Sunday, November 3, 2019

MAKALAH PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEMESTER 3


MAKALAH
PENYUSUNAN INSTRUMEN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS
( Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Supervisi Pendidikan )

Dosen Pengampu:
Dr.H. Subandi, MM

Kelompok 8
Kelas B
Puput Melati Sukma
1811030338
Sita Saputri

Siti Nuraini
1811030277

1811030247

Yuditia Herlambang

1811030306

Prodi: Manajemen Pendidikan Islam ( MPI )





UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT semoga kita semua dalam lindungan-Nya. Amin. Limpahan syalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta eluruh keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Atas berkat rahmatnya, Alhamdulillah penulis, telah dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “penyusunan instrumen supervisi kelas” tanpa ada dorongan dari beberapa pihak jauh dari kemungkinan makalah ini tersusun dengan baik, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, dan kepadarekan-rekan yang telah memberi motivasi, baik moril maupun materil.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila makalah ini tidak sesuai harapan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi menuju arah yang lebih baik dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini mendapat rhido dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua. Amin.


Bandar Lampung, 01 November 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ..i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ............................................................................. .2
C.     Tujuan Masalah.................................................................................. .2


BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kompetensi......................................................................3
B.     Kompetensi inti yang wajib dimiliki Seorang pemimpin..................4
C.     Aspek Kompetensi Kepala Sekolah...................................................6
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan.......................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan terkait dengan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia peningkatan. Dalam rangka perbaikan mutu pendidikan, pemerintahbtelah melakukan perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru, penyedian sarana dan prasarana, perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan organisasi sekolah, perbaikan manajemen, pengawasan dan perundang-undangan.
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi setiap segi kamajuan dan perkembangan manusia pada khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam segi pendidikan, maka akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan perkembangan bangsa kearah lebih baik dan maju.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu wakil dari pemerintah pusat Indonesia. maka peran sekolah kewajiban untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam organisasi sekolah, kedudukan kepala sekolah merupakan faktor penentu, pengerak segala sumber daya yang ada dalam sekolah, agar segala komponen yang di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, leader, motivator dan supervisor sekolah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud demgan supervisi kelas?
2.      Apa saja dasar penyusunan supervisi kunjungan kelas?
3.      Apa saja pola supervisi kelas?
4.      Apa saja teknik supervisi kelas?
5.      Apa manfaat dari pengembangan supervisi pendidikan?



C.    Tujuan Masalah
1.      Dapat mengetahui definisi dari supervise kelas.
2.      Dapat mengetahui dasar penyusunan supervisi kunjungan kelas.
3.      Dapat mengetahui saja pola supervisi kelas.
4.      Dapat mengetahui teknik supervisi kelas.
5.      Dapat mengetahui manfaat dari pengembangan supervisi pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Supervisi Kunjungan Kelas
Supervisi secara etimologi berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah tersebut antara lain: pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.
Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan lainnya).[1]Sedangkan menurut Burton dan Brueckner, supervisi pendidikan adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendapat lain juga mengatakan bahwasannya supervisi pendidikan adalah setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan intruksional, layanan belajar, dan pengembangan kurikulum.
Selain itu Kimball wiles juga mengemukakan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu bantuan dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran yang lebih baik. Pendapat ini ini sejalan dengan N.A. Amatembun yang mengemukakan supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah pebaikan situasi pendidikan. Perbaikan ini difokuskan pada kinerja pembelajaran, sehingga guru secara profesional memberikan bantuan dan layanan.[2]
Dalam buku lain di jelaskan bahwasannya Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus dijalankan oleh mereka yang mempunyai pemahaman mendalam tentang kegiatan yang di supervisinya. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada kegiatan yang seharusnya, yaitu kegiatan semestinya yang harus dicapai.[3] Posisi dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih baik dari orang yang diawasinya. Supervisi adalah pengawas profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuwan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekadar pengawas biasa.[3]
Dengan demikian hakekat supervisi kelas adalah suatu aktivitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat.
Supervisi kunjungan kelas adalah salah satu teknik supervisi yang dilakukan kepala sekolah dengan cara mengunjungi kelas untuk mengamati secara langsung bagaimana performa guru dalam pembelajaran serta membantu meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa semakin baik. Proses pembelajaran (instruction) adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu siswa belajar. Dalam proses pembelajaran di kelas siswa dianggap telah belajar apabila tujuan pelajaran yang dirumuskan (TPK) telah dikuasai oleh siswa. Peran guru sangat besar dalam proses pembelajaran karena sebagai penanggung jawab dan sebagai pengelola proses pembelajaran di kelas. Kinerja Guru adalah hasil pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan tuntutan profisi guru, yang ditunjukkan dengan produktivitas kerja tinggi yang semakin lama semakin baik dan bermutu.
Adapun tujuan supervisi secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit yaitu :
1.      Meningkatkan mutu kinerja guru
a.       Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
b.      Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
c.       Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
d.      Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
e.       Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
f.       Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
g.      Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
2.      Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
3.      Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
4.      Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
5.      Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Adapun secara sederhana prinsip-prinsip yang hendaknya di terapkan dalam Supervisi adalah sebagai berikut :
1.      Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
2.      Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif
3.      Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
4.      Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
5.      Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
6.      Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang disupervisi.
7.      Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala sekolah

