PEMANFAATAN
MEDIA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Dosen
pengampu: Hammi Latifah,M.A
Disusun
oleh:
ismail 1841040268
PRODI
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019/2020
KATA
PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta
alam atas segala nikmat-Nya, nikmat sehat, nikmat rezeki, dan kelapangan waktu
yang telah Beliau berikan kepada kami sehingga terselesaikannya makalah ini.
Yang berjudul “Pemanfaatan Media Bimbingan dan Konseling”. Shalawat
berangkaikan salam, kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kami
menyadari masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi dalam makalah ini, namun
besar harapan saya untuk mendapatkan kritik dan masukan dari dosen dan
rekan-rekan semua agar makalah ini bisa lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.
Bandar Lampung, 05 Oktober 2019
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 2
C.
Tujuan Masalah........................................................................ ……. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pemanfaatan Media Dalam Bimbingan dan
Konseling...................... 3
B.
Pemanfaatan
Media BK Dalam Penyuluhan..................................... 4........
C.
Pemanfaatan media bk dalam psikoterapi.......................................... 8
D.
Pemanfaatan Media Bimbingan dan
Konseling disekolah............... 11
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................... 19
B.
Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita temui dalam proses pembelajaran dikelas , guru
mengalami masalah untuk memberikan pengertian kepada siswa tentang satu pokok
bahsa. Guru mengeluh karena sudah sering sekali diulang, tetapi siswa tidak
dengan segera dapat memahami pokok bahasan tersebut. Kasus ini mengidentifikasi
bahwa dalam proses komunikasi antara guru dan siswa terdapat kesnjangan ini
muncul mungkin akibat bahan ajar yang diberikan kepada siswa kurang menarik
atau mungkin media yang dipergunakan tidak sesuai dengan karakteristik bahan
ajar yang diberikan. Sering kali guru menyampaikan bahan ajar kepada siswa
hanya dengan mempergunakan cara-cara yang “kino”. Dalam arti bahwa guru hanya
sebatas menjelaskan atau member ceramah kepada siswa. Keterbatasan metode ini
akan membuat siswa merasa cepat bosan walaupun materi yang diberikan oleh guru
sebenarnya sangat menarik.
Media dalam bimbingan dan konseling membantu terhadap efisiensi dan
efektifitas penyampaian layanan bimbingan dan konseling . layanan bimbingan dan
konseling akan lebih mudah disampaikan , karena tidak terbatas oleh ruang dan
waktu , seperti terbatas oleh jam pelajaran disekolah. Kecanggihan teknologi
informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi
yang cepat tanpa tanpa terhambat oleh ruang dan waktu. Dalam memanfaatkan
kecanggihan teknologi merupakan kompetensi professional konselor dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling.
Penggunaan media dalam pembelajaran itu terutama bimbingan dan
konseling dapat menggunakan media cetak seperti pamphlet, poster, baner, dan
elektronik seperti pemanfaatan teknologi internet (blog, facebook, dan
jejaringan sosial lainnya). Media adalah sesuatu berupa peralatan yang dapat di
pakai dan dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan dari berbagai aspek baik
itu, fisik, motorik, social, emosi kognitif, kreatifitas dan memudahkan
terjadinya proses belajar mengajar pada guru dan peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Manfaat Media didalam Bimbingan dan Konseling ?
2. Apa Manfaat Media Penyuluhan?
3. Apa Manfaat Media Psikotrapi?
4.Apa Manfaat Media disekolah?
C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui manfaaat media didalam bimbingan dan konseling?
2. Untuk mengetahui manfaat media penyuluhan
3. Untuk mengetahui manfaat media psikotrapi
4.Untuk menegtahui manfaat media disekolah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pemanfaatan
Media Dalam Bimbingan dan Konseling
Menurut
Mandiberg dalam Rulli Nasrullah media social adalah media yang mewadahi kerja
sama diantara pengguna yang menghasilkan konten (user-generated content). Media
social menurut Rulli Nasrullah yaitu medium di internet yang memungkinkan
pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan social secara virtual.
Media dan teknologi baru telah memberikan cara baru bagi kita untuk memperoleh
informasi dan gagasan, cara baru untuk
berinteraksi dengan teman dan orang asing, dan cara baru untuk
mempelajari dunia, identitas kita dan masa depan(Gamble, 2005). Jutaan orang
saat ini berinteraksi melalui apa yang disebut cyberspace, yaitu sebuah dunia
yang terhubung melalui HP dan Internet.
