Sunday, October 13, 2019

MAKALAH KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM


MAKALAH PSIKOLOGI DAKWAH
KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM
Dosen Pengampu : Noffiyanti, S.Sos. I,MA



Disusun Oleh: Kelompok 6
1.      Laura Salsa Billa         1841030590
2.      Frendy Nata                1841030600
Kelas: MD.G

MANAJAMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TA. 2019/ 1441 H



KATA PENGANTAR
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahirrobil ‘alamin puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang selalu memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu, shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang ini yaitu agama Islam dan semoga kelak kita diberi syafaat diakhirat nanti, aamiin ya robbal ‘alamin.
Dalam tugas makalah karya ilmiah ini kami buat agar dapat memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Psikologi Dakwah pada semester tiga. Materi ini kami sajikan dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa pada umumnya agar dapat dipahami oleh pembaca.Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Bandar Lampung, 2 oktober  2019
Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................. 2
Daftar isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
A.    Latar belakang................................................................................ 4
B.     Rumusan masalah........................................................................... 4
C.     Tujuan penelitian............................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 5
Konsep Manusia Menurut Islam........................................................... 5
1        Hakikat manusia............................................................................. 5
2        Kedudukan nafs dalam struktur kepribadian manusia....................... 8
3        Segi positif dan negatif manusia....................................................... 12
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 16
Kesimpulan.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta, manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat keseluruhan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan islam,sebagai makhluk cipataan Allah Swt manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup didunia, manusia diberi tugas Kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah dimuka bumi, serta pengelolahan dan pemeliharaan alam dengan perangkat iman dan ilmu pengetahuan
B.Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Manusia Menurut Islam.?
C.Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Konsep Manusia Menurut Islam.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Manusia Menurut Islam
1.      Hakikat Manusia
Dalam Al-Qur’an terdapat empat kata atau istilah yang digunakan untuk menunjukan manusia. Pertama, kata ins yang kemudian membentuk kata insan dan unas. Kata “insan  diambil dari asal kata “uns” yang mempunyai arti jinak, tidak liar, senagn hati, tampak atau terlihat, seperti dalam firman Allah dalam surat at-tin 95:4, az-Dzariyat 51:56, dan al-A’raf, 7:82. Kedua, basyar yang berarti kulit luar, seperti dalam Firman Allah dalam surat Ali Imran 3:79. Ketiga, bani adam berarti anak Nabi Adam, seperti dalam firman Allah surat al-A’raf 7: 27. Keempat, Dzuriyat adam yang berarti
            Menurut Achmad Mubarak desain kejiwaan manusia diciptakan tuhan dengan sangat sempurna,berisi kapasitas-kapasitas kejiwaan,seperti berfikir,merasa dan berkehendak. Jiwa merupakan sistem (disebut sistem nafsani) yang terdiri subsistem ‘Aql, Qalb, Bashirat, Syahwat, dan Hawa. Aql (akal) merupakan problem solving capacity, yang bisa berfikir dan membedakan yang buruk dan baik. Akal bisa menemukan kebenaran tetapi tidak bisa menetukannya, oleh karena itu kebenaran ‘aqly sifatnya relatif. Qalb (hati), merupakan memahami realita, ketika akal mengalami kesulitan. Sesuatu yang tidak rasional masih bisa dipahami oleh qalb. Di dalam qalb ada berbagai kekuatan dan penyakit,seperti [1]iman,cinta,dengki,keberanian,kemarahan,kesombongan,kedamaian,kekufuran,dan sebagainya. Qalb memiliki otoritas yang memutuskan suatu tindakan, oleh karena itu segala sesuatu yang disadari oleh qalb berimplikasi kepada pahala dan dosa. Apa yang sudah dilupakan oleh qalb masuk kedalam memori nafs (dalam bawah sadar), dan apa yang sudah dilupakan terkadang muncul dalam mimpi.sesuai dengan namanya, qalb  sering tidak konsisten. Bashirat , adalah pandangan mata batin sebgai lawan dari pandangan mata kepala. Berbeda dengan qalb yang tidak konsisten, Bashirat, selalu konsisten kepada kebenaran dan kejujuran. Ia tidak bisa diajak kompromo menyimpang dari kebenaran. Bashirat disebut juga sebgai nurani, dari kata nur dalam bahasa indonesia menjadi hati  nurani. Menurut konsep tasawuf, bashirat adalah cayaha ketuhanan yang ada dalam hati, nurun yaqdzifuhullah fi al-qalb, intropeksi, tangis,kesadaran,relegiusitas,god,spot,bersumber dari sini.syahwat adalah motif kepada tingkah laku. Semua manusia memiliki syahwat terdap lawan jenis, bangga terhadap anak-anak,menyukai benda berharga,kendaraan bagus,ternak,kebun. Syahwat adalah sesuatu yang manusiawi dan netral. Hawa adalah dorongan kepada objek rendah dan tercela. Prilaku kesejahteraan,marah,korupsi,sewenang-wenang, dan semua bersumber dari hawa. Karakteristik hawa adalah ingin segera menikmati apa yang diinginkan tanpa memedulikan nilai-nilai moralitas. Orang yang menghormati tuntutan hawa, tindakannay cendrung destruktif. Dalam bahasa indonesia disebut hawa nafsu, atau menurut teori freud disebut id.