B.     Dasar Penyusunan Instrumen Supervisi
Dalam penyusunan instrumen supervisi dibutuhkan dua hal yaitu informasi atau data supervisi dan sumber data supervisi.
1.      Informasi atau data supervisi Data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pembinaan bukan hanya diperoleh dari pengaatan kelas oleh pengawas dan kepala sekolah saja, tetapi bermacam-macam bentuk yaitu :
a.       Data tertulis yang terdapat dalam berbagai arsip dan dokumen yg dimiliki oleh sekolah.
b.      Data yang berbentuk suara dan makna bahasa yang dikeluarkan oleh siapa saja oleh pelakunya dalam bentuk pidato, pembicaraan santai, pendapat atau usul, sanggahan atau bantahan dan dapat juga berupa jawaban ketika orang yang bersangkutan diwawancarai.
c.       Data berbentuk gambaran atau grafis yang ditangkap oleh indra penglihatan, antara lain berupa gambaran gerak orang (misalnya gaya mengajar guru dan perilaku siswa ketika sedang mengikuti pelajaran dikelas), gambaran benda mati, misalnya suasana buku yang ada diperpsutakaan dan alat-alat yang ditata di laboratorium, gerak benda mati (misalnya film, kerja computer, kinerja mesin tulis, kinerja microscop).
2.      Sumber data supervisi Sumber data supervisi adalah sesuatu yang dituju oleh pelaku supervisi yang sedang mengumpulkan data, dalam rangkaian upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara garis besar sasaran tentang sumber data dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a.       Orang / personal Data yang mungkin diambil dari sumber yang berupa orang yaitu manusia, adalah data yang berupa informasi, penjelasan, uraian, pendapat, usul dan sasaran mengenai pembelajaran yang sudah dan sedang berlangsung. Data dari orang hanya dapat digali melalui wawancara dan angket.
b.      Dokumen Yang dimaksud dokumen dalam pembicaraan tentang sasaran atau sumber data bukan terbatas pada buku pedoman atau arsip saja tetapi semua hal yang mengandung tulisan, gambar, tabel, bagan atau simbol-simbol grafis lain.
c.       Tempat/ lokasi Dalam kunjungan kelas, sebagai sumber data adalah tempat, bukan personal guru, karena pengawas mengumpulkan data tentang gerak-gerik atau kinerja guru di depan kelas, bukan mewancarai guru. Agar diperoleh informasi atau data yang tepat dan lengkap yang dapat digunakan bukan hanya pengawas dan kepala sekolah, tetapi oleh semua staf sekolah dalam rangka peningkatan kualitas sekolah tersebut.
Salah satu perangkat yang digunakan dalam melaksankan supervisi ialah instrument observasi pembelajaran/check list terutama untuk supervisi kelas, supervisi klinis, dengan demikian diharapkan indicator yang diamati untuk setiap unsure yang diamati, antara lain:
1.      Persiapan dan aperisepsi
2.      Relevansi materi dengan tujuan instruksional
3.      Penguasaan materi
4.      Strategi
5.      Metode
6.      Manajemen kelas
7.      Pemberian metivasi kepada siswa
8.      Nada dan suara
9.      Penggunaan bahasa
10.  Gaya dan sikap perilaku.