Suatu
media bimbingan dan konseling dikatakan baik, bila media tersebut memiliki
tingkat relevasi dengan tujuan BK, materi dan karakteristik siswa/klien.
Dilihat dari kewewenangan dalam bimbingan dan konseling, guru bk/konseli adalah
orang yang paling menguasai materi, mengetahui tujuan apa yang mesti dibuat dan
mengenali betul kebutuhan siswa atau konselinya. Dengan demikian alangkah
baiknya kalau media juga dibuat oleh guru atau konselor.
Selanjutnya
penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa/klien
untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan
meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi
tujuan bimbingan dan konseling. Dalam kaitannya dengan fungsi media bimbingan
dan konseling dapat ditekankan beberapa hal berikut ini:
1.
Penggunaan media bimbingan dan konseling
bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai
sarana bantu untuk mewujudkan situasi bimbingan dan konseling yang lebih
efektif.
2.
Media bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari keseluruhan proses layanan bimbingan dan konseling. Hal
ini mengandung pengertian bahwa media bimbingan dan konseling sebagai salah
satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan
komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi yang diharapkan.
3.
Media bimbingan dan konseling dalam
penggunaannnya harus relevan dengan tujuan atau kompotensi yang ingin dicapai
dan isi layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Fungsi ini mengandung
makna bahwa penggunaan media dalam bimbingan dan konseling harus selalu melihat
kepada kompetensi atau tujuan dan bahan atau materi bimbingan dan konseling.
4.
Media bimbingan dan konseling bukan
berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan
menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa
/klien semata.[1]
Berdasarkan pengertian diatas konselor sebagai salah satu yang berperan dalam
membangun moral seseorang perkembangan teknologi selayaknya menjadi media yang
mampu mengarahkan kearah yang lebih baik.
B.
Pemanfaatan
Media Bimbingan dan Konseling Dalam
Penyuluhan
Pengertian harfiyah “Bimbingan” adalah
“menunjukkan, member jalan, atau menuntun” orang lain ke arah tujuan yang
bermanfaat hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Istilah “Bimbingan”
merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris Guidance yang berasal dari kata
kerja “to guide” yang berarti “menunjukkan”. Sedangkan istilah “penyuluhan”
mengandung arti “menerangi, menasehati, atau member kejelasan” kepada orang
lain agar memahami, atau mengerti tentang hal yang sedang di alaminya. Arti
“penyuluhan” berasal dari kata “Counseling” yang kemudian dipadukan dengan
“Bimbingan” menjadi “Bimbingan dan Konseling”.
Agama (Islam) mengandung arti tentang
tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran
batin yang dapat mengatur, dan mengarahkan tingkah laku tersebut, kepada pola
hubungan dengan masyarakat, serta alam sekitarnya serta dengan mengandung
nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang
sesuai dengan kehendak ajaran tersebut.[2]
Berdasarkan pengertian diatas bimbingan dan konseling dalam penyuluhan yaitu
menitik beratkan pada klien yang beresiko atau bermasalah dalam melayani klien.
Tenaga penyuluh merupakan ujung tombak pelaksanaan penyuluhan di lapangan.
Seperti halnya profesi guru dalam pendidikan formal, penyuluh memiliki peran
yang sangat strategis karena berhadapan langsung dengan klien dilapangan. Oleh
karena itu, keberhasilan penyuluhan diasumsikan berkorelasi positif dengan
kualitas penyuluh di lapangan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan zaman tersebut. Namun menurut Sumardjo (2008) dan Slamet (2008),
kendala utama dalam menghadapi tantangan penyuluhan saat ini adalah
keterbatasan tenaga professional di bidang penyuluhan pembangunan.
Pada era komunikasi informasi ini, media
tidak dapat ditinggalkan dan sangat berperan penting dalam keberhasilan
penyampaian informasi. Media akan membantu masyarakat umum dan remaja khususnya
mengerti tentang informasi yang kita sampaikan. Selain itu, media juga dapat
membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. Misalkan penyuluhan
tentang HIV/AIDS dapat kita lihat dari rata-rata pengetahuan dan tingkat
pengetahuan dari masing-masing kelompok dengan menggunakan media yang berbeda.