            Dibanding dengan makhluk-makhluk lain, manusia menurut islam mempunyai kapasitas yang paling tinggi, mempunyai kecendrungan untuk dekat kepada tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran tuhan yang terdapat jauh dibawah alam sadarnya. Manusia diberi kebebasan dan kemerdekaan serta kepercayaan penuh untuk memilih jalan masing-masing. Manusia di beri kesadaran juga diberi kesabaran moral untuk memilih mana yang baik dan man yang buruk, sesuai dengan nurani mereka atas bimbingan wahyu. Manusia juga adalah makhluk yang di muliakan tuhan dan diberi kesempurnaan dibandingkan makhluk lainnya, serta ia pula yang telah diciptakan tuhan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
            Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah,kemudian setelah sempurna kejadianya, tuhan menghembuskan ruh ciptaan-Nya. Dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia butuh makan,minum,hubungan seks,dan sebagainya, dan dengan “ruh” ia diantar ke arah tujuan nonmateri yang tak berbobot dan tak bersubtansi dan yang tak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam materiil.
            Para filsuf Yunani, seperti plato dan Aristoteles lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada soal-soal jasmani.sebab menurut mereka, manusia itu pada hakikatnya adalah hewan yang dapat berbicara, berfikir, dan mengerti. Yang membedakan manusia dengan hewan lainnya adalah segi kejiwaannya yang berupa akal dan pikiran.
            Para sarjana islam sepakat bahwa manusia merupakan makhluk Allah yang terdiri dari dua dimensi, dimensi jasmani dan dimensi rohani atau jiwa dan raga. Islam tidak hanya memandang manusia dari segi pikiran atau kejiwaannya saja sehingga melupakan segi jasmani. sebaliknya islam memandang manusia sebgai makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani. Segi jasmani mempunyai tuntutan sendiri yang juga harus dipenuhi agar manusia ddapat hidup dengan lurus dengan selamat.
2. Kedudukan Nafs Dalam Struktur Kepribadian Manusia.
            Kepribadian menurut kebanyakan orang adalah pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas diri orang lain, atau sebagai kesan utama yang ditinggalkan seseorang pada orang lain. Misalnya, mereka mengatakan tentang seseorang sebagai berpribadi agresif atau berpribadi pendamai. Sementara para psikolog memandang keperibadian sebagai struktur dan proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman seseorang dan membentuk tindakan-tindakan dan respons terhadap lingkungan dengan cara yang berebeda dengan kata lain,kepribadian menurut psikolog adalah organisasi dinamis dari organ fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakter yang unik dalam penyesuaian dengan lingkungannya, jadi, para psikolog memandang kepribadian sebagai keseluruhan komplementer yang bertindak dan memberi respons sebagai suatu kesatuan dimana terjadi pengorganisasian dan interaksi semua organ fisik maupun psikisnya dan membentuk tingkah laku dan responsnya dengan suatu cara yang membedakan dari orang lain.[2]
            Dalam islam, kajian tentang Nafs sebagai faktor spiritual merupakan bagian dari kajian tentang hakikat manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa menempatkan dirinya menjadi subjek dan objek sekligus. Kajian tentang manusia selalu menarik, hal ini tercermin pada disiplin ilmu yang berkembang, baik ilmu murni maupun ilmu terapan. Namun dalam bab ini penulis hanya ingin membahas spintas antar hubungan jiwa dan badan dalam struktur manusia sebgai makhluk yang mempunyai dua dimensi, jiwa dan raga.
            Menurut Achmad Mubarok, kata nafs dalam Al-Qur’an mempunyai berbagai makna;
1. Nafs, sebagai diri atau seseorang , seperti dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 61
2. Nafs sebgai diri tuhan, seperti dalam surat al-An’am 6: ayat 54
3. Nafs sebagai person sesuatu, seperti dalam surat al-Furqan ayat 3.
4. Nafs sebagai Ruh, seperti dalam al-An’am ayat 93
5. Nafs sebagai jiwa, seperti dalam surat asy-Syams 91:7 dan al-Fajr ayat 27.
6. Nafs sebagai totalitas manusia, seperti dalam surat al-Ma’idah yat 32.
7. Nafs sebagai sisi dalam manusuia yang melahirkan tingkah laku, seperti dalam surat ar-Ra’d ayat 11.
            Dalam kaitannya dengan manusia, aneka makna kata nafs (jiwa) di atas, dapat dipersempit dalam tiga kategori, nafs sebagai totalitas mansuia, nafs sebagi sesuatu dalam diri manusia yang memengaruhi perbuatan, dan nafs sebagai sisi dalam dalam manusia sebgai lawan dari sisi luarnya. Nafs sebgai totalitas manusia mengisyaratkan bahwa manusia memiliki dua dimensi harus ada dalam diri setiap manusia memiliki dua dimensi, dimensi jiwa dan dimensi raga. Kedua dimensi ini harus ada dalam diri setiap manusia, jasat tanpa jiwa dengan funsgi-fungsi nya, di pandang tidak sempurna, begitu juga jiwa tanpa jasat maka jiwa tidak akan dapat menjalankan fungsi-fungsinya.
            Hal ini juga menerangkan adanya paham eskatologi dalam islam, yakni bahwa disamping manusia hidup di dunia, ada dalam lain dimana mansuia harus mempertanggung jawabkan perbuatan-perbuatannya didunia. Jadi, maka nafs sebgai totalitas manusia menurut Al-Qur’an seperti diungkapkan dalam Achmad Mubarok adalah bahwa manusia sebagai makhluk tidak hanya hidup dialam dunia, tetapi ia juga akan hidup di alam akhirat sebagai pertanggung jawaban terhadapt kehidupannya di dunia. Pada hari akhir, jiwa manusia juga dipertemukan dengan badan yang seperti Allah ungkapkan dalam surat At-Takwir ayat 7.
            Nafs sebagai sisi dalam manusia tersirat dalam firman Allah surat Ar-rad ayat 10, diman kesanggupan manusia untuk merahasiakan (Al-sir) dan berterusterang dengan ucapannya (Al-Zahr) mengindikasikan adanya sisi dalam dan sisi luar manusia. Jika sisi mansuia dapat dilihat dari perbuatan lahirnya, maka sisi dalam manusia dapat dilihat dari fungsinya sebagai penggerak. Nafs sebgai wadah dari potensi-potensi juga berperan besar dalam manambah atau mengurang kualitas kemanusiaan seeorang.