C.    Pola Supervisi pengajaran

a.       Supervisi Umum
Jangkauan secara supervisi sebenarnya begitu luas, tidak hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang terjadi di kelas ini, oleh Cogan disebut supervisi umum. Menurut mereka supervisi umum tersebut lebih banyak menyangkut hal-hal di luar kelas, seperti gedung dan halaman sekolah, sarana pendidikan layanan tranportasi, kafetaria dan sebagainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi umum tidak secara langsung berkaitan dengan perbaikan pengajaran. Supervisi  yang tidak secara langsung berkaitan dengan berkaitan dengan perbaikan pengajaran tersebut, bisa pula dikategorikan sebagai supervisi administrasif. Pada hakekatnya supervisi merupakan salah satu fungsi pokok dari manajemen pendidikan, yaitu melakuakn kontrol jaminan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan benar dan berkualitas. Oleh karena itu guru, kepala sekolah, penilik sekolah harus menjalankannya dengan penuh tanggung jawab, sehingga tercipta suasana akademik di kelas dan suasana manajerial di sekolah yang dinamis, manusiawi, dan mempunyai progres yang jelas dengan suasanan yang menyenangkan bagi warga pendidikan.[4]
b.      Supervisi PBM
Supervisi Proses Belajar Mengajar (PBM) dimaksudkan secara langsung untuk memperbaiki pengajaran, karena sasaran utamanya adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atau PBM tersebut umumnya terjadi di kelas maka ia bisa pula disebut supervisi kelas. Dalam pelaksanaanya supevisi PBM tersebut bisa dilakukan melalui model atau bentuk supervisi berikut :
1.      Supervisi klinis
Menurut beberapa ahli supervisi klinis merupakan strategi yang efektif dalam memperbaiki pengajaran. Supervisi klinis termasuk aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam kelas. Ia berkenaan dengan perbaikan mengajar dan belajar melalui observasi langsungterhadap tindakan guru dan siswa dalam lingkungan belajar.
Walaupun aspek tujuan supervisi klinis menjadi perhatian utama, namun hubungan tatap muka harus melandasi perwujudan tujuan itu. Menurut mereka supervisi klinis dapat dirumuskan sebagai proses membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Supervisi klinis bisa di pandang sebagai konsep dan bisa pula dipandang sebagai proses kegiatan. Sebagai suatu konsep, supervisi klinis mungkin bisa di pergunakan sebagai pendekatan pemecahan masalah untuk supervisi pengajaran. Satu komponen penting dari prosesnya adalah observasi dan analisis pengajaran sebagai dasar untuk feedback bagi guru-guru yang dapat di gunakan sebagai kerangka kerja untuk mengubah dan memperbaiki performansi.[5]
c.       Supervisi kolegial atau kesejawatan
Supervisi kolegal atau kesejawatan ini bisa dimasukkan kedalam teknik supervisi yang bersifat kelompok. Supervisi kelompok muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan supervisi individual. Kelemahan supervisi individual terutama terletak pada kekurangan sempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru, karena hanya diselesaikan berdasarkan berdasarkan pandangan supervisor dan guru yang bersangkutan.
Munculnya supervisi kelompok meminimalkan “power visibility” ini sekaligus merobah peran klien konsultan menjadi kesejawatan.  Menurut Neagley dan Evans munculnya supervisi kelompok tersebut di ilhami oleh “team teaching”. Hal ini bisa diartikan bahwa satu persoalan/ masalah dihadapi atau di pecahkan oleh beberapa orang, sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing. Supervisi kelompok tersebut dalam pelaksanaanya bisa diimplementasikan melalui :
1.      KKG (kelompok Kerja Guru)
Adalah wadah kerja sama guru-guru dalam satu gugus, dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional mereka. Fungsi utamanya adalah menampung dan memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam KBM melalui pertemuan diskusi, pengajaran contoh, demonstrasi penggunaan dan pembuatan alat peraga.
2.      KKKS (Kelompok Kerja kepala sekolah)
Adalah wadah kegiatan dan pembinaan profesional bagi para kepala sekolah dasar guna membicarakan dan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan mereka sebagai kepala sekolah. Fungsinya adalah meningkatkan kualitas kepemimpinan dan manegerial bagi kepala SD. KKKS ini berorientasi pada perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah baik yang bersifat teknis maupun manajerial.[6]
3.      KKPS (Kelompok Kerja Penilik sekolah)
Adalah suatu wadah pertemuan dan pembinaan profesional bagi para penilik sekolah atau sebagai wahana peningkatan kreativitas pembinaan dan manajerial bagi penilik sekolah. KKPS ini berorientasi kepada perbaikan pelayanan pembinaan supervisi yang dapat meningkatkan kualitas profesional kepala sekolah dan guru.[7]
4.      PKG (Pusat Kegiatan Guru)
Pada dasarnya merupakan pusat kegiatan guru, sekaligus sebagai bengkel kerja, pusat pertemuan, sarana diskusi dan pertukaran pengalaman serta kiat-kiat mengajar dan belajar. Dengan kata lain, PKG berfungsi sebagai sanggar kerja guru. Dalam  supervisi kesejawatan ini, tugas supervisor adalah melatih guru-guru untuk menganalisis performasi mereka sendiri dan performasi guru-guru bergantian berperan sebagai guru dan sebagai supervisor.[8]