Media AVA merupakan media audiovisual
dapat menutupi kelemahan dari masing-masing media audio dan media visual. Media
AVA lebih jelas dan lebih relastis karena ada unsure suara (audio) dalam
penyampaian informasi dan juga unsure penglihatan (visual) dengan banyak gambar
dan sedikit tulisan yang ditampilkan akan mempermudah dalam memahami informasi
yang disampaikan.[3]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran, dan perasaan konseli dalam kegiatan proses bantuan untuk
mencapai tujuan tersebut. Krediabilitas penyuluhan akan bisa didongkrak apabila
para penyuluh mampu menunjukkan kemampuannya sesuai tuntutan kebutuhan dan
potensi masyarakat. Di sini penyuluh dituntut untuk terus meningkatkan
kualifikasinya. Dengan kata lain penyuluh harus terus belajar. Sebaliknya, jika
penyuluh tidak bisa mengikuti perubahan tersebut, krediabilitasnya akan semakin
menurun dan ditinggalkan kliennya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa hanya dengan
melalui proses belajar, penyuluh akan mampu menyesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi. Menurut Susanto (2008), tidak ada cara yang lebih
tepat untuk meningkatkan kualitas SDM selain melalui belajar. Hanya dengan cara
belajar kompetensi penyuluh dapat ditingkatkan. Para penyuluh dapat melakukan
proses belajar melalui berbagai media belajar baik yang dirancang secara khusus
(by design) maupun yang dimanfaatkan (by untilization).
1.
Karakteristik
Pribadi Penyuluh
Umur penyuluh PNS
sebagian besar sudah relative tua. Rataan umur mencapai 51. Apabila dikaitkan
dengan usia pension fungsional penyuluh PNS yaitu 60 tahun, dapat diprediksi
bahwa sepuluh tahun ke depan jumlah penyuluh akan berkurang sekitar 76 persen.
Pendidikan formal penyuluh lebih dari setengahnya sudah berpendidikan setingkat
sarjana. Pengalaman kerja penyuluh juga sudah relative lama (berpengalaman)
jika dikaitkan dengan umur penyuluh yang juga sudah tua, maka pengalaman kerja
ini dibanding lurus dengan umur penyuluh. Artinya semakin tua umur penyuluh, maka pengalaman kerjanya juga makin
lama. Sedangkan aspek motivasi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan dalam
kategori sedang dengan sebaran relative rendah.[4]
Dapat disimpulkan bawah rendahnya karakteristik pribadi penyuluh disebabkan
oleh motivasi dan tuntutan klien yang cenderung rendah, meskipun tingkat
pendidikan formal tinggi.
2.
Karakteristik
Lingkungan Penyuluh
Karakteristik lingkungan
penyuluhan yang terdiri dari : dukungan keluarga, dukungan kebijakan pemerintah
kabupaten, dukungan keluarga penyuluh terhadap pemanfaatan media ditunjukan
dengan tingkat kabupaten dalam menciptakan iklim bekerja yang kondusif
sebarannya masih relative rendah.
3.
Intensitas
Pemanfaatan Media
Media yang dimaksudka
dalam penelitian ini adalah media belajar, yaitu diartikan sebagai wahana yang
dapat digunakan proses pembelajaran baik dalam pendidikan formal, non formal,
maupun informal. Media belajar tersebut dikelompokkan menjadi tiga yaitu media
massa, media terprogram dan media lingkungan. Intensitas pemanfaatan media
massa adalah tingkat keseringan penyuluh dalam memanfaatkan berbagai media
komunikasi public dalam meningkatkan kemampuannya. Bentuknya adalah Koran,
majalah, buku, radio, televisi, dan internet. Media terpogram merupakan wahana
komunikasi pembelajaran yang direncenakan secara khusus dalam menciptakan
proses belajar guna meningkatkan potensi penyuluh.
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas pemanfaatan media
a.
Memfasilitasi
kemudahan bagi penyuluh untuk mengakses media massa yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
b.
Meningkatkan
motivasi penyuluh dengan cara menciptkan lingkungan penyuluhan yang kondusif
untuk pemanfaatan media belajar (proses belajar).
c.
Meningkatkan
mutu pendidikan formal penyuluh yang tidak hanya sekedar mendapatkan ijazah
untuk bisa menjadi penyuluh ahli, akan tetapi pendidikan formal harus ditempuh
melalui sebuah proses untuk meningkatkan kemampuannya, termasuk memiliki
kesadaran untuk pemanfaatan media sebagai proses belajar (tuntutan profesi
penyuluhan). Dari referensi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media
bimbingan dan konseling penyuluhan adalah dari proses bimbingan dan konseling
intensitas pemanfaatan media massa yang rendah disebabkan oleh tingkat
kepemilikan media massa dan dukungan keluarga yang relative rendah, meskipun
tingkat pendidikan formal tinggi. Rendahnya intensitas pemanfaatan media
terprogram dan media lingkungan disebabkan oleh motivasi dan tuntutan klien
yang cenderung rendah, meskipun tingkat pendidikan formal tinggi.
