata Pelajaran : ……………………………..
Waktu
: ……………………………..
Semester
: ……………………………..
Hari
tanggal
: ……………………………..
No
|
URAIAN
KEGIATAN
|
Kriteria
Penilaian
|
|||
A
|
B
|
C
|
D
|
||
1.
|
Persiapan
dan apresepsi
|
||||
2.
|
Relevansi
materi dengan tujuan pembelajaran
|
||||
3.
|
Penguasaan
materi
|
||||
4.
|
Strategi
|
||||
5.
|
Metode
|
||||
6.
|
Media
|
||||
7.
|
Pemberian motivasi kepada siswa
|
||||
8.
|
Nada dan suara
|
|
|
|
|
9.
|
Pemberian motivasi kepada siswa
|
|
|
|
|
10.
|
Nada dan suara
|
|
|
|
|
11.
|
Penggunaan bahasa
|
|
|
|
|
12.
|
Gaya dan sikap perilaku
|
|
|
|
|
Jumlah Nilai RIIL =
……………………….
Jumlah Nilai Ideal =……………………….
Klasifikasi =…………………….
Nilai Persentasi =
…………………….. %
A : Baik
Sekali : 76% - 100%
|
B :
Baik
: 56% - 75%
|
C :
Cukup : 26% - 55%
|
D :
Kurang : 0% - 25%
|
Saran Pembina
………………………………………………
………………………………………………
|
Mengetahui……………………
|
Kepala Sekolah
……………..,………………
Kepala
Sekolah/Madrasah……………………
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Supervisi kelas
adalah suatu aktivitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien
dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat. Dalam penyusunan
supervisi dibutuhkan dua hal yaitu informasi atau data supervisi dan sumber
data supervisi.
o
Pola
Supervisi pengajaran ada 3 yaitu:
a.
Supervisi
Umum
b.
Supervisi
PBM
c.
Supervisi
kolegial atau kesejawatan
o
Teknik
supervisi
a.
Teknik
supervisi yang bersifat kelompok
b.
Teknik
Individual dalam supervisi
DAFTAR PUSTAKA
Nadhirin,
Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya, Yogyakarta : Idea Press
Yogyakarta, 2009.
Piet A.
Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supevisi Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta,
2000
Drs. Piet A
sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Prinsip dan Teknik Supervisi
Pendidikan (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981)
Prof. Dr. H, Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan
Tenaga Kependidikan, (Bandung: CV. ALFABETA,
2011),
Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd, Supervisi profesional,
(Bandung: AlFABETA, 2010)
Prof. Dr. Hj. Sri Banun Muslim. M.Pd.,Supervisi Pendidikan
Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru,(Bandung: CV. ALFABETA, 2010)
[1]Drs. Piet A
sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Prinsip dan Teknik Supervisi
Pendidikan (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981), 18.
[2]Prof. Dr. H,
Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: CV. ALFABETA, 2011), 194-195.
[3]Prof. Dr. H.
Dadang Suhardan, M.Pd, Supervisi profesional, (Bandung: AlFABETA, 2010),35.
[4]Prof. Dr. Hj.
Sri Banun Muslim. M.Pd.,Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalisme Guru,(Bandung: CV. ALFABETA, 2010), 95-96.
[5]Ibid., 97-101.
[6]Ibid., 104
[7]Ibid.,105.
[8]Ibid.,106
[9]Drs. Piet A
sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Ibid. ,84-86.
[10]Ibid., 89-90
[11]Ibid., 96-97.
[12]Prof. Dr. H,
Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Ibid., 217.
[13]Ibid., 217
[14]Ibid.,221-222.
No comments:
Post a Comment