D.    Teknik Supervisi Kelas
Ada bermacam-macam teknik supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan guru yaitu :
1.      Teknik supervisi yang bersifat kelompok
Yang dimaksud teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik-teknik yang digunakan ialah di gunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.Berbagai teknik dapat di gunakan supervisi dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung taupun tidak langsung.
Teknik- tenik supervisi yang bersifat kelompok yang di introdusir oleh pangaribuan dari berbagai pendapat ahli antara lain dengan cara melakukan:
a.       Pertemuan orientasi
Pertemuan ini bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Hal-hal yang di sajikan dalam pertemuan ini meliputi:
1)      Sistem kerja sekolah itu
2)      Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah
3)      Biasanya disringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah
4)      Sering juga pertemuan ini di ikuti dengan tindak lanjut dalam diskusi kelompok, lokakarya selama beberapa hari sepanjang tahun.
5)      Ada juga melalui perkunjungan ketempat-tempat tertentu
6)      Pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah makan bersama
7)      Tempat pertemuan mempengaruhi orientasi
8)      Terciptanya suasana kerja yaitu bahwa guru baru itu tidak merasa asing tetapi ia merasa di terima dalam kolmpok guru lain. [9]

b.      Rapat guru latih
Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis kegiatan, tujuan, maupun orang-orang yang menghadirinya. Rapat guru latih akan menghasilkan guru yang baik, jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakan yang dicapai dalam rapat.Masalah pokok yang perlu direncanakan ialah:
1)      Penetapan problema yang akan menjadi inti rapat
2)      Menetapkan tempat dan waktu  dengan segala fasilitas yang di perlukan
3)      Memperhitungkan jumlah peserta
4)      Menetapkan pemimpin rapat dan notulen
5)      Menetapkan masalah pembiayaan jika di perlukan
6)      Menetapkan pembagian tugas dan pengorganisasian.[10]
Dengan perencanaan dan pelaksanaan sedemikian itu diharapkan tujuan rapat, sebagai teknik supervisi pendidikan, bagi guru latih dapat tercapai secara maksimal. Tujuan yang dimaksud menurut shertian ialah menyatukan pandangan-pandangan guru latih tentang suatu masalahdan proses sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan, mendorong guru latih menerima dan melaksankan tugas-tugasnya dengan baik, serta menyatukan pendapat tentang metode kerja yang akan membawa mereka ke arah pencapai tujuan pengajaran yang maksimal di lembaga pendidikan tersebut.Hal ini dapat di capai jika kemampuan pimpinan rapat dalam memimpin dengan cara demokrasi, aspiratif, fokus pada persoalan dan akomodatif.
c.       Studi kelompok antar guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Pokok bahasan telah di tentukan dan di perinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur. Untuk mempelajari bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam teknik berkomunikasi. Untuk memperkaya bahan-bahan itu di perlukan cukup banyak sumber-sumber buku.[11]
d.      Diskusi sebagi Pertukaran pikiran atau pendapat
Diskusi merupakn salah satu alat bagi supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru yang berlatih menghadapi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lainnya. Melaui teknik ini supervisor dapat membantu para guru latih untuk saling mengetahui, memahami atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari altenatif pemecahan masalah tersebut. Sebagai seorang pemimpin diskusi, supervisor harus mampu menerapkan kepemimpinan yang efektif yang dapat membuat setiap anggota diskusi  mau berpartisipasi secara sukarela selama diskusi berlangsung.
e.       Lokakarya