5.
Karakteristik
Pribadi Penyuluh
Umur penyuluh PNS
sebagian besar sudah relative tua. Rataan umur mencapai 51. Apabila dikaitkan
dengan usia pension fungsional penyuluh PNS yaitu 60 tahun, dapat diprediksi
bahwa sepuluh tahun ke depan jumlah penyuluh akan berkurang sekitar 76 persen.
Pendidikan formal penyuluh lebih dari setengahnya sudah berpendidikan setingkat
sarjana. Pengalaman kerja penyuluh juga sudah relative lama (berpengalaman)
jika dikaitkan dengan umur penyuluh yang juga sudah tua, maka pengalaman kerja
ini dibanding lurus dengan umur penyuluh. Artinya semakin tua umur penyuluh, maka pengalaman kerjanya juga makin
lama. Sedangkan aspek motivasi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan dalam
kategori sedang dengan sebaran relative rendah.
6.
Karakteristik
Lingkungan Penyuluh
Karakteristik lingkungan
penyuluhan yang terdiri dari : dukungan keluarga, dukungan kebijakan pemerintah
kabupaten, dukungan keluarga penyuluh terhadap pemanfaatan media ditunjukan
dengan tingkat kabupaten dalam menciptakan iklim bekerja yang kondusif
sebarannya masih relative rendah.
7.
Intensitas
Pemanfaatan Media
Media yang dimaksudka
dalam penelitian ini adalah media belajar, yaitu diartikan sebagai wahana yang
dapat digunakan proses pembelajaran baik dalam pendidikan formal, non formal,
maupun informal. Media belajar tersebut dikelompokkan menjadi tiga yaitu media
massa, media terprogram dan media lingkungan. Intensitas pemanfaatan media
massa adalah tingkat keseringan penyuluh dalam memanfaatkan berbagai media
komunikasi public dalam meningkatkan kemampuannya. Bentuknya adalah Koran,
majalah, buku, radio, televisi, dan internet. Media terpogram merupakan wahana
komunikasi pembelajaran yang direncenakan secara khusus dalam menciptakan
proses belajar guna meningkatkan potensi penyuluh.
8.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas pemanfaatan media
d.
Memfasilitasi
kemudahan bagi penyuluh untuk mengakses media massa yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
e.
Meningkatkan
motivasi penyuluh dengan cara menciptkan lingkungan penyuluhan yang kondusif
untuk pemanfaatan media belajar (proses belajar).
f.
Meningkatkan
mutu pendidikan formal penyuluh yang tidak hanya sekedar mendapatkan ijazah
untuk bisa menjadi penyuluh ahli, akan tetapi pendidikan formal harus ditempuh
melalui sebuah proses untuk meningkatkan kemampuannya, termasuk memiliki
kesadaran untuk pemanfaatan media sebagai proses belajar (tuntutan profesi
penyuluhan). Dari referensi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media
bimbingan dan konseling penyuluhan adalah dari proses bimbingan dan konseling
intensitas pemanfaatan media massa yang rendah disebabkan oleh tingkat
kepemilikan media massa dan dukungan keluarga yang relative rendah, meskipun
tingkat pendidikan formal tinggi. Rendahnya intensitas pemanfaatan media
terprogram dan media lingkungan disebabkan oleh motivasi dan tuntutan klien
yang cenderung rendah, meskipun tingkat pendidikan formal tinggi.
C.