            Sedangkan nafs sebagai penggerak tingkah laku, berfungsi sebagai panampung hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk. Jika nafs dijaga dari dorongan-dorongan syahwat atau hawa nafsu, maka kualitasnya akan meningkat sekaligus meningkat kan kualitas perbuatan jasmani, tetapi jika ia dikotori oleh perbuatan maksiat, mak nafs akan menurun kualitasnya juga menurunkan kualitas perbuatan jasmani .
            Dalam diri manusia sering terjadi konflik antara kepentingan atau kebutuhan jasmani dengan kepentingan atau kebutuhan rohani (jiwa). Menurut islam, hal yang paling ideal untuk mengatasi konflik antara aspek-aspek fisik spiritual dalam diri manusia adalah dengan mengkompromikan antara keduanya. Ini dilakiuakn dengan memenuhi sebagai kebutuhan fisik dalam batas-batas yang di perkenankan oleh Allah dan pada saat yang sama, dengan memenuhi berbagai kebutuhan spritualnya. Pengkompromian antara kebutuhan-kebutuhan tubuh dan kebutuhan jiwa ini merupakan hal yang mungkin apabila seseorang dalam kehidupannya konsisten dengan sikap tengah-tengah dan moderat,dan menghindari diri dari berlebih-lebihan dalam memenuhi baik dorongan-dorongan fisiknya maupun dorongan-dorongan spiritualnya.
            Dalam islam tidak terdapat kependetaan yang menentang pemenuhan sebagaian dorongan fisik. Pun, dalam islam tidak terdapat nihilisme mutlak yang mengizinkan pemenuhan sepuas-puasnya dorongan-dorogan fisik. Yang diserukan islam adalah, penyimbangan jalan tengah untuk merealisasikan keseimbangan antara aspek-aspek matril dan spritual dalam diri manusia hal ini serasi dengan ungkapan Allah dalam surat Al-Qasyah, ayat 77.
3.Segi Positif Dan Negatif Manusia
            Dalam kepribadian manusia terkandung berbagai sifat hawani yang tercermin dalam berbagi kebutuhan fisik yang harus dipenuhi demi kelangsungan hidup dirinya. Selain itu dalam kepribadian manusia juga terkandung berbagi sifat malaikat yang tercermin dalam kerinduan spritualnya untuk mengenal Allah Saw Al-Qur’an dalam ayat-ayatnya banyak berbicara tentang manusia baik ayat-ayat yang memuji dan memuliakan manusia, ataupun ayat-ayat yang merendahkan manusia dalam memuji manusia Al-Qur’an menggambarkan manusia sebgai makhluk yang sempurna dalam penciptaan, memiliki kepribadian dengan makhluk-makhluk lain, seperti kavasitas intlegensia yang tinggi, memiliki kesadaran moral manusia adalah makhluk pilihan tuhan sebgai khalifah di bumi serta sebgai makhluk semi samawi dan semi duniawi yang memiliki sifat-sifat ketuhanan (lahutiyah) dan sifat-sifat kemanusiaan (nasutiyah), terpercaya memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
            Tampaknya gambaran yang diberikan Al-Qur’an tentang manusia diatas tidak terlepas dari unsur-unsur kejadian manusia. Kadang-kadang antara kedua [3]aspek kepribadian itu menjadi konflik sehingga manusia tertarik oleh kebutuhan-kebutuhan dan kerinduan spiritualnya sehingga terjadi makhluk yang mulia.
            Mengenai keadaan konflik psikis antara aspek-aspek material maupun spiritual dalam diri manusia ini, diisyaratkan Allah dalam Firman-Nya an- Nazi’at: 37-41.
Konflik ini juga dikemukakan Al-Qur’an dalam uraian tentang tindakan sebagian kaum muslimin yang meninggalkan Rasulullah Saw. Ketika mereka mendengar berita datang nya khalifah yang membawa barang dagangan nya ke madinah, hal ini Allah Swt ungkap kan dalam surat al-jumu’at ayat 11.
dengan karunia dan hikmah-Nya Allah SWT. Membekali manusia dengan semua potensi yang diperlukan untuk menyesuaikan konflik tersebut dan melewati ujian yang sulit itu. Allah SWT. Memberikan manusia akal agar manusia bisa membedakan anatar kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan. Allah SWT. Juga memberikan karunia kebebesan berkehendak dan memilik agar manusia mampu memberikan keputusan tentang konflik itu dan memilih jalan yang dikehendakinya untuk menyelesaikannya, kebebasan kehendak manusia dan kebebsan dalam memilih jalan menyelesaikan konflik itu merupakan landasan tanggung jawab dan perhitungan atas tindakan manusia.
Dengan demikian, dalam diri manusia terdapat kesiapan (potensi) untuk melakukukan kejahatan dan kebajikan, mengikuti hawa nafsu dan fisiknya,tenggelam dalam kenikmatan indrawi dan berbagai keinginan duniawinya dan kesiapan untuk membumbung tinggi ke arah ketakwaan, amal saleh ,keutamaan yang akan membwa pada ketentraman psikis dan kebahagiaan spiritual. Menurut Quraish Shibab, pada hakikatnya potensi positi manusia lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan, karena itu manusia dituntut untuk memelihara kesucian jiwanya dan jangan mengotori jiwa nya dan jangan mengotorinya. Pada hakikatnya nafs lebih mudah melakukan hal-hal yang baik dari pada melakukan kejahatan dan pada gilirannya mengisyaratkan bahwa manusia pada dasarnya diciptakan Allah untuk melakukan kebaikan.
Al-Qur’an mengisyaratkan nafs itu diciptakan tuhan secara sempurna, tetapi ia harus tetap dijaga kesuciannya, sebab ia bisa rusak jika dikotori dengan perbuatan maksiat. Kualitas setiap nafs tiap orang berbeda-beda berkaitan dengan bagaimana usaha masing-masing untuk menjaga dari hawa yaitu dari kecendrungan pada syahwat, karna menuruti dorongan syahwat merupakan tingkah laku hawan yang dengan itu manusia telah menyianyiakan potensi akal yang menndai keistimewaannya. Dalam bahasa indonesia, syahwat yang menggoda manusia sering disebut dengan istilah hawa nafsu, yakni dorongan nafsu yang cendrung  bersifat rendah.  
Secara eklisif Al-Qur’an menyebut adanya tiga jenis nafs yaitu :
1. Nafs mutamainnat, yaitu nafsu yang tenang ,jauh dari segala keguncangan,selalu mendorong berbuat kebajikan.
2. Nafs Ammarat, yaitu nafsu yang selalu mendorong berbuat kejahatan, tunduk kepada nafsu syahwat dan panggilan setan.
3. Nafs Lawwamat, yaitu nafsu yang belum sempurna, selalunmelawan kejahatan tapi suatu saat melakukan kejahatan sehingga disesalinya.
Sebagai nafs yang rendah kualitasnya.