Lokakarya atau yang sering di sebut workshop adapat diartikan sebagai kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari sejumlah petugas pendidikan yang sedang memecahkan suaru masalh melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat individu.Ciri-ciri dari workshop antaralain:
1)      Masalah yang dibahas  bersifat life centred dan muncul dari peserta sendiri
2)      Selalu menggunakan secara maksimal aktifitas mental dan fisik dalam kegiatannya
3)      Metode yang digunakan ialah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan
4)      Berdasarkan keputan bersama
5)      Menggunakan narasumber
6)      Senantiasa memelihara kehidupan seimbang disamping memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku.


2.      Teknik Individual dalam supervisi
Teknik Individual menurut Sahertian adalah teknik yang digunakan pada pribadi seorang guru latih yang mengalami masalah khusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari supervisor.
Teknik-teknik supervisi yang bersifat individual antara lain yaitu:
a.       Kunjungan kelas
Yakni suatu kunjuangn yang dilakukan supevisor (kepala sekolah) kedalam suatu kelas pada saat guru latih sedang mengajar dengan dengan tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan menghadapi masalah selama mengadakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu kunjungan kelas tanpa pemberitahuan dahulu, kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru latih, yang artinya guru latihlah yang mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas pada saat pelajaran berlangsung.
b.      Observasi kelas
Obesrvasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan supervisor untuk mengamati guru latih yang sedang mengajar di suatu kelas. Selama berada di kelas supervisor melakukan pengamatan yang teliti, dengan menggunakan intrumen tertentu, terhadap suasana kelas yang diciptakan dan dikembangakan oleh guru latih selama jam pelajaran berlangsungb dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif.
c.       Percakapan pribadi
Yakni suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih. Umumnya materi yang dipercakapkan adalah hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi yang dilakukan oleh supervisor. Dalam percakapan ini ia berusaha menyadarkan guru latih akan kelebihan dan kekurangannya. Mendorong agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.[12]
d.      Inter-visitasi
Kunjungan antar kels dalam satu sekolah atau antar sekolah sejenis merupakn suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Manfaatnya dapat saling membandingkan dan belajar atas keunggulan dan kelbihan berdasarkan pengalaman masing-maing. Sehingga masing-masing dapt memperbaiki kualitas guru memveri layanan belajar kepada pesert didiknya.[13]
e.       Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
Dalam hal ini tugas seorang supervisor pendidikan  adalah mempelajari secara obyektif dan terus menurus tentang proses belajar mengajar dan atas dasar itu ia memberikan pelayanan atau bimbingan profesional yang diperlukan kepada guru-guru. Seorang supervisor harus mempunyai kemampuan untuk menyeleksi berbagai sumber materi yang di gunakan guru untuk mengajar. Kegiatan menyeleksi ini dilakukan dengan cara bedah kurikulum di mulai dengan menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pelajaran yang dirumuskan oleh guru dalam silabus mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisor bersama guru mengidentifikasi masalah kesulitan guru dalam  kegiatan belajar mengajar, yang pada akhirnya di temukan bersama model perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Pemecahan masalah ini, dilakukan dengan catra dialog profesional antara supervisor dengan guru untuk mengkaji ide baru. Sehingga, ditemukan cara perbaikan dan pengembangan kegiatan belajar mengajar.