Pemanfaatan media bk dalam
psikoterapi
Penting bagi konselor sebagai komunikator
atau membawa pesan untuk menggunakan media komunikasi dan media sosial ini
dalam implementasi konseling dengan teknik. Hal ini untuk menunjang sampai nya
pesan dan menarik perhatian dari klien untuk mengikuti proses konseling.[5]
Dapat disimpulkan bahwa psikoterapi adalah implikasi dari pada fenomena
psikologi dan kondisi psikologi manusia yan bermasalah. Menurut effendi (2013),
terdapat beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi efektivitas pelaku
komunikasi atau komunikator. Beberapa
diantaranya adalah redibilitas dan atraksi. Redibilitas ini dapat dicapai oleh
konselor dengan cara meningkatkan pengetahuan dan mengasah keterampilan dalam
penerapan konseling. Menurut Johnson (2014), salah satu keterampilan
mengirimkan pesan agar pesan dapat diterima dengan baik adalah menyesuaikan
cara penyampaian pesan. dalam konteks implementasi konseling menggunakan teknik
enam kontinum konselor dapat menggunakan teknologi dan media sosial untuk
menyesuaikan pihak klien. Sehingga, diharapkan pesan-pesan yang disampaikan
dalam konseling dapat diterima dengan baik. Selain itu, media sosial dan
teknologi ini diharapkan dalam mempermudah pihak klien dalam melaksanakan
proses konseling. Selanjutnya, langkah pendekatan konseling dapat menggunakan
beberapa model seperti, pendekatan psikoanalisis dengan teknik analisis mimpi,
asosiasi bebas atau pendekatan lain yang menyentuh alam bahwa sadar dan
perilaku seperti pendekatan behavioral. Pendekatan ini dipilih karena sesuai
dengan jenis permasalahan yang menimpa kaum gay yang muncul dikarenakan
beberapa aspek: (1) trauma masa lalu, (2) pengaruh hormone, (3) lingkungan
sekitar (Pappas & Ghosse, 2013).
Berdasarkan penjelasan tersebut, model
konseling teknik enam kontinum dengan menggunakan media sosial dan komunikasi
yang modern ini berbeda dengan konseling dan psikoterapi model lain. Konseling
dan psikoterapi model lain misalkan terapi conversy dan terapi reparative yaitu
sebuah terapi yang bertujuan untuk mengubah atau mengembalikan orientasi seksual
LGBT (Barlett, 2018; Wright, Candy, dan King, 2018; Mallori, Brown, dan Conron,
2018). Terapi konversi dan terapi reparative memiliki persamaan dengan
konseling teknik enam kontinum, yaitu sama-sama bertujuan mengembalikan
orientasi seksual seseorang. Akan tetapi, terapi konversi dan reparative ini
belum tentu menggunakan perspektif atau nilai agama. Adapun model konseling
teknik enam kontinum ini berupaya mengintegrasikan perspektif konseling dengan
agama islam. Model konseling teknik enam kontinum dengan menggunakan media
komunikasi modern ini juga berbeda dengan konsep bimbingan dan konseling islam
untuk LGBT yang dirumuskan oleh Dorres (2016) dan Faizin (2016). Konsep
bimbingan dan konseling islam tersebut masih merupakan konsep umum, sedangkan
konseling dengan model enam kontinum ini sudah sampai pada penjabara setiap
sesi dan implementasi. Konseling teknik enam kontinum dengan menggunakan media
komunikasi yang modern ini juga berbeda dengan teknik konseling berbasis
spiritual yang diteliti oleh Adriansyah (2018).
Terdapat dua
istilah yang sering digunakan konselor dalam memberikan penyembuhan atau
treatment terhadap klien, yaitu terapi (theraphy) dan psikoterapi
(psychoteraphy). Menurut Andi Mappiare, terapi (theraphy) adalah suatu proses
korektif atau kuratif, atau penyembuhan, lazim dipakai dalam bidang medical
(kedokteran), istilah terapi kerap digunakan secara bergantian dengan konseling
(counseling) dan psikoterapi (psychoteraphy). Kata terapi (therapy) dalam
bahasa inggris memiliki arti pengobatan da penyembuhan sedangkan dalam bahasa
arab kata terapi sama dengan al-istisyfa yang berasal dari syafa-yasyfi-syifa
yang artinya menyembuhkan. Istilah ini telah digunakan oleh Muhammad Abd
al-Aziz al-Khalidi, kata-kata syifa banyak dijumpai dalam Al-Qur’an diantaranya
pada surah Yunus/10:57, yaitu:[6]
dapat disimpulkan bahwa sebuah perawatan yang memiliki basis kerjasama didalam
sebuah hubungan antara pasien dan juga psikolog.
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي
الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:Hai manusia,
sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman (Q.S Yunus/ 10:57).
Psikoterapi (psychoteraphy) yaitu pengobatan jiwa dengan cara
kebatinan atau penerapan teknik khusus (termasuk pendekatan konseling) pada
penyembuhan penyakit mental atau kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap
hari, atau penyembuhan melalui keyakinan agama dan diskusi dengan para pakar,
baik guru, ustaz maupun konselor. Psikoterapi dapat juga dikatakan perawatan
denga menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari
kehidupan emosional, dimana seorang ahli sengaja menciptakan hubungan
professional dengan klien/pasien dengan tujuan menghilangkan, mengubah, atau
menurunkan gejala-gejala yang ada, memperbaiki tingkah laku yang rusak serta
meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif.[7]
Dapat disimpulkan bahwa serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang
digunakan untuk membantu seseorang mengatasi permasalahan mental atau
psikologis
D.