 Ciri umum nafs kualitas rendah menurut Al-Qur’an ada empat:
1.Mudah melanggar apa yang dilarang Allah.
2. menuruti dorongan hawa nafsu
3.menjalankan maksiat.
4.tidak mau memenuhi panggilan kebenaran.
            Apa bila kepribadian mencapai puncak peringkat kematangan dan kesempurnaan manusiawi dimana terjadi keseimbangan antara berbagai tuntunan fisik dan tuntunan spiritual maka atribut “jiwa yang tenang” bisa dikenakan padanya. Menurut Al-Qur’an jiwa yang tenang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1. memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap kebenaran seperti tersebut dalam QS. An-Nahl:106, karena telah menyaksikan bukti-bukti kebenaran,seperti yang dialami oleh pengikut-pengikut Nabi Isa as.
2. memiliki rasa aman ,terbatas dari rasa takut dan sedih didunia(QS. An-Nisa:103) dan terutama nanti di akhirat(QS Fushshilat:30)
3. hatinya tentram karena selalu ingat kepada Allah(QS. Ar-Ra’d:28)
            Jadi sifat orang yang jiwanya telah mencapai tingkat muthma’innat adalah hatinya yang selalu tentram karena ingat kepada Allah, yakin seyakin-yakinnya terhadap apa yang diyakininya sebagai kebenaran, dan oleh karena itu ia tidak mengalami konflik batin, tidak merasa cemas, dan tidak pula takut     