E.     Tipe-tipe Supervisi

1.      Inspektur
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2.      Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3.      Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
4.      Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5.      Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

F.     Pengembangan Instrumen Supervisi

Pengembangan Instrumen Supervisi Pendidikan Pengembangan instrumen memberikan beberapa manfaat diantaranya :
1.      Memberikan alternatif instrumen supervisi sebagai alat bantu dalam mengobservasi perilaku belajar siswa dan membelajarkan siswa bagi guru.
2.      Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa, yang berkembang berkelanjutan, sehingga berdampak pada pengembangan perilaku siswa.
3.      Pengembangan kreatifitas guru dalam mencari alternatif pemecahan masalah sarana prasarana sekolah.
4.      Pengembangan wawasan guru dengan memperhatikan kepentingan siswa, sehingga siswa merasa senang mengikuti mata pelajaran dikjasor yang disajikan oleh guru.

Adapun bentuk dari hasil pengembangan instrumen supervisi pendidikan adalah dengan adanya Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS) dan Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS) yang secara spesifik akan dijelaskan berikut ini :
Nama Instrumen :
1.      Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS) Penggunaan : ABOPMS digunakan untuk merekam perilaku guru/ Peneliti. Selama guru membelajarkan siswa, pengamat merekam dua jenis masukan/ umpan balik sebagai tanggapan guru terhadap perilaku siswa pada saat mengikuti pelajaran, yaitu: 1) umpan balik keterampilan gerak siswa, dan 2) umpan balik perilaku belajar siswa. Dengan kedua umpan balik tersebut, guru berinteraksi terhadap siswa dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal, yang mencerminkan berlangsungnya komunikasi dua arah.
2.      Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS). Penggunaan : ABOPBS digunakan untuk merekam perilaku belajar siswa. Selama proses pembelajaran, pengamat meliput dan merekam perilaku belajar siswa dengan menggunakan enam butir tolok ukur, yaitu:
a.       Keterampilan guru memotivasi melalui interaksi, sehingga siswa berlatih dengan giat dan gembira, yang diberi kode “G” (Giat).
b.      Keterampilan guru menyampaikan informasi, meragakan pesan dan memberi contoh dalam waktu yang singkat dan jelas, sehingga siswa dengan cepat tanggap dan segera melaksanakan tugas pelatihan gerak, yang diberi kode “I” (Informasi).
c.       Keterampilan guru mengelola peralihan pelajaran, sehingga alokasi waktu pelatihan gerak dimanfaatkan secara optimal, yang diberi kode ”A” (Alih).
d.      Keterampilan guru merencanakan dan menyiapkan pelatihan dengan memanfaatkan alokasi waktu pelatihan gerak seoptimal mungkin, sehingga siswa tidak perlu menunggu dalam melaksanakan tugas pelatihan gerak, yang diberi kode “T” (Tunggu).
e.       Keterampilan guru mengelola penyajian pelajaran dengan memperhatikan relevansi dan manfaat pelatihan gerak bagi siswa, ruang gerak yang tersedia, posisi guru dalam memantau siswa, keselamatan siswa, dan kemudahan siswa dalam mengikuti pelatihan gerak, yang diberi kode “K” (Kelola). f. Keterampilan guru memantau dan mengawasi proses pelatihan gerak, sehingga tidak memberi kesempatan bagi siswa untuk membebaskan diri dari tugas pelatihan, yang diberi kode “B” (Bebas).[14]