Pemanfaatan Media Bimbingan dan
Konseling disekolah
Tidak
dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh
sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi, terutama teknologi
komunikasi. Bahkan menurut Peling ketergantungan kepada teknologi ini tidak
saja dikantor tetapi sampai dirumah-rumah. Konseling sebagai usaha bantuan pada
siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat.
Perubahan ini ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai
dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi bersinggungan dengan
konseling. Media dengan konseling antara lain adalah computer dan perangkat
audiovisual. Computer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh
konselor dalam proses konseling.[8]
Dapat disimpulkan bahwa kemajuan dibidang teknologi informasi yang menawarkan
berbagai kemudahan dalam komunikasi dan interaksi social manusia di belahan
bumi mana pun berada.
Peling
menyatakan bahwa penggunaan computer (internet) dapat dipergunakan untuk
membantu siswa dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan
keputusan pilihan karier. Hal ini sangat memungkinkan, karena membuka internet
maka siswa dapat melihat banyak informasi atau data yang dibutuhkan untuk
menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan karier nya data-data yang di dapat
melalui internet, dapat dianggap sebagai data yang dapat dipertanggung jawabkan
dan masuk akal. Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah
data-data yang sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Selain penggunaan
internet seperti yang telah diuraikan diatas dapat dipergunakan pula software
seperti microfosoft powerpoint. Software ini dapat membantu konselor dalam
menyampaikan bahan bimbingan secara interaktif.
Melalui
program ini yang ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin
sangat membosankan, tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara
yang menarik yang tersedia dalam program powerpoint. Melalui fasilitas ini
konselor dapat pula memasukkan gambar-gambar diluar fasilitas power point,
sehingga sasaran yang dicapai menjadi lebih optimal. Gambar-gambar yang
disajikan melalui program powerpoint tidak statis seperti yang terdapat pada
Over Head Projector(OHP).[9]
Dari referensi diatas dapat disimpulkan bahwa media bimbingan dan konseling
dapat dikemukakan melakukan uji validitas dan melakukan revisi dalam
mengembangkan sebuah media dalam layana bimbingan dan konseling.
Sadiman (2002) menyatakan bahwa kegiatan belajar dan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling dikelas pada dasarnya adalah proses komunikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa konselor atau guru pembimbing sebagai sumber informasi. ini
dapat melalui cara-cara biasa seperti berbicra kepada siswa, atau melalui
perantara yang disebut sebagai media.
Briggs (Sadirman, dkk, 2002) menyatakan bahwa media adalah segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dan
menerima layanan bimbingan dan konseling. Media komunikasi yang dimaksud adalah
media untuk membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah. Media dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.
Media sederhana (simple media)
Yaitu
media yang dapat dibuat sendiri oleh guru dan biasanya tidak memerlukan arus
listrik dalam penyajiannya. Termasuk dalam media serdehana , yaitu gambar diam,
grafis, display, dan realita.[10]
Dapat disimpulkan bahwa media yang berbasis teknologi, dapat dibuat sendiri dan
tidak memerlukan media mahal.
2.
Media canggih (sophisticate media)
Yaitu
media yang hanya dapat dibuat di pabrik dan biasanya memerlukan listrik dalam
penyajiannya. Termasuk dalam media canggih , yaitu radio, tape , TV, CD, VCD,
DVD, proyektor, computer dan lain-lain.
memvasisualisasikan sesuatu sekaligus memberikan
informasi atau pesan audio digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa seperti slide suara, film, dsb.
E.
Bentuk –bentuk media dan
aplikasinya dalam layanan media bimbingan dan
konseling disekolah
Media sebagai saran akomunikasi yang
berfungsi sebagai perantara pesan memiliki berbagai manfaat yang sangat besar ,
khususnya dalam aplikasi dibidang penddikan termasuk bimbingan dan konseling.[11]
Dapat disimpulkan bahwa sebagai alat bantu yang dapat disampaikan melalui
bahasa tulisan, dan media cetak untuk membantu guru dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran. Beberapa jenis media yang dapat diaplikasikan dalam bidang
pendidikan pada umumnya, sera dalam pelayanan bimbingan konseling disekolah
antara lain:
1. Media
hasil teknologi cetak
Media
hasil teknologi cetak adalah berbagi media yang dipergunakan untuk kepentingan
pendidikan yang bentuknya dihasilkan dari
hasil teknologi percetakan atau mesin percetakan teknologi ini
menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak seperti buku. Berbgai media
cetak dapat diaplikasikan dalam layanan bimbingan dan konseling.[12]Dapat
disimpulkan bahwa “media cetak adalah suatu media yag statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembran dengan sejumlah kata,
gambar, atau foto,dalam tata warna dan halaman putih”
a.