GAMBAR: UIN RIL 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam konsep manusia menurut islam telah banyak melahirkan teori-teori dan ada Tiga pengertian jiwa diatas dipahami sebagai kondisi-kondisi kepribadian manusia dalam berbagai peringkat yaitu:
1. Nafs mutamainnat, yaitu nafsu yang tenang ,jauh dari segala keguncangan,selalu mendorong berbuat kebajikan.
2. Nafs Ammarat, yaitu nafsu yang selalu mendorong berbuat kejahatan, tunduk kepada nafsu syahwat dan panggilan setan.
3. Nafs Lawwamat, yaitu nafsu yang belum sempurna, selalunmelawan kejahatan tapi suatu saat melakukan kejahatan setelah itu disesalinya.
 Dan didalam konsep manusia menurut islam juga menerangkan adanya paham eskatologi dalam islam, yakni bahwa disamping manusia hidup di dunia, ada dalam lain dimana mansuia harus mempertanggung jawabkan perbuatan semasa didunia.



DAFTAR PUSTAKA
Faizah dan H. Lalu Muchshin Effendi, Psikologi Dakwah, jakarta :Kencana,2015


















[1] Faisah dan Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah,(jakarta:Prenadamedia group,2006),cet.1, hlm,54

[2] Ibid,hlm, 57
[3] Ibid, hlm, 57

No comments:

Post a Comment

  Nilai, Norma dan Etika dalam Komunikasi Antar Pribadi KATA PENGANTAR          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini ma...