INSTRUMEN KUNJUNGAN KELAS PADA PROSES PEMBELAJARAN

Nama Guru                                            : ……………………………..
Kelas                                                      : ……………………………..
Identitas Mata Pelajaran                        : ……………………………..
Waktu                                                    : ……………………………..
Semester                                                : ……………………………..
Hari tanggal                                           : ……………………………..

No
URAIAN KEGIATAN
Kriteria Penilaian
A
B
C
D
1.
Persiapan dan apresepsi
2.
Relevansi materi dengan tujuan pembelajaran
3.
Penguasaan materi
4.
Strategi
5.
Metode
6.
Media
7.
Pemberian motivasi kepada siswa
8.
Nada dan suara




9.
Pemberian motivasi kepada siswa




10.
Nada dan suara




11.
Penggunaan bahasa




12.
Gaya dan sikap perilaku






Jumlah Nilai RIIL                   = ……………………….
Jumlah Nilai Ideal                   =……………………….
Klasifikasi                               =…………………….
Nilai Persentasi                       = …………………….. %
        

A : Baik Sekali  : 76% - 100%


B : Baik             : 56% - 75%


C : Cukup         : 26% - 55%


D : Kurang        : 0% - 25%

Saran Pembina
………………………………………………
………………………………………………


Mengetahui……………………

Kepala Sekolah ……………..,………………
Kepala Sekolah/Madrasah……………………










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Supervisi kelas adalah suatu aktivitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat. Dalam penyusunan supervisi dibutuhkan dua hal yaitu informasi atau data supervisi dan sumber data supervisi.
o   Pola Supervisi pengajaran ada 3 yaitu:
a.       Supervisi Umum
b.      Supervisi PBM
c.       Supervisi kolegial atau kesejawatan
o   Teknik supervisi
a.       Teknik supervisi yang bersifat kelompok
b.      Teknik Individual dalam supervisi


DAFTAR PUSTAKA

Nadhirin, Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya, Yogyakarta : Idea Press Yogyakarta, 2009.
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supevisi Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta, 2000
Drs. Piet A sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981)
Prof. Dr. H, Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:  CV. ALFABETA, 2011),
Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd, Supervisi profesional, (Bandung:  AlFABETA, 2010)
Prof. Dr. Hj. Sri Banun Muslim. M.Pd.,Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru,(Bandung: CV. ALFABETA, 2010)


[1]Drs. Piet A sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981), 18.
[2]Prof. Dr. H, Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:  CV. ALFABETA, 2011), 194-195.
[3]Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd, Supervisi profesional, (Bandung:  AlFABETA, 2010),35.
[4]Prof. Dr. Hj. Sri Banun Muslim. M.Pd.,Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru,(Bandung: CV. ALFABETA, 2010), 95-96.
[5]Ibid., 97-101.
[6]Ibid., 104
[7]Ibid.,105.
[8]Ibid.,106
[9]Drs. Piet A sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Ibid. ,84-86.
[10]Ibid., 89-90
[11]Ibid., 96-97.
[12]Prof. Dr. H, Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Ibid., 217.
[13]Ibid., 217
[14]Ibid.,221-222.

No comments:

Post a Comment

  Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi KATA PENGANTAR          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini ma...