Poster, poster dalam aplikasi program
layanan BK berperan sebagai “poster pendidikan”yang memiliki nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam isi pesan yang disampaikan . misalnya: poster
menjaga kebersihan sekolah.
b.
Media cetak internal, seperti bulletin ,
news letter, majalah dan tabloid, sangat efektif untuk membantu program BK.
Jika sebuah sekolah memiliki media internal semacam ini, tentunya akan memacu
kreativitas siswa-siswa , serta menambah pengetahuan dan wawasan. media terapi bagi permasalahan yang dihadapi siswa
, karena melalui ini kita dapat menghadirkan profile-profile sosok ideal yang
inspiratif untuk dapat menjadi tauladan bagi siswa-siswa disekolah.
2. Media
hasil teknologi audio
Media hasil teknologi adalah berbagai
media yang dihasilkan oleh mesin-mesin elektronik penghasil suara atau dengan
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin –mesin mekanis dan elektronik
untuk menyajikan pesan-pesan audio, materi pendidikan yang disampaiakan melalui
audio berincikan perangkat keras selama proses berlangsung, seperti speaker
atau sound system, tape recouder dan pesawat radio.
Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan dalam media audio dan dapat diaplikasikan dalam program BK baik
secara individual maupun kelompok.media tersebut antara lain: siaran radio,
rekaman kaset, atau rekaman compast disc, atau piringan hitam serta alat
perekam suara. Alat media yang sering digunakan dalam BK adalah perekam, atau
recorder yang sekaligus dapat memutarnya atau sebagai player (seperti tape
recorder, multi player yang memiliki yang memiliki fasilitas recorder,
headphone, dan pemancaran sekaligus pesawat radio).
3. Media
hasil teknologi computer
Teknologi berbasis computer merupakan cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang
berbasis mikro-prosedur sebagai jantung meproses data. Ada beberapa jenis media
yang dapat dikelompokkan dalam media digital computer dan dapat diaplikasikan
dalam program BK baik secra individu maupun kelolompok , media tersebut antara
lain : internet email, milis, blog, jejaring sosial, website, penyimpanan data
dan ebook. Alat media yang sering digunakan untuk menyajikan nya dalam BK
adalah seperangkat computer yang terhubung ke internet, laptop ,atau netbook
serta modem untuk akses internet dan handphone yang juga sudah terkoneksi ke
internet.
4. Media
aktivitas
Media aktivitas merupakan media yang dapat
menggali pengalaman langsung siswa. Banyak sekali media aktivitas yang dapat
menjadi sarana dalam BK disekolah, misalnya karya wisata, studi banding,
praktik kerja lapangan, dan permainan. Setiap konteks antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan untuk
mencapai tujuan –tujuan tertentu pula. Setiap permainan harus memiliki empat
komponen yaitu, adanya permain, lingkungan tempat berinteraksi, adanya aturan dan tujuan-tujuan tertentu yang ingin
dicapai.
5. Media
sebagai penyaluran pesan
Mengajar tidak hanya berpikir tentang guru
sebagai sumber pesan, akan tetapi juga berfikir tentang siswa sebagai penerima
pesan.
Berikut
merupakan beberapa contoh media diantaranya adalah:
a.
Media untuk menyampaikan informasi
selebaran, leaflet, booklet, dan papan bimbingan.
b.
Media sebagai alat (pengumpulan data )
1.
Media pengumpulan data seperti: angket,
pedoman, wawancara, lembaran observasi berupa anekdo record, daftar cek, skala
penilaian device, camera, tape.
2.
Media menyimpan data seperti: kartu
pribadi, buku pribadi, map, disket, folder, filing , cabinet, almari, rak dll.
c.
Media sebagai alat bantu dalam
memberikan group information .
d.
Media audiktif : radio, tape
e.
Media visual : gambar, foto, lukisan dll
f.
Media auidio visual : film yang ada
suaranya
C.
Manfaat yang dapat diperoleh pengunan
media dalam bimbingan dan konseling disekolah itu sendiri yaitu antara lain:
1.
Dapat membuat proses belajar mengajar
menjadi lebih menarik dan lebih interaktif karena pengunan media dapat
meningkatkan rasa ingin tahu , sikap positif dan motivasi belajar siswa.
2.
Pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi.
3.
Dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu dan daya indera karena rumit dapat digunakan untuk memanipulasi objek dan
pariwisata.
4.
Bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami.
5.
Metode mengajar akan lebih bervariasi.[13]
Dapat disimpulkan bahwa dikemajuan era globalisasi untuk mengimbangi pesat nya
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi agar dapat memberikan bantuan
yang maksimal bagi permasalahan yang dihadapi siswa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media adalah sesuatu yang berupa peralatan yang dapat dipakai dan
dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan dari berbagai aspek baik itu fisik,
motorikm, social, emosi kognitif, kreatifitas dan bahasa sehingga mampu
mendorong dan memudahkan terjadinya proses belajar mengajar. Sehingga pesan
yang ingin disampaikan dapat diterima dari baik oleh penerima pesan melalui
media yang digunakan dalam melaksanakan proses layanan bimbingan dan konseling
juga membutuhkan sehingga dapat membantu para konselor dalam pelaksanaan
layanan bk.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun pada khususnya pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Said Hasan Basri, “Jurnal Dakwah”, Vol XI No. 01, Januari-Juni 2010
Ahmad
Muntaha, Jurnalistik dan Produksi Media Sekolah, Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2009.
Andi
Mappiare, Kamus Istilah Konseling & Terapi Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006
Andrian
D. Hagijanto”Jurnal Pendidikan Media Pembelajaran”, Vol 02 No.02 Agustus 2009
Arifin.
Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.Jakarta: PT. Golden
Terayon Press. 1092
D
Riswanto, “jurnal civic education”, Vol 03 No.01 Juni 2019
Iwan
Fala Hudin, “Jurnal Lingkar Widia Iswara, Vol 01 No.4 Oktober-Desember 2014
K
Rajab “Jurnal Akidah dan Pemikiran Islam, Vol. 02 No. 15 2006
Lahmudin
Lubis, Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2011
M
Efendi,”Peran Konselor dalam Mengantisipasi Krisis Moral Anak dan Remaja
melalui Pemanfaatan Media”Jurnal Bikotetik, Vol 01 No. 02 Tahun 2017,
37-72
MD
Ismowati, S.Mulidah “Efektivitas Media AVA”. Jurnal kebidanan,Vol 2 No.
5 Oktober 2013
NadinePelling.
The Use Technology In Career Counseling. Journal of Technology in Counseling.
2002. Vol 22.
Prasetiawan,
H., & Alhadi, S. 2018. Pemanfaatan Media Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah Kejuruan Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta. Jurnal Kajian Bimbingan
dan Konseling, 3(2), 87-98.
[1]
M Efendi,”Peran
Konselor dalam Mengantisipasi Krisis Moral Anak dan Remaja melalui Pemanfaatan
Media”Jurnal Bikotetik, Vol 01 No. 02 Tahun 2017, 37-72
[2] Arifin. Pedoman
Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.(Jakarta: PT. Golden Terayon
Press. 1092) hal 1-2
[3] MD Ismowati,
S.Mulidah “Efektivitas Media AVA”. Jurnal kebidanan,Vol 2 No. 5 Oktober
2013
[4]
D Riswanto, “jurnal
civic education”, Vol 03 No.01 Juni 2019
[5]
K Rajab “Jurnal
Akidah dan Pemikiran Islam, Vol. 02 No. 15 (2006)
[6] Andi Mappiare,
Kamus Istilah Konseling & Terapi (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2006), h. 334.
[7] Lahmudin
Lubis, Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2011) h.197
[8]
A. Said Hasan
Basri, “Jurnal Dakwah”, Vol XI No. 01, Januari-Juni 2010
[9]
NadinePelling.
The Use Technology In Career Counseling. Journal of Technology in Counseling.
2002. Vol 22.
[10]
Iwan Fala
Hudin, “Jurnal Lingkar Widia Iswara, Vol 01 No.4 Oktober-Desember 2014
[11]
Ahmad Muntaha,
Jurnalistik dan Produksi Media Sekolah, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2009.
[12]
Andrian D.
Hagijanto”Jurnal Pendidikan Media Pembelajaran”, Vol 02 No.02 Agustus 2009
[13]
Prasetiawan,
H., & Alhadi, S. (2018). Pemanfaatan Media Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta. Jurnal Kajian
Bimbingan dan Konseling, 3(2), 87-98.
No comments:
Post a Comment